TLL 53: Little Angel II

3.5K 262 17
                                    

TLL 53
The Light Of Life

Sael menatap Shava yang masih terlelap. Akhirnya ia menyentuh lengan Shava, merasakan nadi gadis itu yang tidak biasa, sedikit tersenyum sebelum ia memfokuskan tanganya untuk merasakan nadi itu lebih dalam.

"Jangan-jangan?" Sael langsung keluar kamar Shava,  memanggil salah satu dayang yang ia kenal dan ia ketahui mengerti banyak soal kesehatan, sebelum menjadi dayang, ia pernah menjadi pelayan di kediaman salah satu tabib ibu kota, karenanya ia cukup paham akan hal itu.

Dayang yang Sael panggil tadi sudah memeriksa nadi Shava, menatap Sael dengan anggukan kecil. Takut-takut prediksi Sael ternyata benar adanya.

"Tidakkah itu akan membahayakan kondisinya? Mengingat ia memiliki tubuh yang lebih lemah dari siapapun". Dayang itu mengangguk pelan "Aku tidak yakin Ratu akan bertahan dengan baik, jika dibiarkan semakin lama mungkin nyawanya akan dalam bahaya" Sael menahan nafas.

"Ini kehamilan pertamanya, dengan tubuh lemah Ratu ia tidak akan mampu bertahan membawa dua kehidupan sekaligus" Sael masih terdiam, bingung akan melakukan apa.
"Rahasiakan" Shava membuka mata dan bangkit, menatap dayang itu tajam. "Aku tidak percaya akan prediksi masa hidup manusia dari seorang manusia" Shava menatap Sael yang masih terdiam.

Sael mulai bergerak, menatap Shava yang juga menatapnya. "Shava, bagaimana jika kita gugurkan saja. Di Usia kandungan saat ini tidak terlalu susah mengeluarkannya. Aku tidak yakin ka-"

Plak

"Sadarlah Areka Sael" Shava menampar Sael, memberi tatapan membunuh pada sahabat kepercayaan itu. "Kau baru saja menyarankanku untuk membunuh anakku sendiri? Kau serius?" Sael mulai menangis.

Shava masih terdiam, memperhatikan Sael yang terus menangis seperti orang bodoh. "Bagaimana jika itu benar-benar akan membahayakanmu? Bagaimana ji-"
"Bodoh, aku tidak akan mati begitu mudah" Shava menyela masih dengan tatapan tajamnya pada Sael, meski mulai terlihat lembut seiring berjalanya waktu.

Sael menatap dayang disampingnya. "Untuk sementara tolong rahasiakan, aku tau kau beberapa kali mengobati dayang lain dengan kemampuanmu. Aku dengar bahkan kau seharusnya diangkat menjadi tabib kalau bukan karena kasus pencurian ayahmu. Jadi mulai sekarang aku akan menjadikanmu dayang Ratu, kau harus terus memantau kondisinya" Dayang itu menatap Sael tidak percaya, bahkan ingin menangis karena diberi kepercayaan besar.

"Saya akan berusaha, terima kasih Ratu, Nona Sael" dayang itu terus membungkuk hormat. Salah satu pelayan istana dengan kemampuan bukan untuk menjadi pelayan. Benar-benar bakat yang sia-sia, pikir Shava.

Setelah kepergian dayang itu Sael duduk disamping Shava, membantu membetulkan selimut gadis itu. "Asghar tidak boleh tau, jika kau ingin mempertahankan bayi itu" Shava mengangguk dua kali.

"Beruntung tabib istana belum menyadarinya, tapi sepertinya kita harus meminta dia untuk berada dipihak kita. Kau tau? Jika Asghar mengetahui keadaanmu dia tidak akan ragu membuat bayi dalam perutmu mati. Dia cukup gila untuk melakukan itu" lagi-lagi Shava mengangguk patuh.

Shava menatap bulan menyadari sudah waktunya ia kembali.

Mengingat beberapa hari lalu Daryan datang kembali padanya, ia harus memberikan beberapa informasi mengenai keadaan istana pada pria itu.

"Aku akan kembali besok pagi" Shava tampak bingung, "kenapa tidak menginap saja seperti biasanya?" Sael hanya tersenyum sambil bangkit.

"Tentu aku harus mengambil beberapa barangku di rumah" Shava tersenyum mengangguk "oh jadi rumah Jaeer sudah kau anggap rumahmu Nona Quan?" Shava menggoda Sael meski yang digoda hanya tersenyum dan mulai berjalan ke arah pintu meninggalkan Shava dalam kesunyian malam.

