“Ada fakta yang harus kakak tau…”
“Apa itu?”
“Sebenarnya…”
“Apa, Joon?”
“Aku sudah mengetahui semuanya.”
“Maksudmu?”
“Aku sudah tahu tentang masa lalu kakak yang itu. Bahkan aku sudah mendengar tentang keadaan korban.”
Seokjin kaget mendengar pernyataan Namjoon. Dia menarik jaket yang dikenakan adiknya. “Apa kamu serius? Jangan main-main dengan info yang kamu bawa itu, Namjoon.
“Aku serius kak. Aku tahu korbannya ada dua. Ibu dan anak. Tapi sayang… ibu itu tak bisa diselamatkan, dan anaknya lumpuh.”“Apa?!!!,” Seokjin melepaskan cengkeraman di jaket Namjoon. Dia perlahan berlutut, menangis menyesal.
Namjoon mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Seokjin. Dia segera memeluk sang kakak. Mengerti bagaimana perasaan sang kakak.
“Aku belum tau tentang korban. Tapi aku akan mencoba mencari tau dan akan aku kasih tau ke kakak. Tapi, aku mohon. Kakak jangan lemah seperti ini. Kasian kak Irene. Ingat kak, dia lagi hamil."
Namjoon dapat merasakan Seokjin mengangguk. Dia tersenyum.“Tenangkan diri kakak. Baru kita pulang.”
*
[Jungkook POV]
Aku sedang bersama Yeri. Mungkin sebentar lagi kak Suga akan menjemputku. Kalian tau? Aku begitu bahagia bisa mendengar gadis itu berceloteh lagi. Dia sudah jauh lebih baik sekarang. Iya, setelah perjanjian kecil yang kita lakukan tadi, dia jadi lebih bersemangat. Kami meyakini jika Taehyung disana juga tak akan senang dengan tangisan. Dia pasti tak menyukai air mata kami. Jadi, kami akan banyak tersenyum agar dia tak terbebani disana.
“Kak! Katanya kakak suka susu pisang ya? Ini aku bawakan,” gadis itu sedikit berlari kearahku. Kami berada di ruang tengah. Entahlah, Yeri menyebutnya begitu. Aku tak yakin apakah ruangan ini benar-benar berada ditengah karena rumah ini begitu besar.
“Kamu juga suka Yer?”
“Sangat,” dia menganggukkan kepalanya seperti anak kecil. Kemudian dia duduk di sofa yang ada didekatku.
Tapi,tiba-tiba mataku mengarah pada foto keluarga yang ada di salah satu lemari kaca yang berisi cangkir-cangkir berwarna putih.
“Kakak mau lihat-lihat koleksi porselen mama?”
“Porselen?”
Dia mengangguk lagi. "Piring, mangkok, gelas, cangkir. Itu koleksi mama. Mau lihat?”
“Tidak. Aku hanya melihat foto keluarga itu.”
Yeri segera bangkit dari duduknya di sofa, lalu berjalan mengambil foto yang kumaksud. Potret keluarga bahagia. Aku sudah melihat orang-orang ini. Sebagian. Ada Yeri, Kak Irene, Kak Namjoon dan Kak Jennie kalau aku tak salah mengingat. Gadis yang datang bersama Yeri ke Hopefully Sky beberapa waktu yang lalu. Tapi orang yang duduk ini aku yakini mereka orang tua Yeri. Lalu… yang seorang lagi…
“Ini kak Seokjin. Anak sulung keluarga ini. Kakak yang sangat pengertian,” jelas Yeri. Mungkin dia melihat jari telunjukku yang reflek menunjuk wajah tampan di bingkai ini. Aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana?
“Aku rasa aku familiar..,” gumamku.
“Benarkah? Mungkin karena kak Seokjin tampan. Dan wajahnya sering wara-wiri di berita sebagai CEO muda sukses dan tampan. Aku sudah kenyang membaca berita seperti itu tentang kak Seokjin.”
“Oh.. mungkin iya,” aku hanya menjawab sekenanya. Karena aku sendiri tak yakin. Sepertinya lebih dari wajah yang tampil di media. Aku seperti pernah bertemu. Tapi aku benar-benar lupa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Affection √
Fanfiction"Aku adalah lelaki lemah yang menyusahkan. Luka yang begitu dalam di masa lalu membuatku terpuruk dan jatuh terlalu dalam..."_JeonJungkook. "Tak ada yang lebih menyesakkan daripada rasa bersalah dan penyesalan. Tak ada yang tau apakah semua berjalan...