TLL 35: Back Together

22.7K 2.5K 128
                                    

TLL 35
The Light Of Life

Raja Arshya menghabiskan cukup banyak waktu di kerajaan Hirah. Tanpa sadar dirinya sudah memasuki hari ke lima berada di kerajaan Arab tersebut.

Pelayan yang ternyata memang keracunan makanan sudah membaik. Persiapan untuk kembali juga sudah selesai. Mungkin rombongan Raja Arshya hanya akan tinggal sehari lagi sebelum keesokan paginya mereka akan kembali berangkat.

Kedua Raja itu berjalan beriringan, sambil tertawa riang setelah selesai berlatih bersama. Sesekali mereka akan saling memukul satu sama lain saat dirasa ucapan salah satu dari mereka sedikit membuat kesal.

"Baiklah-baiklah ku akui kemampuanmu bertambah pesat, kau puas yang mulia Raja Hirah?". Zian malah semakin tertawa mendengar nada bicara yang terlontar dari Arshya.

"Baiklah aku lapar ayo" Arshya berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Zian dibelakangnya.

* * *

Hari sudah berganti. Pagi dengan udara sangat sejuk akhirnya tiba. Penghuni istana sudah berbaris mengantar kepergian Raja Arshya.

Rombongan Raja Persia sudah siap berangkat kedua pemimpin, Persia dan Hirah tampak berjalan dengan santai sambil mengobrol hal kecil.

Shava duduk di kursi tepat di depan balkon kamar menara yang ditinggalinnya. Gadis itu memperhatikan banyaknya orang-orang di bawah sana, namun tetap tidak tertarik hingga masih melihat dengan tatapan bosan.

Mata Shava sedikit menajam saat melihat sosok yang tidak asing di matanya. Pria yang dari belakang terlihat begitu gagah dengan jubah kebesaran yang juga tidak asing dimata Shava.

Tanpa sadar gadis itu berdiri mencoba melihat lebih jelas dari kejauhan. Melihat kedua pemimpin yang tampak berhenti tepat di gerbang dan saling memeluk.

Shava masih belum bisa melihat jelas wajah pria itu sampai ia berbalik menatap para penghuni istana dan sedikit tersenyum lalu kembali berbalik memunggungi Shava.

'Dia?'

Tanpa sadar bibir Shava terbuka ingin mengatakan sesuatu. Tidak, lebih tepatnya ingin meneriakan sesuatu.

'Dia?'

Nafas Shava mulai memburu dengan matanya yang juga mulai memanas. Mulutnya terus terbuka seolah berteriak namun tidak ada suara apapun yang lolos dari tenggorokannya.

Arshya tampak sudah menaiki kudanya, siap untuk berangkat. Shava yang melihat itu semakin histeris berusaha memanggil meski tidak ada suara apapun yang lolos dari mulutnya.

'Arshya'

Shava sudah mengigat namanya, nama yang memang selalu ingin diingatnya.

Namun pemilik nama itu —mulai menjauh.

Shava semakin histeris, tetesan air mata mulai berjatuhan. Lengannya terus terulur berusaha menggapai hal yang sulit digapainya.

Gadis itu terus membuka mulutnya seolah berteriak meski tidak ada suara apapun yang keluar dari sana.

Zian berbalik saat Arshya memang sudah mulai terlihat menjauh. Matanya tanpa sengaja menangkap sosok Shava yang terlihat menggila di atas sana dengan tatapan yang tertuju pada—Arshya?

Zian mulai berjalan cukup cepat 'tidak, kau tidak boleh memanggilnya' entah mengapa pria itu mendapat firasat yang kurang baik.

Shava masih berusaha berteriak, gadis itu semakin histeris melihat rombongan Persia yang mulai menjauh. "Ars-a" Shava kaget dengan suaranya sendiri, gadis itu terdiam sejenak karena terkejut.

Mulai semakin menangis Shava mencoba kembali memanggil nama yang selalu ingin dipanggilnya "Arshy-a" suara yang keluar masih belum begitu besar namun Zian mampu mendengarnya hingga pria itu sedikit berlari hendak menghampiri Shava.

'Tuhan kumohon'

'Kali ini saja biarkan aku memiliki seseorang yang kuinginkan'

'Kali ini saja biarkan aku egois'

'Kali ini saja biarkan aku serakah'

'Begitu mudah, aku hanya menginginkannya. Kumohon'

'Kumohon'

"Ars-a" masih juga belum bisa membuat pria yang semakin menjauh itu menoleh. Suara yang dikeluarkan Shava terdengar hanya berupa cicitan pelan bagi telinga siapapun.

Gadis itu mulai sesenggukan karena tangisannya. "Arsh-a" kembali memanggil namun belum juga mampu membuat pemilik nama menoleh karena jarak mereka.

"Arshya" tangisan Shava mulai terdengar keras.

"Arshya, Arshya, Arshya, Arshya"

"Arshya" Arshya menoleh, melihat ke sekelilingnya namun penghuni istana hanya menunduk tidak memberi jawaban.

"Arshya" Arsyah sedikit mendongakkan kepalanya. Mulutnya sedikit terbuka saat melihat sosok yang berdiri disana, menatapnya dari kejauhan dengan wajah yang tampak tengah menangis.

Arshya membalik kudanya, memacu dengan cepat memasuki kembali gerbang Istana dan memacu semakin cepat hingga sampai di pintu masuk istana.

Zian berhenti berjalan, menatap Shava yang masih tampak menangis sesenggukan sampai gadis itu kehilangan tenaga dan jatuh terduduk.

Meski menangis Zian melihat bahwa Shava terlihat begitu lega. Wajah yang biasanya sayu itu terlihat sedikit berseri.

Baru kali ini juga dirinya mendengar suara gadis itu, gadis yang semula dikiranya bisu.

Gadis yang sepertiya memang benar-benar tak mungkin digapainya. Gadis yang juga tampak begitu bahagia saat sosok pria lain berlari menghampirinya.

Menarik tubuhnya agar berdiri dan langsung memeluknya erat. Shava sama sekali tampak tidak menolak dan membalas pelukan itu sambil terus menangis.

Pria yang juga memeluk Shava tampak begitu lega, sampai tanpa sadar setetes air mata jatuh di pipinya. Zian yang melihat semua hal itu sedikit membuka mulutnya dan tersenyum miris.

Menunduk sambil berbisik pelan.

"Aku tampak menyedihkan".

HegaEca

VOTE
Budayakan memberi dukungan lewat Vote, ga bayar kan tibang Vote doang? Mari saling menghargai dan stop jadi Readers bayangan😊.

BTW chapter ini bakal di Private minggu depan, chapter 24-seterusnya mulai di Private sekarang.

Sekian terima kasih.

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang