XXIII

1.3K 156 6
                                    


Suga dan Wendy berada dikamar Jungkook. Suga mendengar suara berisik seperti sebuah amukan ketika dia masih sibuk menonton tv sementara Wendy juga mendengarnya ketika dia sedang membuatkan susu untuk Yoongi. Mereka khawatir melihat keadaan Jungkook yang tiba-tiba mengamuk padahal sebelumnya dia baik-baik saja.

Wendy disamping Jungkook, Suga telah membantu Jungkook untuk pindah ke tempat tidurnya. Sementara Suga kini duduk di sebuah Sofa yang tersedia dikamar Jungkook. Didalam kamar Jungkook hanya ada dua sofa. Tak ada kursi lain selain sofa itu karena memang Jungkook tak membutuhkannya.

Kali ini Jungkook tak menangis. Dia hanya diam, matanya menyiratkan berjuta rasa yang ingin dia ungkapkan. Sementara sepasang suami istri itu hanya diam. Diam menunggu sang adik mau bercerita.

"Sulit, Kook... apa yang bisa diharapkan dari orang yang tak kuat membuka matanya seperti aku? Jika kamu ragu dengan kehidupan ini, tanyakan pada nuranimu. Nurani tak akan menjerumuskan."

Dua kalimat terakhir terngiang ditelinga Jungkook. Dia mengingat pesan terakhir sahabatnya. Kim Taehyung.

"Kak...," akhirnya Jungkook mau membuka suara setelah sekian lama diam. Suga tak bergeming dari tempatnya. Dia hanya diam menanti kalimat apa yang akan dikeluarkan Jungkook setelah ini.

"Katakan semua yang kamu ingin katakan. Jangan dipendam sendiri. Kakak tau kamu sedang dalam masalah...," kata Wendy.

"Jeon Seulgi tadi kemari."

Empat kata yang membuat Suga maupun Wendy kaget. Bahkan Suga kini beranjak dari tempatnya. Dia berjalan mendekati Jungkook dan duduk disampingnya. Lelaki bergigi kelinci itu kini diapit oleh kedua kakaknya. Mereka sangat kaget dan penasaran dari kelanjutan cerita Jungkook.

"Orang itu... mengajakku untuk membalaskan rasa sakit kami selama ini. Dia memintaku untuk bekerja sama dengannya."

"Bekerja sama dalam hal apa?," tanya Suga.

"Balas dendam kematian mama dan papa."

Wendy terkejut mendengar penuturan adiknya. Selama ini dia bahkan tak memiliki niat untuk mencari penyebab semua kemalangan yang menimpa keluarganya. Dipikirannya, dia hanya ingin adiknya bahagia dan bisa bangkit dari keterpurukan. Baginya, apa yang terjadi dikeluarganya adalah garis takdir yang harus dilewati.

"Dia sudah menemukan orang yang menjadi sumber dari keterpurukan kita kak Wen... Tapi aku takut, aku ragu. Orang yang dimaksud Jeon Seulgi bukan orang asing bagi kita," mata Jungkook mulai tak fokus.

"Siapa dia?," Suga lagi-lagi menanggapi dengan pertanyaan.

"Kim Seok Jin."

"Apa?!!! Kook, jangan bercanda. Ini sangat tidak lucu," sanggah Wendy.

"Aku tidak bercanda kak. Lelaki itu, aku melihatnya. Dia menangis sebelum meninggalkan aku dan mama. Dia bersama teman sekolahnya yang terlibat dengan kecelakaan kami. Aku mengingatnya. Dan Seulgi.... Bahkan dia sudah memulai rencananya. Dia yang mencelakai Yeri hingga bahunya harus dioperasi. Seulgi sudah memulainya kak."

"Kook, apa kamu mau ikut dengan Seulgi? Menyakiti Seokjin dan keluarganya? Apa dengan cara itu mama dan papa akan kembali? Kalau memang mereka bisa kembali jika kita balas dendam, kakak akan mendukungmu. Tapi jika tidak..... Kakak akan menentangmu," Wendy berkata dengan nada yang lembut namun tersirat ketegasan didalamnya.

"Kook, kecelakaan itu bukanlah suatu hal yang disengaja. Ditambah apa tadi? SMA? Berarti waktu itu mereka seusia Yeri. Mereka pasti ketakutan jika menghadapi masalah seperti itu. Apa yang bisa dilakukan selain kabur dan minta tolong orang tua? Tak ada. Jadi, pikirkan baik-baik langkah apa yang mau kau ambil. Jangan sampai kau menyesalinya," kata Suga. Berharap, perkataannya akan membuat Jungkook mengerti dan tak gegabah.

Love And Affection √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang