Yeri masih berada dirumah sakit. Kondisinya jauh lebih baik namun belum sepenuhnya pulih. Jungkook tetap menjaganya namun bergantian dengan Irene dan Jennie. Jungkook akan menjaga Yeri saat sore hingga malam, karena pagi dia harus ke kantor. Suga memberikan ijin untuk Jungkook menjaga serta merawat Yeri selama dirumah sakit. Tapi tetap, pekerjaan tak boleh ditinggalkan karena saat siang, Yeri masih memiliki Irene dan Jennie yang menjaganya.
Lalu, apakah hubungan seluruh keluarga membaik? Tidak. Jungkook masih bersikap apatis kepada Seokjin. Seokjin maupun Namjoon memaklumi. Melihat Jungkook setia dengan Yeri saja itu sudah suatu keajaiban. Dan mereka berdua sangat berterimakasih. Jennie, jika Namjoon baik kepada Jungkook, maka tak ada alasan baginya untuk bersikap sinis. Lagipula, Jennie juga tak mau terlalu ikut terlibat dalam permasalahan mereka. Selama Jungkook baik padanya, tak ada alasan untuk menjauhinya.
Irene masih dongkol dengan sikap Jungkook. Bahkan, sejak kejadian dirinya menampar Jungkook, tak pernah wanita berbadan dua itu menyapanya. Dia sama sekali tak berbicara pada Jungkook. Begitu juga dengan Wendy. Wendy terlihat kecewa dengan sikap Irene. Dan Wendy menggunakan strategi mengamati. Dia akan menyapa jika Irene menyapa dan akan diam jika Irene diam.
Sore ini, Jungkook telah menemani Yeri. Didalam ruang rawat Yeri masih ada Irene yang tengah berkemas bersiap untuk pulang. Dia sedang menunggu sang suami menjemput karena Jennie sedang ada urusan bersama Namjoon.
“Besok, kamu boleh pulang, Yer. Istirahat yang banyak malam ini,” pesan Irene.
“Iya. Kakak juga harus banyak istirahat. Tak perlu mikirin Yeri. Yeri sudah baik-baik saja,” kata Yeri.
“Sore semua,” Seokjin masuk dengan senyum cerahnya. Lelaki itu membawa beberapa makanan untuk makan malam Jungkook dan Yeri. Dia meletakkan makanan yang dibawanya lalu menuju tempat Yeri. “Apa masih ada yang sakit? Apa demammu sudah turun?,” tanya Seokjin.
Yeri mangangguk. “Jangan khawatir, kak. Lebih baik kakak ajak kak Irene pulang. Kasian dia pasti kelelahan.”
Seokjin tersenyum lalu berjalan kearah Irene. Memeluk dan merangkulnya. Dia mengambil tas Irene dan berpamitan.“Kalau begitu, kakak pulang dulu ya, Yer. Nanti malam kalau Irene bisa ditinggal, kakak akan kesini. Jungkook, titip Yeri ya?,” Seokjin mencoba tidak canggung dalam suasana seperti ini meski nampaknya gagal.
Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban. Lidahnya begitu kelu untuk menjawab pesan Seokjin.
“Tak perlu berbicara pada orang yang tak mau bicara, honey,” sergah Irene. Matanya menatap tajam kearah Jungkook.
“Hey, ibu hamil tak boleh bicara sembarangan. Sekarang ayo pulang. Kamu pasti capek,” kata Seokjin lalu segera membawa Irene pergi.
Jungkook memutar rodanya kearah Yeri. Begitu pintu ditutup, Jungkook mencoba untuk bercanda dan berbicara hal-hal yang sekiranya lucu, meski berakhir dengan kecanggungan.
“Emmm… kak..”
“Iya?”
“Kakak masih marah pada kak Seokjin?”
Jungkook terdiam. Dia tak tau harus menjawab apa.
“Yeri tau ini semua berat buat kakak. Tapi, asal kakak tau, kak Seokjin juga berat melewati ini semua. Kejadian itu saat Yeri masih kecil. Tapi, Yeri tau apa yang terjadi pada kakak Yeri. Kak Namjoon bilang, kak Seokjin pernah direhab selama dua bulan karena stress. Itu artinya, ini semua bukan kemauan kak Seokjin.”
“Lalu, apa yang harus aku lakukan, YeR?”
“Semua sudah terjadi memang. Guci sudah terlanjur pecah dan nasi sudah menjadi bubur. Hanya saja, apa benar-benar dihati kakak sudah tak ada rasa memaafkan untuk kak Seokjin? Aku tau, aku terlalu egois memaksa kakak melakukan hal yang tak kakak suka. Tapi, aku sungguh bingung kak. Aku hanya takut hubungan dua orang yang aku sayangi akan seperti ini selamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Affection √
Fanfiction"Aku adalah lelaki lemah yang menyusahkan. Luka yang begitu dalam di masa lalu membuatku terpuruk dan jatuh terlalu dalam..."_JeonJungkook. "Tak ada yang lebih menyesakkan daripada rasa bersalah dan penyesalan. Tak ada yang tau apakah semua berjalan...