Gadis berkucir kuda itu benar-benar telah menyita seluruh perhatianku dan sukses membuat mataku tak berkedip sekalipun. Namun tiba-tiba lamunanku buyar ketika sebuah angkot sialan membawanya pergi, meninggalkan segala rasa penasaran dibenakku.
Kalau saja aku tidak ingat betapa berharganya vespa ini bagi kakek dan nenekku, sudah kutinggalkan skuter tua ini demi mengejar gadis itu dan ikut menaiki angkot bersamanya.
Saat ini tidak ada yang bisa kulakukan selain mengirim pesan pada Bagas-sang ketua kelas sekaligus teman sebangku ku untuk menitip absen dengan alasan ada acara keluarga dadakan yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Tak apa aku berbohong untuk kali ini saja.
Sekali lagi kulirik jam tanganku yang jarum pendeknya sudah tertunjuk pada angka delapan. Mau tidak mau aku harus mendorong vespa ini mencari bengkel terdekat.
_
Sambutan hangat aku dapatkan dari seseorang yang entah pemilik atau pegawai bengkel kecil pinggir jalan ini. Mungkin karena aku adalah pelanggan pertamanya, sehingga dia menyambutku dengan begitu antusias.
"Kunaon dek motorna?"
"Gak tahu, tiba-tiba mogok gitu. Emang dasar motor tua sih"
Pria yang umurnya mungkin berkisar sekitar tiga puluh tahunan itu hanya terkekeh melihat raut kesal diwajahku, lantas dia mengambil alih motorku untuk diperbaiki. Selagi menunggu, aku memilih untuk duduk pada bangku panjang sambil memainkan handphone. Ada rentetan pesan dan notifikasi memberondong masuk, sudah beberapa hari ini aku mengabaikan pesan-pesan tersebut.
Aku berusaha menahan jempolku agar tidak membalas pesan-pesan yang isinya tak lain hanya ejekan dan makian yang memang sengaja ditujukan padaku akibat segala perbuatan papa yang saat ini tengah menjalani masa tahanan atas kasus penipuan yang menimpanya satu bulan lalu.
Selain itu juga papa merupakan salah satu pejabat partai politik yang saat ini namanya masih disebut-sebut diberbagai media sosial karena kasus tersebut. Jujur aku sungguh kecewa dengan perbuatannya. Itulah alasannya mengapa aku berada disini sekarang, karena tak tahan dengan segala cemoohan dan cacian orang-orang sekitar, hingga akhirnya aku lebih memilih pergi untuk sekedar mendinginkan pikiran dan telinga disini, tempat kakek dan nenekku tinggal, di Bandung.
Aku menonaktifkan handphone sekaligus menutup segala ingatan tentang kejadian pahit itu. Kini pikiranku terarah pada gadis tadi, siapa dia? Pesonanya benar-benar telah membuat bumi seakan tak lagi berotasi. Seandainya waktu bisa diputar kembali walau satu jam yang lalu, aku akan mengejarnya, mengajaknya berkenalan, dan ikut menaiki angkot bersamanya, peduli setan dia mau menganggapku sebagai orang aneh yang sok kenal.
"Dek kok mau sih pake vespa tua gini kesekolah?"
Pertanyaan dari pria yang tengah memperbaiki motorku itu sukses membuat bahuku berjengit kaget sekaligus membuyarkan lamunanku.
"Itu Vespa punya kakek saya"
Kalau dipikir-pikir, karena vespa tua itu juga aku bisa bertemu gadis tadi. Ah mungkin ini kejutan untukku dari Tuhan. Seandainya Tuhan memang akan mempertemukanku kembali dengan gadis itu, aku sangat berharap agar aku bisa dipertemukan kembali dengannya hari ini, esok, bahkan selamanya. Aku yakin ini yang dinamakan cinta pandangan pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Bidadari
Roman pour AdolescentsKupikir kau adalah satu-satunya yang nyata diantara perempuan- perempuan yang mendiami dunia khayalku, namun ternyata kau juga salah satu bagian dari mereka. Baiklah, kubiarkan kau hidup bahagia bersama orang lain, tapi bukan berarti aku menyerah. A...