BAB 31 - Kegelisahan Tiga Cowok

2.8K 107 26
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

***

Dengan balutan jaket sudah menempel pada tubuh, Rendy segera mengenakan sepatu. Malam ini dia perlu refresing otak, dia akan berjalan-jalan sebentar untuk cari angin.

Otaknya dipenuhi ketidakjelasan yang tidak pasti. Dia sengaja ingin pergi sendiri tanpa memberitahu temannya.

Bukan bermaksud egois, tapi memang keadaan harus memaksakan Rendy sendiri. Dia tidak ingin banyak pertanyaan keluar dari mulut temannya.

Di dapur terlihat mamanya sedang bergelut dengan panci. Saking terfokus dengan pekerjaannya, Reisha sampai tidak mendengar suara adu gelas dan sendok.

Rendy sengaja membuat teh hijau kesukaannya dulu sebelum dia pergi. Teh hijau memiliki manfaat tersendiri bagi Rendy, selain bermanfaat untuk kesehatan. Bau khas lebih dominan langsung membuat Rendy candu. Padahal rasanya sangat pahit, hanya sebagian orang saja menyukai teh tersebut.

Selesai meminum, Rendy menghampiri Reisha. "Ma, Rendy ijin keluar dulu ya." Reisha mengangguk singkat, setelah itu Rendy langsung berbalik. "Assalamu'alaikum,"

"Wa-" Reisha cepat-cepat mematikan kompor dan memutar tubuh, "Rendy!" Teriak Reisha saat Rendy malah sudah di ambang pintu.

"Mau kemana?"

"Keluar bentar. Ijinin papa ya ma,"

"Pergi kemana? Udah sore ini."

Rendy mendesah lesu, "Hari ini aja." Reisha berlari kecil ke Rendy dan langsung mengusap puncak kepalanya, "Ya udah, hati-hati ya. Jangan pulang terlalu malam, papa lagi sakit. Nanti mama bilang ke papa kamu main bentar." Ucapannya tersenyum.

Rendy tidak berkomentar dia hanya membalas dengan anggukan dan mencium tangan Reisha.

Rendy belum tahu mengapa dia sangat gelisah, seperti harus perlu dia cari. Tapi dia tidak tahu apa itu.

Sengaja laju motornya dia pelankan, sambil menikmati udara sore terasa menyegarkan, semburat jingga terpancar cerah, berada di ufuk ingin tenggelam sebagai penenang pikiran. Rendy sungguh menikmati pemandangan alam itu.

Tanpa terasa sudah beberapa kali Rendy memutari area perumahannya, sampai titik saat di mana dia berhenti. Taman mini yang letaknya berada di tengah perumahan. Di sana dia menemukan banyak keluarga kecil bermain-main.

Pantas saja jika anak kecil juga masih betah berada di taman. Selain, berderet macam tanaman menghiasi, disediakan pula beberapa mainan, seperti ayunan, jaring laba-laba, jungkat-jungkit.

Suasana taman nampak tidak terlalu ramai, Rendy lantas menepikan motor untuk menyinggahi tempat tersebut.

Rendy mengamati sekeliling. Satu tempat yang dirasa cocok untuk Rendy tempati saat ini. Sebuah rumah-rumahan terbuat dari kayu jati dengan tambahan pintu masuk dan keluar, yang dibawahnya terdapat
papan seluncuran.

Dengan bantuan anak tangga, Rendy segera menaiki rumah-rumahan untuk masuk kedalamnya.

Tidak ada yang spesial, terlihat gelap tanpa penyinaran. Rendy menyendiri dalam kesunyian. Dia hempaskan punggungnya dalam dinding kayu tersebut. Isyarat otak menginginkan dia memejamkan mata, satu menit kemudian dia terlelap dalam keadaan menutup mata tapi masih sadar.

***

"Dek, kamu dimana?" Keluh Dafa dalam hati, dia lelah mencari Nafa mulai dari area komplek hingga keluar dari perumahan mewah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang