Aroma masakan menyambutku yang baru saja datang dan menghampiri meja makan. Kududukan badan pada kursi, menuangkan air pada gelas, lantas meminumnya dalam satu tegukan.
"Masak apa nek?""Lihat aja kesini."
Kuhampiri nenek memasuki dapur untuk melihat apa yang dimasaknya. Begitu membuka tutup panci, seketika itu juga selera makanku langsung tergugah.
"Sop kambing?"Nenek tersenyum sambil mengaduk-ngaduk sop yang hampir matang itu.
"Kesukaan kamu loh."Aku lupa kapan terakhir menikmati sop kambing buatan nenek. Semenjak mama tidak ada, aku memang jarang berkunjung kesini. Perhatianku lebih banyak tersita oleh Hingar bingar Jakarta, sehingga aku lupa dengan keberadaan kakek dan nenek yang selama ini selalu mengharapkan jejak kakiku di rumah ini. Dan sekarang, aku justru tinggal dirumah ini atas sebuah keterpaksaan yang memang mengharuskanku menetap disini.
"Arkan, nanti antar kakek ke kebun,"
Sahut kakek dari ambang pintu dengan hunter cap yang bertengger dikepalanya.Meninggalkan nenek yang masih sibuk dengan masakannya, kuhampiri kakek yang kini duduk diruang makan.
"Sudah dua minggu ini kakek gak melihat kebun. Kata mang Usep Stroberi yang di Lembang sudah bisa di panen. Kamu antar kakek kesana ya.""Hm."
Jawabku menyelipkan unsur keterpaksaan. Entah kenapa rasanya malas saja ketika kakek akan mengajakku ke kebun. Hari minggu adalah hari dimana aku bersenang-senang, namun disini aku tidak memiliki teman untuk diajak bersenang-senang. Jadi baiklah, kupenuhi saja ajakan kakek sebagai bahan hiburanku di akhir pekan ini.Nenek menghidangkan semua masakannya diatas meja, membuat cacing diperutku semakin bersahutan minta makan.
Iya sabar... Cup cup cup, nih gue kasih makan nih. Tanpa ba-bi-bu aku langsung menyerobot sendok nasi yang hendak diraih kakek, dengan tergesa-gesa aku menyendok nasi dan mengambil beberapa lauk tanpa mempedulikan kakek dan nenek yang kini menggeleng-gelengkan kepala menatapi cucunya yang tidak memiliki tatak rama ini.
Aku menyengir sambil menjejalkan sesendok demi sesendok makanan kedalam mulut, menghentikan suara perut yang sedari tadi berbunyi.
"Maaf ya kek nek, Arkan duluan. Laper." ucapku ditengah-tengah kunyahan.
Jangan heran dengan tingkahku, aku memang selalu seperti ini jika sudah sangat lapar."Nanti kalau mau pergi ke kebun, jangan lupa pake jaketmu, disana dingin," sahut nenek membuka pembicaraan,
"Juga jangan lupa pake topi. Saat ini cuaca sedang tidak konsisten, hari ini bisa saja panas bisa saja hujan."Aku hanya mengangguk-ngangguk sebagai respon.
Setelah itu terjadi perbincangan antara kakek dan nenek menggunakan bahasa Sunda yang kuasumsikan tengah membahas ladang dan perkebunan. Ah sudahlah, aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Mendengarkannya saja hanya akan membuatku sakit telinga.
_Mobil pick up yang kukemudikan melaju kencang membelah jalanan menuju Bandung barat.
"Gak usah ngebut-ngebut! Kita bukan mau ke rumah sakit buat nengokin orang yang sekarat."
"Iya iya." kukurangi kecepatan laju mobil sesuai dengan saran kakek.
Cuaca hari ini agak berawan, aku melepas topi dan menghempaskannya diatas dashboard. Untuk menghindari kesenyapan, aku memasang earphone dan mendengarkan lagu dari handphone.
Sesekali mataku melirik kakek yang meluruskan tatapan jauh kedepan dengan tangan yang sedari tadi tidak lepas menggenggam hand grip .
Mencopot sebelah earphone, aku berdeham sekadar mengalihkan perhatiannya. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk meminta kakek mengabulkan permintaanku yang waktu itu."Kek."
"Hm."
"Stroberi kakek yang di Lembang sudah bisa di panen ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Bidadari
Novela JuvenilKupikir kau adalah satu-satunya yang nyata diantara perempuan- perempuan yang mendiami dunia khayalku, namun ternyata kau juga salah satu bagian dari mereka. Baiklah, kubiarkan kau hidup bahagia bersama orang lain, tapi bukan berarti aku menyerah. A...