BAB 25 - Tidak Terduga

1.5K 69 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

***

"KAMU TAHU APA YANG KAMU LAKUKAN?!!"

Suara bariton menggema seluruh ruangan hingga bunyinya menimbulkan efek pada orang di sekelilingnya yang hanya terdiam membisu.

"SUDAH DIBILANG IN JAGA DIA BAIK-BAIK!!"

Sudah sekian lama laki-laki paruh baya itu mengucapkan kata sambil berteriak. Urat lehernya sampai menojol terlalu banyak mengeluarkan amarah.

Dia kesal juga lelah. Tidak akan mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Seseorang yang baru saja kena marah hanya menunduk pasrah. Merasa sangat bersalah tidak bisa menjelaskan kepada lelaki paruh baya yang dia sebut papa.

Rasanya sungguh menyakitkan selalu disalahkan seperti ini. Tapi bagaimana lagi, mungkin memang sudah takdir hidupnya begini.

Setiap tindakannya dipandang keliru. Terasa sesak didada walaupun dia kini mencoba tersenyum namun miris, menertawakan diri sendiri.

"KAMU DENGAR TIDAK!!" masih menunduk remaja beranjak dewasa itu mengangguk pelan.

Ingin menangis pun akan percuma, karena apa yang diharapkan kemungkinan kecil terjadi. Apakah dia anak yang tidak pernah diharapkan hidup didunia? Merasakan kebahagian sedikit saja belum pernah dia rasakan.

Dia seperti bukan anak kandung, bagaimana mungkin orangtua tidak pernah memperdulikan anaknya yang tertekan dari kecil. Tidak pernah dianggap sedikit pun.

Orangtuanya pekerja keras tanpa memberikan rasa kasih sayang ke anak, mereka hanya memberikan fasilitas dan materi saja. Jujur, dia tidak membutuhkan itu. Dia hanya perlu kedua orangtuanya selalu menganggap dia ada. Itu saja lebih dari cukup.

Terkadang timbul rasa sangat iri melihat beberapa orang diluar sana bisa tersenyum bahagia bersama keluarga masing-masing. Sedangkan dirinya? Tidak mungkin terjadi kalau dia belum mati, mungkin.

Bahkan dia bukan seperti orang yang terlihat mempunyai banyak masalah keluarga. Dia masih bisa ramah ke semua orang. Masih mau menuruti dan mendengarkan segala perkataan atau kemauan orangtuanya. Dia melakukan semua hal itu semata mata karena mau berbakti kepada orangtua, selain itu ingin sekali jika dirinya bisa dianggap ada.

Nyatanya, perlakuan baiknya tidak pernah di lihat. Mungkin mata hati mereka juga sudah ditutupi rasa kebencian.

Sampai detik ini saja kesalahan apa yang pernah dia perbuat tidak pernah diketahuinya.

Berbeda dengan banyak orang diluar sana, jika sedang banyak permasalahan keluarga atau terjerat pada zona broken home membuat mereka melupakan kewajibannya. Melupakan pribadi baik, berbuat seenaknya sendiri hanya ingin lebih diperhatikan.

Tetapi semua itu tidak pernah akan dia lakukan walau sering merasakan kepahitan. Kenyataan untuk disayangi keluarga memang tidak berpihak kepadanya.

Pernah sekelebat pemikiran untuk mengakhiri hidup karena terlanjur lelah. Tapi dia tidak bisa melakukan hal itu. Dia akan terus berusaha semampunya sampai maut datang dengan cara seperti apa.

Tidak ada perkataan lagi dari laki-laki paruh baya itu, dia mengendurkan urat lehernya dan langsung menyandarkan tubuh pada sofa. Merasa semua telah menguras banyak energi membuatnya mulai diam.

Tanpa disadari bahwa batas kesabaran anaknya sudah diambang. Dia bahkan tidak menyahut ketika anak sulungnya itu ijin keluar rumah.

Tidak menunggu jawaban, cowok berumur delapan belas tahun tadi langsung beranjak pergi meninggalkan rumah menuju ketempat sering dia kunjungi saat merasa sedih, kecewa ataupun marah.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang