Seulgi memasuki kontrakannya. Hari sudah mulai gelap ketika Seulgi memasuki rumah kecil itu. Setelah menutup dan mengunci pintu rumahnya, dia menekan tombol saklar. Seketika lampu menyala. Betapa terkejutnya Seulgi melihat apa yang ada dihadapannya saat ini.
Setumpuk pakaian, dua buah kardus sepatu, dua tas kecil dan satu tas ransel. Tidak hanya itu. Ada berbagai macam warna topi. Setidaknya ada tujuh tumpuk topi. Jangan lupakan jaket-jaket yang diletakkan di sofa.
Dia berjalan kearah dapur. Diatas meja dapur ada banyak sekali camilan, setumpuk mi instan kemasan cup dan mi yang tinggal di seduh, juga ada berbagai macam kopi sachet serta teh celup. Ada juga dua kardus susu coklat, tiga kardus sereal untuknya. Juga ada roti dan selai. Lalu, Seulgi membuka kulkasnya. Layaknya mini market, kulkas itu begitu lengkap sekarang. Ada buah, minuman berbagai macam rasa, ada cokelat, dan sosis yang sudah siap dimakan. Seulgi beranjak dari dapur.
Dia menuju kamar mandi. Di sana juga sudah ada sabun cair dengan aroma yang Seulgi suka, pasta gigi, dua buah sikat gigi baru, shampoo entah berapa botol tentunya aroma yang sangat disukainya. Disudut kamar mandi ada kain pel yang masih baru beserta cairan pewanginya. Juga ada sabun cuci telah tersedia.
Melihat itu semua, Seulgi segera berlari keluar. Dia menuju meja yang ada didepan. Ada sebuah note atau mungkin bisa disebut sebuah surat yang tertempel di kardus sepatu.
‘Jangan bingung. Itu semua dari gue. Anggap saja sebagai bentuk perpisahan kita. Karena perpisahan kita sama sekali tak terasa manis. Semua kebutuhan lo untuk beberapa waktu kedepan sudah gue siapkan. Jangan lupa matikan kompor kalau sudah menyalakannya. Lo begitu ceroboh. Jangan coba-coba masak yang lain dapur kecil itu akan terbakar. Masak air saja, karena hanya itu yang lo bisa. Jaga kesehatan lo, dan jangan terjerumus kelubang hitam terlalu dalam. Gue takut, saat lo jatuh, gue nggak ada disisi lo.’_Park Jimin.
“PARK JIMIN! Gue udah bilang kan, gue nggak mau lo ikut campur. Urusin aja hidup lo sendiri.”
“Gue tau apa yang gue butuhkan dan apa yang enggak. Jadi, lebih baik lo diem. Nggak perlu komentari hidup gue lagi. Kalo lo nggak suka dengan keputusan gue, lo boleh pergi dari kehidupan gue.”
“Jimin nggak usah lebay deh lo! Kalo lo masih kayak gini, jangan pernah temuin gue lagi!,”
Apa yang Seulgi katakan pagi tadi terus menerus berdengung ditelinganya. Bagaimana bisa dia sekasar itu pada lelaki yang telah membantunya selama ini? Apakah dia sebodoh itu mengusir lelaki yang sudah ada didekatnya dan selalu mensupportnya sejak dia merasa terpuruk dengan keadaanya bertahun-tahun lalu?
“AARRGGHHHH!!!!!! PARK JIMIINNN!!!!,” Seulgi frustasi memikirkan Park Jimin, dia melempar semua barang yang ada dimeja. Semua berserakan hanya dalam hitungan detik.
Kakinya terasa lemas. Dia terduduk di samping sofanya. Memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajah diantara lututnya. Bahunya bergetar. Tanpa bertanya, orang yang melihat pasti tahu jika gadis keras kepala itu menangis. Menangis dalam kesepian. Tanpa siapapun.
Siapapun.
*
“Malam semua,” sapa Namjoon saat memasuki rumahnya. “Jennie kemana ya? Aku mencoba menghubunginya tapi dia sama sekali tak menjawab. Bahkan ponselnya tak aktif,” kata Namjoon membuat semua yang ada disana terdiam.
“Kok pada diam?,” tanya Namjoon.
“Kak, sebenernya…”
“Apa Yer?”
“Kak Jennie sudah pulang ke Ausy. Tadi sepulang kita dari rumah sakit,” jelas Yeri.
“Apa?!!! Kenapa nggak ada yang ngasih tau aku?,” tanya Namjoon sambil mengacak rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Affection √
Fanfiction"Aku adalah lelaki lemah yang menyusahkan. Luka yang begitu dalam di masa lalu membuatku terpuruk dan jatuh terlalu dalam..."_JeonJungkook. "Tak ada yang lebih menyesakkan daripada rasa bersalah dan penyesalan. Tak ada yang tau apakah semua berjalan...