TLL 23
The Light Of Life
Shava mencari pakaiannya dan langsung memakai pakaian itu dengan terburu-buru. Sael yang masuk ke kamar tampak menarik Shava keluar saat gadis itu telah selesai berpakaian.
Menanggapi tarikan tangan Sael, Shava tampak kesal dan menghempas tangan itu kuat. "Kau tau kan? Kau terlibat kan? Kau menjebakku Sael kau benar-benar keterlaluan" Sael tampak terdiam tak mampu menjawab.
Shava tampak tidak ingin mendengar ataupun melihat Sael hingga gadis itu berjalan dan terhenti saat melihat Arshya dan Jaeer yang terlihat tengah bercakap "Kumpulkan semua pasukan yang ada, bantai semuanya dan sisakan Putri sialan juga pemimpin pemberontakan itu, ah untuk pemimpin itu potong kedua kakinya dan untuk si putri potong kedua tangannya". Mendengar ucapan Arshya membuat degup jantung Shava kian terpacu.
Sael yang ikut mendengar kembali meraih tangan Shava dengan lembut. "Kau dengar? Kumohon hanya kali ini selamatkan dia" Shava menatap Sael tidak percaya.
"Aku akui aku ini bodoh, tapi kenapa juga aku harus mau membantu wanita yang menipu dan memanfaatkanku demi kepentingannya" Shava tampak mulai kembali berjalan saat Arshya sudah pergi entah kemana.
Sael mengejar, berusaha menggapai lengan Shava kembali hingga membuat Shava sedikit berlari kecil. "Shava dengarkan aku" Shava berhenti kemudian berbalik menatap Sael "maksudmu aku harus mendengarkan ocehan pengkhianat sepertimu?" Sael kembali terdiam. Rasa bersalah semakin merembes masuk menggerogoti hatinya.
Meski sebenarnya Sael sama sekali tidak tau mengenai Shava yang menjadi umpan tapi tetap saja ia merasa bersalah karena telah membohongi gadis itu.
Shava sedikit maju memperhatikan wajah Sael lekat-lekat. "Aku dengar ayahmu juga seorang penjahat, tapi setidaknya yang kudengar ayahmu itu setia pada kawanya" Sael menatap Shava dengan tetesan air mata yang mulai mengalir.
"Kau tau kepada siapa ayahku setia? Itu kepada ayahmu, pada pria yang paling kau benci. Ayah bodohku itu bahkan tidak terlalu memikirkan nasib keluarganya akibat tindakan yang di ambilnya. Yang ia tau hanyalah ia harus setia pada orang itu, ayahmu. Dia, ayahku sendiri mengorbankan semua keluarganya hanya demi kesetiaan" Shava sedikit terkejut mengetahui hal yang disampaikan Sael. Karena ia sungguh tidak tahu menahu atas semua hal itu selain karena gosip-gosip yang sering didengarnya dari para pelayan yang lain.
"Aku, aku tidak pernah mengkhianatimu. Aku sama sekali tidak pernah berpikir melakukan hal itu namun putri Carla membutuhkan bantuanku" Shava tidak habis pikir pada Sael yang masih membela seorang pengkhianat.
"Kalau begitu bagaimana mungkin aku menemukan diriku diatas tempat tidur layaknya seorang pelacur? Jika bukan karena kau dan putri itu maka semua ini tidak akan kualami" Shava sedikit meninggikan suaranya.
Sael menatap Shava namun juga tidak bisa membela diri atas apa yang baru saja Shava katakan. Shava tampak berbalik kembali berjalan hingga ucapan Sael menghentikan langkahnya.
"Seorang bayi, ada seorang bayi di dalam perut putri Carla. Kumohon selamatkan dia hanya untuk kali ini. Selamatkan putri Carla, selamatkan janin dalam perutnya. Kumohon selamatkan dia Shava".
* * *
Berlumuran darah, Carla meringis melihat lelakinya berlumuran darah dengan lengan kiri yang sudah tertusuk pedang Arshya.
Pasukan mereka sudah semakin terkuras dan menyisakan beberapa saja padahal yang mereka hadapi hanya Arshya dengan beberapa pengawalnya.
Jaeer bahkan tidak ikut bertarung dan menyaksikan kericuhan dari jauh dengan duduk santai di tempat yang lebih tinggi sambil menikmati teh lemon dalam cangkirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Life [TAMAT]
Historical Fiction(SUDAH TERBIT) "Sebagai budak, kau harus lakukan apapun perintahku jadi cepat lepas pakaianmu itu, tentunya kau tidak tuli bukan?" mata gadis itu menyipit mendengar perkataan pria dihadapanya. "Kau miliku" dua kata sederhana namun bermakna banyak ba...