BAB 13 - Muncul Rasa Kehampaan

2.4K 105 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Entah apa yang kurasakan kini,
hatiku merasa sepi tanpa melihat dirimu dalam waktu sehari.

「🍁Arendy Nero Bagaskara 🍁

***

Kini ruangan dimana Nafa dirawat ramai orang. Bukan hanya ada bi Inah dan sahabat Nafa. Tetapi jongos Rendy juga ada disana. Bahkan bocah berpipi gempal, Satya juga ada disana karena ajakan Rendy.

Mereka saling bersenda gurau. Lain hal dengan yang dilakukan Nafa. Dia memilih menyibukkan diri untuk membolak balikkan lembar buku.

"Ren gue mau tanya sama lo?" bisik Yoga terdengar serius.

Rendy mengangkat sebelah alisnya.

"Lo kok bisa ada disini duluan??" Arya menatap tajam. "Dari kemaren juga gak ada kabar lo kemana aja?"

"Disini." jawab Rendy tanpa beban.

"Dasar titisan ultramen!" ketus Arya "jawabnya yang jelas, lengkap, detail!"

"Gue disini Ar! Dari pagi nungguin Nafa. Puas?!" jawab Rendy sedikit berteriak.

Arya dan Ibnu yang sedang berceloteh ria dengan Satya mendadak terbungkam. Mereka lebih memusatkan perhatian lebih ke Rendy. Sedangkan Yoga mengusap wajahnya kesal. Untung saja kaum cewek cewek tidak mendengar teriakan Rendy. Karena mereka memang sedang sibuk dengan dunia ala cewek jaman now.

Dengan sedikit kekesalannya Yoga menjitak kepala Rendy keras.

"Sial lo!"

"Pelanin suara lo geblek!!" Arya mendengus kesal. "Selow gue cuma nanya doang!"

Ibnu maupun Yoga saling pandang. Mereka mengedikkan bahu tidak mengerti. Hingga dengan iseng Ibnu melempar kulit kacang ke arah Rendy.

"Hei lo berdua ribut mulu! Kenapa??" tanya Ibnu penasaran.

"Gak papa!" ketus Arya dan Rendy serempak.

"Kayak cewek lo pada. Ditanya jawab gak papa doang!"

"Bodo!" ketus Arya.

"Oh iya Bos, lo kok bisa disini duluan tadi??" selidik Yoga.

"Gue udah dari pagi disini."

"Ohhh." Ibnu dan Yoga mengangguk paham. "Apa?!!!"

"Kalian para cowok diem ngapa sih?! Berisik terus keluar!!" ucap Ara sedikit galak

"Tuh kan dimarahin titisan kucing garong. Makanya kita diem."

"Gue masih denger Ar!"

Nindya menenangkan emosi Ara dengan menepuk nepuk bahu Ara. Bella masih tidak bisa berfikir dengan tingkah teman-temannya.

"Ati-ati ngomong salah dikit ntar kita diterkam."

Mereka benar tidak tahu kondisi. Satya masih berada di samping mereka hanya diam mematung tidak paham arah pembicaraan keempat cowok itu. Satya yang penasaran akhirnya angkat bicara.

"Diterkam siapa kak Ibnu??"

"Eeh-"

"Satya gak usah dengerin omongan mereka ya. Itu gak baik." sahut Rendy sebelum Ibnu menjawab. Ibnu juga kikuk bingung mau jawab apa.

"Oke kak Rendy."

Waktu sudah berjalan sangat cepat. Senja mulai terbenam tidak menampakkan wujudnya. Ternyata Rendy dan teman-temannya sudah terhanyut kedalam kebersamaan. Rendy segera mengecek ponselnya. Takut jika nanti orangtuanya menghubungi. Dan memang benar, muncul notifikasi tigapuluh panggilan tak terjawab dari Mama, duapuluh dari Papa, dan duabelas dari Rilla.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang