BAB 11 - Perasaan Rendy

2.8K 127 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Dirimu mulai berkelana di hatiku, walau hatimu masih diselubungi oleh kebekuan,
kau seperti alkohol yang memabukkan jiwaku-

🍁「Arendy Nero Bagaskara」🍁

Maafkan jika gunung es yang ku buat, belum bisa untuk kau hancurkan.
Untuk memijaknya saja,
belum seutuhnya kau raih-

🍁「Arzetta Nafa Raditya」🍁

***

Bau obat mendominasi ruangan itu, ruangan dengan warna serba putih yang lebih mencolok dimata. Ditambah suasana sunyi mengiringi seorang cowok di depan kamar VIP. Punggungnya dia sandarkan pada pintu kaca, kedua tangan dia masukkan kedalam saku celana. Pakaian yang dikenakan sekarang juga masih menggunakan seragam sekolah, padahal waktu saat ini sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Wajah yang dia perlihatkan jelas melukis rasa lelah. Terlebih ketika mengetahui kalau cewek yang sedang berada dalam kamar tesebut memang sakit.

Lo harus bisa jaga cewek yang lo suka! kalimat ini lagi yang terus memutari otak Rendy. Dia mengacak rambutnya frustasi.

Rendy berdecak, dia bukan tipe orang yang selalu memikiran orang lain yang dianggap tidak terlalu penting bagi hidupnya. Tetapi saat dengan Nafa, rasa itu berbeda. Apa dia benar mulai mempunyai ketertarikan dengan Nafa. Karena, memang dari dulu dia tidak pernah berpacaran atau mengutarakan rasa dengan cewek yang pernah dia suka, memiliki ketertarikan saja belum pernah dia rasakan. Kalau memang ada berarti sekaranglah dia merasakan, dan itu dengan cewek bergelar frozen itu.

"Ren lebih baik lo pulang dulu, ganti seragam lo dan thanks udah bantu nolongin Nafa." Ara muncul dibalik pintu dengan ekspresi sama lelahnya.

"Lo??" Rendy bertanya mengingat penampilan Ara masih berseragam juga.

"Gue gak papa, tenang aja. Nyokap gue bakal kesini." Rendy mengangguk sebentar. "Gue pulang dulu, kalo ada apa-apa telefon gue!"

"Oke, sekali lagi thanks Ren."

"Sip!" Rendy membalikkan badan, namun sebelum itu kakiknya menyuruh memutar balik. "Ra, jagain Nafa. Kalo dia udah siuman kabarin gue!"

Kedua alis Ara saling beradu setelah mendengar permintaan Rendy, sedetik kemudian dia tersenyum mencoba mengerti dari maksud ucapan Rendy.

Rendy berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang nampak sepi, hanya beberapa orang yang sempat berpapasan dengannya. Dia melangkah ke motor kesayangnya. Bersama dengan motor berwarna hitam metalik, Rendy memacu keluar dari area rumah sakit.

Dari pagi berganti siang hingga menjelang malam menjadi saksi bisu telah muncul suatu perasaan aneh didalam hati cowok bermata cokelat itu. Diiringi saat melalui jalan raya dengan cuaca dingin yang dapat menembus tulang rusuknya. Bintang dilangit bertaburan menemani perjalanan menuju ke sebuah perumahan mewah. Hingga menuju ke pelataran rumah berdesain natural, motor yang dia tumpangi sudah memasuki garasi. Hanya saja sebelum membuka helm, dia mengernyit melihat sebuah mobil yang tidak begitu asing berada dalam garasi rumahnya, didalam garasi tersebut sebelumnya hanya ada dua mobil, sekarang menjadi tiga. Mampus gue!

Rendy berusaha agar langkah kakinya tidak menimbulkan suara, dia berjalan dengan cara mengendap endap seperti maling, mengintip dibalik pintu ke setiap penjuru ruangan yang terlihat sepi, tidak ada orang. Dia melepaskan seragam putihnya menyisihkan kaos polos berwarna putih, tak lupa celana abu-abunya dilepaskan hingga sekarang hanya memakai boxer berwarna hitam. Saat setelan seragamnya dia masukkan ke dalam tas, dia mengamati alas kaki yang sedang dikenakan. Ada yang ganjil jika dia mengenakan sepatu cat. Tanpa sengaja sebuah benda mengganggu pijakan Rendy, sepasang sandal jepit. Aha, telintas ide diotak Rendy.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang