BAB 22 - Persiapan Studycamp

1.6K 90 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

***

Bayu merasa sangat stress. Dia gelisah ketika sesuatu yang telah dia lakukan matang-matang malah akan menimbulkan dampak buruk.

Entah pikiran itu muncul dari mana yang jelas setelah kepulangannya ke Indonesia dia merasakan banyak perubahan yang terjadi.

Terlebih kepastian akan barang yang dia titipkan ke seseorang malah tidak diterima baik olehnya. Kabar itu menghilang seakan seperti debu tertiup angin.

Awal mula Bayu hanya merasakan kejanggalan ini sebatas kebetulan. Tetapi semakin mengarah kesini perasaan aneh selalu menyelimuti pikirannya. Jelas dia bingung sekaligus takut. Bingung ketika barangnya tidak langsung diterima sesuai oleh si penerima begitu pula dengan sebuah surat. Akankah keduanya malah tertukar? Atau hilang?

Jika barang itu tertukar, Bayu yakin bahwa akan terjadi masalah besar. Tapi kalau hilang, Bayu tidak begitu mengkhawatirkan.

Ketakutan lebih ketika suatu hari nanti sebuah kenyataan akan terungkap bukan dari mulutnya sendiri. Selama ini dia memang pecundang tidak berani mengambil resiko. Dia pengecut, terlalu lemah jika sudah berhadapan dengan orang yang sampai sekarang masih dicintainya.

Mau bagaimana lagi. Bayu berusaha menutupinya selama bertahun-tahun. Dia cowok tapi takut jika gadisnya pergi meninggalkannya karena risih saat mengetahui kebenaran dirinya.

Yah, dia menyesal tidak dari awal dia jujur, sebelumnya terlalu berpikiran negatif.

"Arghhhh," Bayu mengerang sambil memukul dadanya hingga menimbulkan sesak dan sakit. Dia lupa jika hal itu tidak boleh dilakukan.

Nafas Bayu sudah mulai tersenggal-senggal. Bayu begitu kesakitan. Wajahnya sudah mulai pucat, tubuhnya melemah.

Untuk mengambil obat di atas nakas Bayu tidak ada tenaga. Tangannya pun sudah tidak bisa menggapai tombol bel untuk memanggil seseorang. Akhirnya dia kalah.

***

"Dek, besok kamu udah mau menginap di sekolahan ya?" tanya Dafa sesekali melirik adiknya yang sedang mengaduk susu cokelat.

Nafa tersenyum tipis dan mengangguk, "Iya."

"Jangan lupa bawa vitamin,"

"Iya."

"Study camp memangnya berapa lama?"

Nafa meletakkan sendok kemudian berjalan ke meja makan, "seminggu." terdengar Dafa berdecak. "Kenapa?"

Dengan senyum menggoda Dafa menghampiri Nafa, "gak kangen sama kakak?" Nafa terkekeh pelan namun selanjutnya dia malah terdiam sibuk memperhatikan Dafa yang sedang menyiapkan makanan. "Mau pergi lagi?"

Dafa langsung menghentikan tangannya untuk mengambil sayur kangkung. Dia menatap Nafa cukup lama kemudian tersenyum tanpa menjawab pertanyaan adiknya.

"Kapan kesana?" Nafa sudah mengalihkan perhatiannya ke segelas susu cokelat yang sejak tadi belum dia minum.

Dafa sedikit mendesah walau tidak kentara, "kakak masih disini dua sampai tiga bulan dek." Nafa hanya menjawab seadanya dan segera meminum susu coklatnya yang sudah agak dingin.

CUEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang