[Author POV]
Seokjin gelisah dalam tidurnya. Dia berkeringat. Bayang-bayang anak kecil yang menangis dengan tatapan memohon hadir kembali. Wajah yang berlumuran darah itu menatap dengan tatapan sendu. Tersirat permintaan tolong anak itu kepada Seokjin. Suara tangis dan ratapan juga terdengar jelas ditelinga Seokjin.Irene merasakan suaminya sedang mimpi buruk segera terbangun. Dia mendapati Seokjin berkeringat dan nafasnya terengah-engah. Kata maaf selalu keluar dari mulut Seokjin. Irene sedikit khawatir. Dia menepuk-nepuk pipi suaminya.
“Honey, bangun..”
Namun Seokjin tak kunjung bangun. Dia menangis dan meminta maaf. Irene tak menyerah. “Honey… hey, bangun… tenang… kamu mimpi buruk ya?”
Seokjin membuka matanya yang basah. Dia menangis. Irene menggeser badannya dan memeluk sang suami. “Honey, tenang… itu hanya mimpi.”
“Tapi itu terasa nyata. Anak itu datang lagi ke mimpiku.”
“Iya, kamu yang tenang.. Jangan panik begini… Kamu tenangin diri kamu dulu. Aku disini honey.”
“Jangan tinggalin aku. Aku takut. Aku takut dia datang lagi. Aku nggak mau tidur.”
“Sssttt… Kamu istirahat ya honey. Aku temenin. Aku nggak kemana-mana. Jangan takut. Semua baik-baik saja. Itu hanya mimpi,” Irene membiarkan Seokjin tertidur dilengannya. Meyalurkan kenyamanan dan kehangatan ke Seokjin dengan mengelus-elus rambutnya yang basah karena berkeringat.
“Kamu mau minum dulu?,” tanya Irene dengan nada lembut bahkan nyaris seperti berbisik. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, Seokjin yang sudah tenang akhirnya tertidur lagi dengan posisi, dia tidur memeluk Irene dan menjadikan lengan Irene bantalnya. Sementara Irene, tangan yang dijadikan bantal oleh suaminya ia gerakkan untuk mengelus-elus rambut Seokjin. Lalu, tangan satunya membersihkan sisa air mata di pipi suaminya. Sesekali Irene mencium pipi sang suami untuk memberikan ketenangan.
“Semua akan baik-baik saja honey. Jangan takut lagi. Semoga dengan hadirnya anak kita nanti, kamu bisa melupakan masa lalumu itu,” bisik Irene yang sudah tak didengar Seokjin karena dia sudah tertidur.
*
“MAMAAA!!!!!!,” Jungkook terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Rambut di pelipis basah karena keringat. Jungkook menangis mengingat mimpinya. Bukan mimpi. Tapi kejadian 13 tahun lalu terputar kembali ditidurnya.
Krieett…
“Jungkook? Kamu baik-baik saja?,” tanya wanita itu sambil menyalakan lampu.
Jungkook tak menjawab. Dia menangis. Menangis tanpa suara. Wanita itu mendekati jungkook dan mengecek keadaanya.
“Kamu pasti mimpi buruk. Tenang ya, itu Cuma mimpi. Kamu mau cerita?,” tanya Hye kyo.
Jungkook menggeleng. Dia masih menangis.
“Minumlah,” kata Hye Kyo sambil menyodorkan segelas air putih ke Jungkook.
Jungkook menolak. Mulutnya bergumam “mama” berkali-kali. Hye kyo mengirim pesan ke Eunji untuk memanggilkan Taehyung. Dia masih berusaha menenangkan Jungkook dengan cara menepuk punggungnya berkali-kali. Sebuah tepukan yang pelan dan penuh kasih sayang. Tak menunggu lama Taehyung datang. Dengan mata masih setengah merem dia mendekati Jungkook. Hye kyo segera mengajak Eunji untuk keluar meninggalkan Taehyung dan Jungkook berdua.
Taehyung naik ke ranjang yang ditiduri Jungkook lalu memeluknya. “Udah jangan nangis. Masak cowok nangis.”
Jungkook berhenti menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Affection √
Fanfiction"Aku adalah lelaki lemah yang menyusahkan. Luka yang begitu dalam di masa lalu membuatku terpuruk dan jatuh terlalu dalam..."_JeonJungkook. "Tak ada yang lebih menyesakkan daripada rasa bersalah dan penyesalan. Tak ada yang tau apakah semua berjalan...