V

2.1K 250 21
                                    

[Author POV]
Ditempat lain, disebuah ruang yang nampak seperti kamar, tertidur dua anak manusia yang saling berpelukan. Tak perduli dengan hari yang semakin siang, mereka masih tertidur. Kepala masih pening karena alcohol yang masuk ketubuh mereka begitu banyak.

Bunyi ponsel berdering membuat kedua orang itu mau tak mau terbangun.

“Jim, udah gue bilang, matiin ponsel lo. Brisik tau nggak!”

“Sorry Seul. Gue lupa,” Jimin yang setengah merem melihat nama yang memanggilnya. Moonbyul.

“Seul, Moonbyul telpon gue nih. Kalo nanyain lo gimana?”

“Jawab aja lo nggak tau. Gampang kan? Udah jangan banyak omong. Kepala gue sakit tau nggak. Diem sana! Gue mau tidur lagi.”

Jimin menghela nafas. Dia turun dari ranjang dan menjawab panggilan Moonbyul. “Halo? Ada apa Byul?”

“…”

“Gue nggak tau Seulgi dimana. Setelah dia kalah taruhan sama  lo, dia ilang kayak ditelen bumi. Gue hubungi dia juga nggak bisa. Kenapa emang?”

“…”

“Kakak? Kakak yang mana?”

“…”

“Eee anjirr, nggak usah ngegas woy! Iya, kalo gue ketemu orangnya gue seret dia balik. Udah jangan hubungi gue terus!”

Jimin memutus panggilannya. Dia menoleh kearah Seulgi yang masih nyaman dengan mata tertutup. Gadis keras kepala yang memiliki gengsi tinggi. Jimin mendekati Seulgi dan duduk di pinggir ranjang itu. Dia membenarkan selimut seulgi dan berjalan menuju dapur. Dia menemukan mie instan.

Dia memasak air terlebih dahulu, lalu membereskan kekacauan semalam karena mabuk. Eits, mereka memang tidur seranjang, tapi tak melakukan apapun. Semalam Seulgi hanya merasa kalut saja antara rasa menyesal dan rindu dengan keluarga harmonisnya tiga belas tahun lalu. Maka dari itu, dia minum banyak sekali, jimin yang menemaninya juga ikut minum hingga keduanya mabuk.

“Gue rasa ini waktunya lo berhenti dari dunia gelap ini Seul. Lo nggak seharusnya terjerumus ke dunia kayak begini. Maaf gue nggak bisa jaga lo dengan baik.”

Jimin berbicara dengan dirinya sendiri. Karena Seulgi juga tak akan mendengarnya. Air sudah mendidih. Dia membuat minuman hangat untuk dirinya dan seulgi. Lalu memasak tiga bungkus mie instan yang dia temukan. Bukan ditemukan, lebih tepatnya mereka beli semalam bersamaan dengan membeli camilan dan minuman beralkohol.

Tak lama kemudian, semua siap. Jimin membangunkan Seulgi yang masih setia bersembunyi dibalik selimut.

“Seul, bangun. Dah siang ini. perut lo belum keisi apapun dari pagi. Bangun gih, makan dulu.”

“Apasih Jim, gue masih ngantuk. Kepala gue masih pusing.”

“Ayo bangun. Udah gue siapin makanan. Hargai usaha gue lah.”

Jimin menarik kedua tangan Seulgi hingga gadis itu terduduk. Masih dengan mata terpejam. Jimin tak kehabisan akal, dia meraih gelas yang berisi setengah air putih. Memasukkan jarinya kedalam gelas dan mengibaskannya ke Seulgi.

“PARK JIMIINNN!!! Lo nggak bisa diem apa?!”

“Makanya makan dulu.”

“Iya, iya gue makan. Gendong gue ke kursi. Kepala gue masih berat.”

“Lo sih, banyak banget minumnya. Yaudah ayo.”

Jimin menggendong Seulgi ke kursi yang ada di kontrakan kecil itu. Dia mengambil mie dan coklat panas dari dapur. Diletakkan di meja yang ada didepan Seulgi. Seulgi memakannya dengan malas. Jimin tersenyum melihat tingkah Seulgi. Dia juga memakan mie yang dibawanya dari dapur.

Love And Affection √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang