TLL 31: Name?

23K 1.8K 27
                                    

TLL 31
The Light Of Life

Hari memang tak selamanya malam, malam juga tak selamanya hitam. Tetapi entah mengapa di malam yang turun hujan gerimis ini langit seolah menampakkan kegelapannya. Menunjukkan sisi terkelam bagai dalam dasar samudra.

Semua orang tampak bungkam, dilema hendak mengatakan hal apa? Takut-takut salah bicara. Terlebih dalam situasi saat ini.

Jantung Shava berdegup kencang. Matanya masih terpejam namun suara benda jatuh ke air membuat ia tanpa sadar mencengkeram kuat kain yang entah bagaimana dapat digapainya.

Hembusan nafas asing terasa menerpa dahinya. Menyentuh kulit Epidermis miliknya. Kali ini sebuah tangan yang memegang pinggangnya semakin menarik dirinya kian mendekat, menempelkan tubuh mereka.

Merasa amat tidak nyaman, Shava membuka matanya menatap sinis pria yang kini menatapnya remeh.

Pria itu semakin tersenyum merendahkan "sepertinya kau juga takut mati?" Shava membuang pandangannya ke sembarang arah. Mendorong tubuh pria itu menjauh lalu tanpa sadar melihat tong yang terjatuh. 'Mungkin itu adalah benda yang membuatnya mendengar suara sesuatu yang terjatuh ke air, yang semula ia pikir adalah suara tubuhnya sendiri'.

Shava melihat papan yang dipijaknya dengan sedikit bimbang ia kembali mundur selangkah. Zian memperhatikan dan langsung menarik lengan Shava untuk mendapat pijakan yang lebih aman dari papan itu.

Semua prajurit bersyukur saat junjungan mereka mengurungkan niatnya dan membawa Shava kembali ke badan kapal. Namun tentu berbeda dengan para pelayan yang semakin mengutuk Shava dalam benak mereka.

"Kuberi kau satu kesempatan, karena sepertinya ancaman kematian tidak berguna untukmu, maka jika nanti setelah kita sampai di kerajaanku kau masih memilih bungkam. Mungkin aku akan memberikanmu kepada salah satu mentariku atau mungkin jika para prajuritku bekerja semakin giat akan kuberikan kau pada mereka" para prajurit bersorak ria, namun Shava tampak tidak terusik dan malah berjalan pergi meninggalkan Zian.

Zian yang merasa sangat amat tidak dihormati itupun menoleh menarik Shava hingga gadis itu berbalik menatapnya. "Kau semakin menarik amarahku kau tau?" Shava masih tampak tidak peduli. Gadis itu malah menatap Zian tanpa ragu.

"Shava Zayba. Tidak heran sikapmu sekurang ajar ini mengigat kau adalah putri pelacur dan pengkhianat" Shava tanpa peringatan menampar Zian cukup keras membuat pria itu semakin menatapnya murka.

"KURUNG DIA DIPENJARA, jangan beri dia makan ataupun minum" Laeli langsung menghampiri Shava membawa gadis itu menuruti perintah sang tuan.

Sambil berjalan wanita itu berbisik "tolong jangan melakukan hal itu lagi, hargai hidupumu sendiri". Shava menoleh namun hanya kembali tertunduk mendengarnya.

* * *

Zian berdiri di bagian belakang kapal, menatap langit sambil menikmati desiran ombak yang menerjang. Tanpa sadar ia teringat tatapan Shava saat gadis itu hendak menjatuhkan diri ke laut. Tatapan yang terlihat begitu sedih namun mampu menjerat siapapun yang melihatnya.

Zian duduk sambil sesekali mengusap bibirnya sendiri. Kebiasaan yang tampaknya memang selalu dilakukannya saat ia mulai berpikir.

"Apa dia seperti itu karena dicampakkan?" Zian jadi mulai ragu bahwa gadis itu sudah dicampakkan Arshya.

Zian kali ini sedikit duduk tegak "tunggu, apa mungkin malah dia belum bertemu Arshya? Ah untuk kepribadian pria mesum itu rasanya tidak mungkin jika dia belum menemui gadis yang dipercayainya memiliki wajah rupawan" kembali berpikir.

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang