SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN
***
Tidak terasa enam hari lamanya SMA Garuda Bangsa telah menjalankan kegiatan study camp.
Semua siswa sudah juga sudah merasa lelah, lelah pikiran juga lelah fisik. Ini hari terakhir mereka menginap di sekolahan. Karena beberapa hari kedepan mereka akan dibebaskan atau tidak bersekolah sebelum menjelang ujian nasional.
Karena hari terakhir, kebanyakan dari mereka memanfaatkan waktu untuk berkumpul dengan teman. Entah sekedar bergurau atau bersantai. Ada pula siswa laki-laki memilih untuk berolahraga.
Namun, hal itu tidak berarti bagi Nafa.
Semenjak kejadian malam itu, Nafa semakin menjauhkan diri termasuk dari Ara maupun yang lainnya. Dia selalu menghilang. Pergi tanpa pamit dan datang tiba-tiba.
Sungguh perasaannya sedang berkecamuk. Seperti apa yang sedang dia lakukan sekarang. Berkali-kali dia melamun memperhatikan percikan air mancur di taman belakang sekolah tanpa berkedip.
Hanya dedaunan kering mulai berterbangan terkena angin sebagai peneman Nafa dalam suasana sesunyi ini.
Baru kemarin hatinya menghangat karena kedatangan Dafa. Sekarang, seketika semua berubah menjadi dingin kembali.
Bukannya mau menyalahkan kedatangan Aresh, tetapi dia belum siap jika sakit itu juga kembali lagi. Perasaan sakit yang dia pendam bertahun-tahun.
Aresh seharusnya tahu kalau membahas masa lalu hanya akan membuka luka lama. Dan kini luka itu kembali Nafa rasakan.
Perih tapi tidak berdarah.
Nafa merasakan sulit untuk bernafas, pecahan memori lama kembali berputar. Segala perbuatan jelas terekam dalam ingatannya. Semua jadi terasa berat. Hari demi hari sudah tidak terasa penting.
Berulang kali Nafa mencoba menelan ludah karena tiba-tiba tenggorokan ikut terasa kering.
Perlahan tatapannya berpindah ke kolam, dia fokus memperhatikan wajahnya tanpa ekspresi. Dia letih sangat letih. Matanya langsung berubah sendu dan seperti biasa spontan mata itu mengeluarkan cairan bening. Selalu begitu.
Nafa menangis tanpa suara. Dan itu terjadi ketika dia sedang sendiri.
Ara menghela nafas gusar ketika melihat Nafa sedang duduk melamun sendiri.
Dia merasa yakin kalau Nafa sedang dalam keadaan tidak baik.
Dengan niat untuk menghampiri, Ara melangkah maju. Namun sesaat dia berhenti kemudian balik melangkah lagi dan mendadak berhenti kembali. Ara terus saja melakukan itu.
Ara mengepalkan kedua tangannya untuk tetap mantap menemani Nafa. Tidak peduli jika nanti dia tidak diperhatikan.
"Nafa,"
Tidak menoleh dan tidak dijawab oleh Nafa. Ara memejamkan mata sebentar. Sabar.
Tanpa meminta izin, Ara segera duduk disebelah Nafa dan ikut memperhatikan dirinya sendiri sedang bercermin pada kolam.
Setelah cukup lama saling terdiam. Ara kemudian tersenyum sekilas.
"Nafa lo tau gak, apa artinya laut mana yang tak berombak, bumi mana yang tak ditimpa hujan?"
Nafa diam tidak menyahut.
Ara tersenyum simpul dengan tatapan masih bercermin pada air kolam, "Gue yakin lo paham. Tapi, gue juga mau jelasin ke lo lagi. Bagaimana pun manusia tidak akan luput dari kekhilafan atau kesalahan, ya begitu arti dari peribahasa tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
CUEK
Teen Fiction••• Jangan melihat orang baik selalu terlihat baik-baik saja. Karena apa yang kamu lihat tidak seperti apa yang terlihat. Hidupku rumit, aku seperti daun muda yang lambat laun warnanya akan memudar, warna itu berubah menjadi kuning kecoklatan. Merek...