Sael yang sudah memakai mantel tebal berdiri di bagian belakang rumahnya, menanti kedatangan Daryan.

"Jadi ada yang bisa anda beritahu?" Sael menoleh melihat Daryan yang mendekat. "Gulungan biru untuk informasi kerajaan, Gulungan merah informasi pribadi Tuan Arshya" Daryan menatap Sael bingung.

Mengangguk pelan, "Ini bukan surat cinta dari sang Ratu bukan?" Daryan sedikit tertawa meski wajahnya tampak tetap serius. Sael hanya menoleh ke lain arah, "Pastikan Tuan Arshya menerima informasi itu" Daryan mengangguk paham.
"Jadi ini berita mengenai Ratu" Sael berdecak kesal.

"Baiklah saya pergi" Sael ingin menanyakan sesuatu namun sama sekali tidak bisa menanyakannya.

Daryan berbalik sebelum benar-benar pergi dari tempat itu. "Ah Nona Sael, Jaeer baik-baik saja meski ia harus kepayahan mengurusi Ottoman" Sael tersenyum dan mengangguk.

Daryan amat mengerti saat Sael seolah menatapnya ingin bertanya namun tidak ada sepatah katapun yang lolos dari bibirnya. Membuat ia tidak tega meninggalkan pengantin baru itu penasaran akan kondisi suaminya.

Daryan pergi, Sael benar-benar lega dengan informasi yang diberikan pria itu padanya. Hanya tinggal kondisi Raja Arshya yang masih belum diketahui.

Sudah cukup lama pria itu tidak memberi kabar apapun pada siapapun. Tidak ada yang tahu dimana dan sedang apa Raja yang takhtanya sudah direbut itu.

*      *      *

"Besok saja, Raja sedang tidak ingin menemui kalian hari ini" Jaeer ingin mengamuk namun wajah penuh senyumanmu masih terbayang jelas di kepala pria itu.

"Baiklah tuan, semoga besok Raja Ottoman mau menemui kami" Farqi menahan tawa mendengar nada bicara Jaeer yang benar-benar terdengar lebih menjijikan dari biasanya.

Wajah yang masih dengan setia tersenyum meski mendengar jawaban yang sama selama hampir satu bulan ini.

Farqi duduk diluar jendela. "Tidak ada kabar apapun?" gumam pria itu pelan membuat Jaeer menoleh. "Mungkin mereka melupakan kita" gerutu pria itu pelan.

"Tapi kau tau seperti apa rupa Raja Ottoman itu?" Farqi menoleh sambil mengangguk.

"Dia terlihat seperti pria tua menyebalkan dengan janggut tebal, namun dia juga bertubuh besar dan kokoh. Mungkin jika Raja itu masih muda dia akan menjadi tipemu, Jaeer" Jaeer menampakan wajah seolah terkejut sambil menatap Farqi yang menertawainya.

"Sebenarnya tipeku itu yang sedikit gila sepertimu" Farqi terdiam. Menatap Jaeer was-was. Berdehem pelan, Farqi mulai berjalan menuju pintu.

"Aku akan mencari udara segar" pria itu langsung keluar tanpa menoleh pada Jaeer yang menahan tawa melihat tingkah orang Hirah itu.

Farqi beberapa kali memukul kepalanya, menyesali perbuatanya. Dia berpikir bahwa Jaeer benar-benar tertarik padanya. Terlebih dengan waktu yang cukup lama bersama seperti ini, membuat tubuh pria jangkung itu merinding menggila.

Farqi yang tengah berjalan menyusuri taman istana itu melihat sebuah burung elang yang tidak asing baginya.

"Oh Roberty" burung elang itu langsung mengenali suara Farqi  sampai-sampai langsung mendatangi pria itu. Farqi menarik gulungan merah di kaki elang kerajaan itu dan mengeringkannya kembali.

Mata pria itu sedikit membulat membaca pesan dalam kertas itu.

"Aku pikir nanti saja memberitahu Jaeer. Sedikit berbahaya memberi tahu pria itu sekarang. Bisa-bisa dia minta aku untuk menghamilinya" lagi-lagi Farqi merinding hanya dengan memikirkan Jaeer saja.

"Jadi Ratu hamil anak kembar eh?".

HegaEca

VOTE + COMMENT

Terima kasih untuk temen-temen yang memeberikan komentar positif dan dukungan kepada saya☺️✨

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang