BAB 23 - Mendadak Tobat

1.5K 70 4
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

A/N: Katakanlah ini bonus part buat kalian, soalnya beberapa bulan kedepan mungkin gak bisa update cerita apa pun. Karena aku sedang mengurus sesuatu hal. Selain itu ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan. Dan semua itu pasti sangat membutuhkan waktu yang lumayan lama, jadi mungkin aku akan sangat sibuk sampai waktu yang nanti ditentukan.

Jangan bersedih kalo sempet in shaa Allah aku up :))

***

Semua barang bawaan sudah ada didalam mobil, Nafa hanya tinggal menunggu Dafa selesai ganti baju.

Dia sekarang duduk di halaman depan rumah menatap jalanan komplek yang tidak begitu ramai, hembusan angin pagi begitu bersahabat. Membuatnya menjadi lebih tenang.

Sebenarnya pikiran Nafa masih terbayang dengan perlakuan Dafa tadi malam. Nafa sedikit mendesah, dia bukan tipe orang yang terlalu memaksakan kehendak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Dafa atau orang lain pun.

Nafa memberikan kebebasan waktu ke setiap orang jika ada yang ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Termasuk ke saudaranya, Dafa.

Sudah cukup lama Nafa menunggu Dafa di depan rumah. Tapi belum ada tanda-tanda Dafa datang.

"Non," Nafa menoleh dan menatap bi Inah tanda mengatakan 'ada apa?'.

"Nungguin aden ya?" Nafa mengangguk pelan, disaat itu pula Dafa keluar dengan mengenakan kaos putih polos ditambah balutan kemeja kotak-kotak dengan kancing terbuka.

Cukup menawan dan terlihat lebih muda dari umurnya.

"Ayo dek," Nafa berdiri dan memberi salam ke bi Inah dan dilanjutkan oleh Dafa.

Mereka segera memasuki mobil dan langsung pergi meninggalkan halaman rumah. Bukan Nafa yang menginginkan diantar, tetapi Dafa terus memaksa untuk mengantarkannya.

Lagi-lagi Dafa, bosan mendengar sebenarnya. Tapi memang tokoh Dafa memiliki sifat protektif ke Nafa dari dulu sih walaupun dulu dan sekarang sikap protektifnya jauh lebih besar sekarang. Alasannya selain dia ingin menjaga Nafa dari pengalaman yang pernah terjadi, Dafa juga real tidak ingin terus merasa bersalah atau menyesal seumur hidup karena sesuatu hal yang tidak bisa dijelaskan.

Jalanan lumayan legang dapat dengan cepat mobil Dafa sampai di sekolahan. Ternyata belum terlalu ramai yang datang.

Dengan bantuan Dafa, semua barang-barangnya diturunkan. Nafa hanya cukup membawa satu koper dan tas gendong tidak terlalu besar.

"Nafa!!" seru seseorang dari kejauhan. Nafa segera menoleh. Dari ujung pintu terdapat tiga sahabatnya.

"Temen-temen kamu?" Nafa terkekeh, "iya kak."

"Hayo!" Bella sudah dibelakang punggung Nafa menepuk pundaknya agak keras, Nafa tidak merespon kaget atau marah. Seperti biasa dia hanya menatap datar Bella yang malah memasang wajah sumringah.

"Siapa tuh Naf, kenalin dong!" ucap Nindya seraya melirik terang-terangan ke Dafa. "Kakak."

"Kakak lo?"

"Hmm," Nindya terlihat mengangguk-angguk paham sedangkan Ara dari tadi hanya menunduk bingung mau berbuat apa.

"Kalian temennya Nafa ya?" tunjuk Dafa kepada ketiganya, Dafa belum sadar kalau dibelakang Bella ialah Ara.

Jelas untuk Bella dan Nindya yang ditanyai seperti itu akan memberikan respon antusias, apalagi dapat bonus senyum menawan dari Dafa. Sebelumnya mereka berpikiran akankah sifat kakak Nafa akan sama seperti dirinya, ternyata tidak. Jauh dari kata sama yang lebih dominan datar.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang