XXVIII

1.4K 158 5
                                    



Seulgi hidup kesana kemari tanpa arah. Dia tak bisa kembali ke kontrakan lamanya karena anak buah JB berkeliaran disana. Sial bagi wanita bermata sipit itu karena JB lolos dari penangkapan polisi saat itu. JB marah? Tentu saja. Tapi jangan salahkan Seulgi sepenuhnya. Dia melaporkan bisnis kotor JB hanya karena dia tak ingin dijadikan tumbal oleh lelaki itu. Dia tak ingin masuk penjara dan disangka bandar narkoba.

Hubungan dengan teman barunya yang dia kenal dengan nama Joy juga memburuk. Wanita itu menyalahkan Seulgi atas status buron yang diterima JB. Sekali lagi, jangan salahkan Seulgi sepenuhnya. Apa yang dilakukan Seulgi itu murni untuk melindungi dirinya sendiri.

Bagaimana dengan Joy? Wanita itu sedikit menyesal. Cara menjauhkan JB dari Seulgi salah. Tak seharusnya dia membentuk opini jika JB akan megkambing hitamkan Seulgi dalam benak Seulgi. Dia tak seharusnya bermain-main dengan wanita pendendam seperti itu. Sekarang, yang sulit adalah posisinya. Dia mencintai JB tapi dia juga tak ingin terseret jika JB tertangkap. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menekan Seulgi agar mau bernegosiasi dengan detektif kenalannya untuk berhenti.

Brummm...

Suara motor yang baru saja Seulgi nyalakan. Dia menyewa sebuah motor kawasaki berwarna hitam untuk memuaskan hatinya. Dia akan mencari kesenangannya yang mungkin bisa jadi itu yang terakhir kali baginya.

*

Waktu makan siang sebagaimana yang telah dinantikan oleh Seokjin tiba. Dia kini memarkirkan mobil di tempat parkir kantor milik Suga. Tujuannya satu, mengajak keluar Jeon Jungkook. Dia ingin lebih dekat lagi dengan lelaki berkursi roda yang sangat diharapkan menjadi bagian keluarganya kelak. Terkadang, calon ayah yang satu ini tersenyum sendiri memikirkan harapannya yang terlalu jauh. Yeri masih terlalu muda jika harus berurusan dengan kehidupan percintaan atau kehidupan keluarga.

Seokjin melepas jasnya lalu dilempar ke jok bagian belakang. Melihat jamnya sesaat sebelum dia turun dari mobil. Baru saja keluar dari mobil, nampak orang yang dia harapkan muncul. Jungkook anak yang tepat waktu. Dia bahkan memilih menemui Seokjin dibawah dibandingkan harus menunggu Seokjin naik untuk menjemputnya. Jungkook sudah lebih mandiri sekarang. Berbagai hal yang dialaminya akhir-akhir ini menuntutnya menjadi pribadi yang harus bisa mengurus dirinya sendiri dan mencoba untuk tak bergantung dengan banyak orang.

Seokjin menunggu Jungkook didekat mobilnya karena lelaki berkursi roda itu ingin menghampiri Seokjin sendiri. Tanpa dijemput. Setelah sampai, Seokjin membantu Jungkook untuk naik ke mobil. Seokjin masuk ke mobil segera setelah memasukkan kursi roda Jungkook ke bagasi.

"Bagaimana kerjamu hari ini, Kook?," tanya Seokjin. Memecah keheningan yang ada.

"Semua berjalan lancar, kak. Memang ada yang masih perlu kuperbaiki, tapi setidaknya sudah jauh lebih mengerti dibanding beberapa waktu yang lalu," jawab Jungkook. Senyum canggung mewarnai pembicaraan mereka. Seokjin memaklumi hal itu.

Hanya satu pertanyaan yang keluar selama perjalanan. Keduanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Seokjin memberhentikan mobilnya di sebuah rumah makan yang dekat sengan suatu taman. Rumah makan yang menyediakan berbagai macam olahan khas Korea.

Seokjin dan Jungkook menikmati makan siang mereka di ruangan VIP yang sebelumnya telah dipesan oleh Seokjin. Entah memang Jungkook yang mulai nyaman dengan Seokjin atau kelaparan, yang jelas Jungkook makan dengan lahap. Dia makan semua yang ada dipiringnya tanpa sisa membuat Seokjin yang melihatnya tersenyum senang.

Setelah menikmati makan siang mereka, Seokjin mengajak Jungkook untuk berjalan-jalan sebentar di area taman. Menikmati waktu mereka berdua sebelum kembali beraktivitas dengan kertas-kertas bisnis maupun project mereka. Seokjin mendorong kursi roda Jungkook menyusuri jalan aspal diluar taman. Jalan yang cukup sepi dan tak banyak dilewati oleh banyak kendaraan.

Love And Affection √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang