BAB 16 - Nafa Sekolah

2.1K 100 6
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Hari ini hari dimana
Aku bisa merasakan kehidupan.
Setelah, kamu tidak ku jumpai.

「🍁 Bayuanatha Mive G 🍁」

Rindu mengutarakan rasaku.
Tapi semua sirna setelah ku ingat
kejadian yang telah lama ku kubur.

「🍁 Arzetta Nafa Raditya 🍁」

***

"Nafa yakin mau pulang sekarang?" Nafa mengangguk mantap "yasudah bibi siap-siap dulu ya. Nafa tunggu sendirian disini gak papa??" kembali Nafa mengangguk singkat

Bi Inah keluar ruangan untuk mengurusi administrasi Nafa. Ya. Hari ini Nafa sudah diperbolehkan pulang. Hanya saja Nafa harus istirahat cukup dirumah.

Nafa mengambil ponselnya diatas nakas. Sudah selama beberapa hari ini Nafa sama sekali tidak menyentuh ponsel. Dia mengecek satu persatu notifikasi didalam. Beberapa pesan dan panggilan dari kedua orangtuanya hanya dibaca. Nafa tidak berniat untuk membalas.

Kalau memang orangtuanya tau Nafa sakit kenapa tidak datang atau hanya sekedar menjenguk sebentar saja. Memangnya dengan mereka melihat lewat via video call bisa membuat Nafa lebih baik. Tidak. Jika mereka benar peduli dan masih menganggap anak setidaknya menjenguk ke rumah sakit sebentar tidak salah. Apa pekerjaan mereka lebih penting dari keadaan anaknya. Nafa sudah tidak mau tau lagi. Dia kembali menutup ponselnya dan mematikannya.

Dirasa bosan hanya duduk menunggu, Nafa berdiri untuk melihat keadaan diluar. Kebetulan jendela ruangan dimana Nafa dirawat bisa dibuka. Nafa membukanya secara keseluruhan. Menghirup udara segar karena banyak pohon yang tertanam di area rumah sakit, ditambah letak ruangan Nafa berada di belakang taman.

Terdapat tidak banyak orang yang hilir mudik. Yang menyita perhatian Nafa hanya satu. Seorang anak kecil duduk diatas kursi roda diikuti seorang wanita paruh baya sedang tertawa bergembira. Bahkan, selang infus yang masih tertancap ditangan anak kecil itu sama sekali tidak dihiraukannya. Anak kecil itu merasa bahagia hanya melihat sebuah kolam kecil dengan air mancur kecil yang memang ada ditengah-tengah taman.

Aura yang terpancar dimuka anak kecil itu sangat pucat. Nafa sendiri tidak tau anak itu sakit apa. Hanya yang Nafa terpukau anak sekecil itu sudah memakai hijab. Seketika hati Nafa berdesir.

Tubuhnya yang mungil terlihat lebih mungil dari kejauhan. Dengan tiba-tiba dari arah lain datang laki-laki sekitar seumuran Nafa mendekati anak kecil itu dan berada di sebelahnya. Laki-laki itu membungkuk memberikan sebuah balon warna warni yang langsung disambut bahagia olehnya. Mereka seperti sudah sangat akrab.

Nafa jadi teringat disaat umur sepuluh tahun dirinya juga memakai kursi roda karena kakinya patah saat jatuh dari sepeda. Disitu jelas sekali bagaimana khawatir mama dan papanya. Bukan hanya kedua orangtua, Dafa sebagai kakak dilanda rasa panik sampai memeluk erat Nafa kecil yang menangis terus menerus tanpa henti.

Nafa tersenyum masam mengingatnya. Rasanya baru kemarin dia merasa bahagia sekarang dia sudah tidak merasakan secuil kebahagiaan dalam keluarganya.

"Nafa ayo pulang."

Sedetik kemudian Nafa menoleh disambut senyum bi Inah yang tak pernah pudar, kembali Nafa mengamati taman tertuju ke anak kecil tadi. Bi Inah ikut tersalur untuk melihat arah pandangan Nafa.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang