SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN
Siapa kamu berani pergi tanpa pamit sekarang datang tanpa permisi dan,
Tolong jika barang itu dari kamu, jangan mencoba bersembunyi dibalik topeng yang selalu kau tutupi-🍁「Arzetta Nafa Raditya」🍁
***
Cowok di depan tersenyum simpul. "Nafa?" ucap cowok itu. "Apa kabar?"
"Emm...Nafa?"
Deg
Tubuh Nafa melemas, dia memohon agar secepatnya meninggalkan tempat itu. Namun tidak bisa kakinya seperti sudah terkena lem.
Ya. Cewek itu adalah Nafa si cewek frozen dan cowok yang memanggilnya itu sekarang bersekolah di SMA Garuda Bangsa terlihat bahwa seragam yang dia kenakan sama dengan Nafa.
"Baik." jawab Nafa datar dengan berbalik meninggalkan cowok itu. Langkahnya dia percepat, saat ini dirinya belum siap untuk bertemu kembali.
Cowok itu berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Nafa, karena cara jalan Nafa setengah berlari dan menghindar. Dia melepaskan untuk mengejar Nafa, semua ini memang membutuhkan waktu.
Maaf Nafa, maaf
Nafa masih terus berjalan melewati beberapa siswa. Dia tidak peduli dengan orang yang menatapnya bingung sekaligus heran, laju langkahnya terbilang tegesa-gesa seakan sedang menghindari sesuatu yang dapat mengganggu dia. Nafa belum bisa menguasai pikiran dan hatinya.
Saat ini dia hanya membutuhkan kesendirian untuk menstabilkan pikirannya saat sempat beradu, mengontrol emosi yang memuncak.
Nafa berjalan ke arah belakang sekolah, tempat dimana menjadi kebiasaan disaat dirinya ingin menyendiri. Tempat ini sangat jarang di kunjungi oleh siswa, karena tempatnya berada dipaling ujung gedung berdekatan area jalan menuju rooftop itu sangat sepi.
Hanya orang-orang tertentu mau menapakkan kaki ke area tersebut. Termasuk seorang Nafa diantara siswa lain.
Nafa menghempaskan tubuhnya pada kursi bercat putih berukir bunga matahari. Di sinilah Nafa berada, taman belakang sekolah. Suasana sunyi menambah kesan tenang untuk dirinya.
"Gue gak tau kenapa lo datang lagi saat ini? Kenapa? Kenapa?" ucapnya dalam hati.
Perasaannya tidak stabil, namun Nafa masih bisa mengendalikan diri. Rasa sakit dalam lubuk hati masih membekas. Sulit dimengerti untuk bisa memahami segala permasalahan yang dia hadapi. Rasanya sangat sulit untuk bersikap tegar. Kepalanya tertunduk kebawah dengan tangan memijit kedua pelipisnya secara perlahan, matanya terpejam merasakan kepala semakin berdenyut.
Dari kejauhan sosok cowok bertubuh jangkung mengamati gerak gerik cewek berada di taman. Niat awal ingin kabur ke rooftop dari pelajaran pertama. Rooftop merupakan bagian dari markas dalam hobinya membolos bersama temannya. Siapa lagi kalau bukan Arendy Nero Bagaskara.
Sudah terlalu lama Nafa berdiam diri di taman, melupakan bahwa dia sudah terlambat memasuki jam pelajaran pertama. Nafa meninggalkan taman untuk kembali ke kelas. Tidak mungkin dirinya membolos. Biar bagaimanapun Nafa termasuk siswa taat tata tertib.
Berbeda dengan cowok tadi diam diam mengamatinya, kini dia bersandar di dinding dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana.
Nafa melewatinya dalam keadaan masih acuh, cowok itu hanya seperti boneka pajangan yang terpampang didepan toko. Wajah datarnya tidak pernah berkurang, ditambah suasana hatinya hari ini sedang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUEK
Teen Fiction••• Jangan melihat orang baik selalu terlihat baik-baik saja. Karena apa yang kamu lihat tidak seperti apa yang terlihat. Hidupku rumit, aku seperti daun muda yang lambat laun warnanya akan memudar, warna itu berubah menjadi kuning kecoklatan. Merek...