Irene menangis begitu sampai dirumah sakit. Menangis begitu histeris mendapati sang suami terbaring dalam ruang ICU. Kim Seokjin, setelah berdamai dengan Jungkook, namun dia harus menghadapi kenyataan pahit lain. Berjuang untuk terus bertahan hidup. Kondisi yang kritis begitu rentan. Jika tak mampu menahan segala rasa sakitnya, bisa saja Seokjin menyerah.
Jennie hanya bisa menenangkan Irene, membuat wanita berbadan dua itu untuk tak lupa diri jika dia tengah mengandung. Namjoon yang juga ditemani Hoseok telah menyiapkan perawat untuk berjaga-jaga jika Irene tak kuat lagi menahan kesedihannya.
Jungkook ada disana. Dia tak ingin dirawat karena merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia ingin menunggui Seokjin yang sengaja mendorongnya ke tepi agar tak terlibat dalam kecelakaan. Mata Jungkook sudah basah karena menangis ditambah mendengar tangisan Irene yang begitu menyayat hati.
Plak
Suara tamparan terdengar membuat Jennie, Irene, Namjoon dan Hoseok menoleh ke sumber suara. Tuan Kim, ayah dari Kim Seokjin baru saja menampar Jungkook. Matanya memancarkan amarah karena menganggap Jungkook adalah penyebab kecelakaan.
"Dasar pembawa sial! Tak seharusnya kamu berdekatan dengan keluargaku! Aku tau kamu itu licik, kamu pasti sengaja membuat putraku celaka agar dendammu terbayar! Mengaku saja dasar munafik!," amarah Tuan Kim tak dapat dibendung lagi. Begitu meluap-luap hingga warna merah mendominasi wajahnya.
"Sungguh, saya minta maaf, saya tak tau bagaimana ini bisa terjadi," Jungkook hanya bisa menunduk mengatakannya.
"Pa, jangan berisik. Ini rumah sakit. Dan lagi, menurut saksi mata Jungkook itu juga korban," Namjoon berusaha menenangkan. Meredam suasana yang nampak akan semakin panas jika dibiarkan.
"Itu hanya akal-akalan anak sok polos ini! Apa sih yang ada pada dirinya sampai kalian membelanya mati-matian?!!! Dia itu pembawa sial bagi keluarga kita! Maka dari itu papa menentang hubungannya dengan Yeri. Kalian yang tidak percaya pada papa, lihat akibatnya sekarang!"
"Jungkook," Irene sedikit berlari kearah Jungkook. Jennie segera mengikuti dan menjaga dari belakang takut terjadi sesuatu. "Bukankah selama ini suamiku sudah baik padamu? Kenapa kamu lakukan ini padanya? Kamu tau kan, aku masih butuh dia... anakku butuh ayahnya.. kenapa kamu lakukan ini Jeon Jungkook?!!!!!," Irene mulai tak terkendali.
"Kak, sudah...," Jennie merangkul Irene dari belakang.
Irene keras kepala. Dia tak mendengarkan perkataan Jennie. "Daripada kamu hanya mencelakainya, kenapa tak sekalian kamu bunuh aku dan anakku, Kook? Kenapa?!!! Apa kamu ingin anakku lahir dan tak merasakan kasih sayang orang tua sepertimu?! Kamu mau hal itu terjadi, Kook?!! Iya?!!"
Jungkook menangis. Dia menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Sungguh, kak... Aku tak berniat mencelakai kak Seokjin. Aku akui Jeon Seulgi yang melakukannya, tapi aku tak terlibat. Sungguh!"
"Tak bisa dipercaya! Sekali pembual tetaplah pembual!," hardik Tuan Kim.
"Kamu dan kakakmu sama-sama brengsek, Kook! Ular, kalian berdua!!," emosi Irene semakin meluap-luap. "Kalian.... Akh...," Irene mulai hilang kendali. Perutnya terasa sakit. Tidak. Dia tak ingin merasakan kontraksi disaat seperti ini. Tapi sakitnya begitu luar biasa. Lebih sakit dari biasanya.
"Suster!," Jennie berteriak pada perawat yang berjaga disekitar. Namjoon segera berlari kearah Irene dan membantu Irene yang tengah kesakitan untuk duduk di kursi roda yang sudah disiapkan.
"Baby, kamu disini saja. Aku khawatir papa akan semakin menjadi-jadi pada Bunny," pesan Jennie. Dia segera mengikuti suster yang membawa Irene menjauh dari ruang ICU itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Affection √
Fanfiction"Aku adalah lelaki lemah yang menyusahkan. Luka yang begitu dalam di masa lalu membuatku terpuruk dan jatuh terlalu dalam..."_JeonJungkook. "Tak ada yang lebih menyesakkan daripada rasa bersalah dan penyesalan. Tak ada yang tau apakah semua berjalan...