BAB 1 - Tahun Ajaran Baru

7.9K 311 12
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Sungguh,
untuk selalu bersikap biasa saja itu sangat menyakitkan.
Bahkan, pura-pura baik-baik saja
membuat hatiku teriris-

🍁「Arzetta Nafa Raditya」🍁

***

Gadis berambut hitam pekat, panjang rambut hingga menutupi punggung dibiarkan terurai begitu saja.

Dia tampak serius memperhatikan benda di depan, membaca satu persatu tulisan yang tercantum pada lembar-lembar kertas, lembaran itu tertempel berjejer rapi di papan mading.

Dia, Arzetta Nafa Raditya sedang mencari tulisan namanya yang terpampang berada di antara ratusan nama itu. Ya, hari ini hari dimana para siswa SMA Garuda Bangsa memulai kegiatan belajar di tahun ajaran baru, yang dapat pastikan untuk para siswa memulai kegiatan bersama di kelas baru juga. Terutama bagi siswa baru, yang sudah menyelesaikan Masa Orientasi Siswa.

Sama halnya dengan Nafa, dia kini sudah memasuki kelas XII. Jadi tahun ini akan menjadi tahun terakhir mengenakan pakaian putih abu-abu, melepas masa kisah kasih di sekolah yang tak pernah terlupakan.

"Kelas XII IPA 2." ucap Nafa dalam hati.

"Yeyyy, kita sekelas lagi guys." itu suara Nindya memekik girang.

Teman sekelas Nafa dari kelas sepuluh juga sebagai sahabat Nafa semenjak MOS.

"Whats? Serius ini?? Asikk, akhirnya kita di satukan lagi deh." ucap Bella tak kalah antusias saat melihat nama dia dan sahabatnya berada di satu lembar kertas yang sama

"Alhamdulillah, gue seneng banget. Kita bisa bareng lagi." seru Ara hingga memeluk mereka.

Bagaimana tidak senang, dari kelas sepuluh mereka berempat sudah bersahabat, sejak menginjak ke sekolah swasta yang terkenal oleh beberapa prestasi ini. Mereka kemana-mana pasti bersama kecuali ke toilet.

Bahkan sahabat kecil Nafa kini akan kembali sekelas dengannya, dia Ara.

Dari memasuki taman kanak-kanak hingga SMA mereka satu sekolah, karena memang dari kecil keluarga mereka juga sudah akrab, kedua orangtuanya telah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Rumah Nafa dan Ara yang hanya terpisah dua rumah saja.

Walaupun hanya Ara yang bersahabat lama dengan Nafa, tidak memungkiri kalau Nafa memperlakukan kedua sahabat baru di SMA sama dengan Ara.

Melihat ketiga sahabatnya ini bahagia membuat hati Nafa tersenyum, walau tidak terlalu ia munculkan secara visual juga pada bibir merah Nafa. Untuk tersenyum saja rasanya saat ini sungguh sulit. Diaa sendiri lupa kapan kali terakhir tersenyum jelas mencetak bibirnya keatas.

Panggilan seseorang membuyarkan lamunan Nafa saat ini

"Nafa." Ara melambaikan telapak tangan di depan wajah Nafa.

Nafa memandang Ara tanpa ekspresi, Ara berulang kali melambaikan telapak tangannya di depan wajah Nafa. Sampai Nafa menjawab.

"Hmm."

Ara menghela nafas berat, dia tau apa yang telah di rasakan Nafa sampai seperti ini, untuk menjawab kenapa atau apa saja betul-betul susah, ekspresinya yang tak bisa terbaca, sukar ditebak, ngomong irit atau seperlunya. Padahal Ara tau kalau dulu Nafa adalah gadis periang, ramah, dan baik, terkadang juga sangat cerewet. Namun apa daya semua sifat, kelakuan Nafa itu kini sudah menghilang tertelan bumi, sangat berbanding terbalik dengan Nafa yang dulu. Apa daya Ara yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa memberikan dukungan semangat juga motivasi yang lebih baik untuk Nafa.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang