BAB 26 - Memori Lama

1.4K 63 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

***

19 Juli 2014

Bagi gadis manis yang duduk termenung dibangku sudut ruangan kelas, inilah hari terakhir dia bisa merasakan kebahagiaan setelah semua kebahagiaannya direnggut paksa oleh takdir hanya dalam waktu sekejap.

Setelah mendengar semua dan tanpa sengaja juga sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang mereka lakukan.

Gadis itu termenung sendirian dalam kesunyian. Air matanya terus mengalir tanpa henti tetapi bibirnya tetap memilih untuk bungkam.

Hatinya terasa sesak, kepercayaan untuk mereka sudah lenyap.

Usia gadis usia empat belas tahun itu juga masih sangat labil. Emosinya pun menjadi tak bisa dikontrol.

Sambil menunduk, dia memandangi tangannya yang memerah akibat pukulan ke dinding. Sakit yang dia rasakan di tangan tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit dalam hatinya.

Dia mengepalkan tangan ingin meluapkan emosi tetapi tertahan, ingin berteriak pun tak bisa dikeluarkan. Hanya tangisan tanpa suara dan dada bergemuruh mengguncang batin.

Lelah merenungi kejadian demi kejadian tadi. Gadis itu mulai beranjak ketika sinar menyilaukan wajah polosnya.

Senja akan hadir dengan kegelapan langit kelabu. Hatinya juga ikut merasakan kegelapan seakan sudah tidak ada lagi penyinaran. Terasa gelap tiada penerangan.

Pandangannya terlihat kosong, sama seperti arah langkah kaki untuk berjalan kemana dia sudah tidak tahu. Dia tidak ingin pulang ke rumah, tidak akan mau. Untuk melangkah ke jalan pulang sangat berat dilakukan.

Yang seharusnya dia berjalan lurus malah berbelok, berlawanan arah dengan jalan pulang. Entah mengapa hidupnya terasa sudah tidak berarti lagi. Seperti tujuan hidup dan semangat yang dia perjuangkan selama ini hanya lah delusi. Terbuang sia-sia.

Sudah dipatahkan bersama patahnya rasa kepercayaan kepada mereka.

Disela-sela waktu semakin gelap ternyata ada seorang laki-laki yang menggunakan skate melaju dengan lincah dan di kecepatan rata-rata. Laki-laki berkacamata itu tengah kabur dari rumah karena baru saja ada permasalahan serius. Tidak biasanya dia pergi meninggalkan rumah pada saat malam akan tiba. Tapi merasa ingin menetralkan sakitnya, dia terpaksa harus pergi ke suatu tempat untuk sejenak menghilangkan penat dan melupakan masalah itu.

Dia ingin pergi ke suatu tempat yang letaknya cukup jauh dari area komplek perumahan, beberapa hari yang lalu tanpa sengaja dirinya menemukan sebuah tempat bagus dan jarang dikunjungi orang.

Ditempat itu memiliki keindahan tak terbatas dengan nuansa alami dan akan menjadi peneman ketika dia terlihat rapuh.

***

"Nafa?"

Rendy tercekat melihat Nafa sudah berdiri dengan tatapan tak bisa diartikan.

Pandangannya terlihat mengarah ke mereka, tetapi sedikit menunduk memicingkan ke benda yang di bawa oleh cowok disebelah Rendy.

Ditangan kiri terlihat sedang menggenggam sesuatu barang yang tidak asing dimatanya. Nafa sudah menyadari hal itu. Tetapi dia tidak mengetahui apa maksud dari semua ini.

Ara baru saja melangkah masuk langsung terdiam memandangi seluruh ruangan, dia tersadar kalau ada yang tidak beres, ternyata benar. Dia mengamati dinding pojok penuh dengan pecahan kaca kecil-kecil.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang