TLL 33
The Light Of LifePasukan Raja Arshya sudah kembali berlayar. Sesuai dengan yang dikatakannya sendiri setelah mencari di pelabuhan terakhir mereka akan kembali meski bertemu atau tidak dengan seseorang yang hendak mereka cari.
Pasukan yang tampak sudah kelelahan akhirnya bisa tenang. Jaeer yang memang terlihat aneh dari biasanya yakni terus meminta sang Raja kembali akhirnya tampak bernafas lega.
Entah karena apa Arshya pun tak tau, Jaeer sedikit lebih menyebalkan dari biasanya. Pria itu juga tidak pernah mengungkapkan alasnya terus meminta sang tuan kembali. Yang jelas sekarang keinginan pria itu sudah terpenuhi.
Malam semakin menambah hawa dingin, kapal itu sunyi seperti biasanya. Meski banyak prajurit yang berjaga dan berganti setiap enam jam sekali.
Sael yang tidur bersama para pelayan wanita merasa sedikit aneh saat beberapa di antara mereka menggigil seolah merasa amat kedinginan. Sael bangkit dan menyentuh kening salah seorang dari mereka dan sedikit terkejut saat menyadari suhu tubuh mereka yang sangat panas.
Bukan hanya satu-dua pelayan tapi sekitar tujuh orang pelayan mengalami hal serupa. Sael akhirnya membangunkan beberapa yang ia rasa sehat untuk membantu yang terlihat sakit.
Sael dan beberapa pelayan yang sehat itu akhirnya mengompres dan merawat ketujuh kawan mereka semalaman.
Sudah diberi obat penurun panas dan di kompres tampaknya tidak menunjukkan hasil yang cukup terlihat. Ke tujuh pelayan itu tetap pada kondisi buruk mereka.
Pagi menjelang dan kondisi para pelayan itu malah terlihat semakin memburuk. Sael merasa aneh karena kini bukan hanya tujuh orang yang tumbang tapi menjadi sebelas. Tinggal tersisa empat pelayan yang masih sehat beserta dirinya.
"Apa ini menular?" Tanya Sael sedikit khawatir pada pelayan yang lain. "Sepertinya tidak jeje memang sudah mengeluh pusing sebelum dia merawat yang sakit jadi tampaknya tidak menular" ujar salah seorang pelayan menjawab pertanyaan Sael. "Aku akan memberikan laporan, kalian tetap disini menjaga mereka hem" Sael langsung beranjak pergi meninggalkan kamar itu mencari seseorang yang bisa dia jadikan tempat aduan.
Berjalan ke sembarang arah Sael tiba-tiba di tarik oleh Jaeer. "Hey mana pelayan yang bertugas menyiapkan sarapan Raja Arshya? Yang bertugas menyiapkan kamar mandinya juga belum datang apa saja sebenearnya yang dikerjakan kalian?" Sael sedikit menghela nafas lega bertemu Jaeer.
"Sebelas pelayan jatuh sakit, hanya tersisa empat ditambah diriku jadi lima. Sepertinya ada yang aneh dengan mereka" Jaeer sedikit memiringkan kepalanya dan langsung berjalan menuju kamar pelayan. Tanpa permisi pria itu masuk dan melihat sendiri tersisa empat gadis yang masih berdiri tegak.
"Apa kalian salah makan?" Tanya Jaeer, mereka tampak berpikir dan salah seorang tampak teringat sesuatu "saat waktu makan malam kami berempat belum kembali dari pasar hingga kami makan malam di salah satu kedai makan. Jika masalahnya ada pada makanan maka mungkin itulah alasan kami tetap sehat tapi Sael ikut makan malam bersama mereka dan dia baik-baik saja" Jaeer akhirnya menatap Sael yang di tatap balik menatap penuh tanya.
"Kau tidak meracuni mereka agar kami berhenti di suatu tempat dan mencari temanmu lagi kan?" Sael tanpa sadar membuka mulutnya saat mendengar pertanyaan Jaeer. Gadis itu tidak mengerti jalan pikiran orang kepercayaan Raja Persia tersebut. Selicik dan serendah itukah dirinya dimata pria itu?.
Sael maju dan memukul keras kepala Jaeer hingga pria itu mengaduh karena pukulan gadis itu. "Ditinggal temanmu tampaknya membuatmu tak takut mati hem?" Sael menghela nafas kesal. Dalam situasi seperti ini seharusnya mereka berlabuh kepulau terdekat untuk mencari dokter bukan malah berdebat hal tidak jelas seperti sekarang.
Sael akhirnya tanpa permisi keluar kamar hendak melapor langsung pada Raja Arshya. Tidak menghiraukan panggilan Jaeer dibelakangnya, gadis itu terus berjalan sambil menunduk kesal memaki Jaeer terus menerus.
"Oy Sael" Brukk entah karena apa sael malah menabrak tumpukan tong berisi air minum hingga gadis itu terjatuh dengan dahi yang tampak memerah lebam. Jaeer berdiri memperhatikan sambil berdecak menggerutuki kebodohan gadis itu.
"Sudah ku peringatkan tapi tidak mendengar, ini salahmu sendiri. Wanita". Jaeer hendak membantu Sael berdiri namun gadis itu tampak tak sadarkan diri hingga Jaeer akhirnya berjongkok dan menyentuh kepala Sael namun sedikit terkejut mendapati suhu badan gadis itu.
"Dia masih bisa berdiri dengan keadaan seperti ini?" Kondisinya bahkan sama dengan ke sebelas pelayan lainya tapi gadis ini malah sempat-sempatnya menolong dan merawat gadis lainya. Padahal harusnya dia juga mendapat perawatan. 'Dia itu terlalu baik apa terlalu bodoh?'.
Jaeer mengangkat tubuh Sael, berbalik hendak kembali membawa Sael kedalam kamar pelayan sebelum tubuh Jaeer sedikit menegang saat Raja Arshya berdiri sambil menyilangkan tangannya dan tersenyum meledek.
"Wah-wah Jaeer-ku sudah mulai tertarik pada wanita hem? Apa aku sudah tidak menarik lagi bagimu?" Jaeer menelan ludah dan langsung melepas tangannya hingga Sael terjatuh dan sadar seketika.
"Apa yang kau lakukan?" Teriak Sael sambil meringis kesakitan. "Benar-benar bukan pria jantan" ujar Arshya ikut memojokkan Jaeer. Jaeer sendiri tampak terdiam tidak tau ingin berkata apa.
"Raja Arshya para pelayan-" belum selesai Sael berkata Arshya mengangkat tangannya "baiklah aku tau, prajurit yang kusuruh memanggil pelayan menjelaskan semuanya padaku. Kita akan berlabu sebentar untuk mencari dokter lagipula lautan ini dekat dengan Hirah. Aku pikir tidak ada salahnya mampir kesana sekaligus mengunjungi kawan lama". Jaeer tampak sedikit memelas hendak menjawab namun mengurungkan niatnya.
Raja Arshya langsung beranjak pergi kembali ke kamarnya meninggalkan Jaeer dan Sael yang masih tampak saling kesal satu sama lain.
Sael bangkit berdiri dan menatap Jaeer seolah ingin mematahkan leher pria itu. Yang di tatap tampak santai memiringkan kepalanya tanda menantang.
Sungguh menjengkelkan.
Sael beranjak pergi namun ombak besar tiba-tiba menerjang kapal membuat Jaeer mau tak mau menarik gadis itu agar tidak terjatuh hingga tanpa kesengajaan membuat tubuh mereka terlihat seolah berpelukan.
"Dadamu rata. Tidak besar seperti wanita-wanita Raja" Sael langsung mendorong Jaeer menjauh melotot tidak suka yang di pelototi tampak santai dan malah menarik Sael kembali ke kamar pelayan.
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak sedang menggodaku kan?" Ujar Sael kesal namun setelah berada di depan pintu kamar pelayan Jaeer tampak berhenti dan berbalik menatap Sael.
"Periksa suhu tubuhmu sendiri, dan kau, kau bukan tipeku WANITA" Jaeer langsung meninggalkan Sael yang tampak tidak mengerti dan akhirnya langsung menyentuh keningnya sendiri.
Gadis itu sedikit terkejut merasakan suhu tubuhnya sendiri. Kali ini ia merasa pusing dan lemah hingga langsung masuk ke kamar dan berbaring disembarang tempat.
"Ternyata aku juga sakit" ujar Sael pelan sambil memejamkan matanya sendiri.
HegaEca
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Life [TAMAT]
Historical Fiction(SUDAH TERBIT) "Sebagai budak, kau harus lakukan apapun perintahku jadi cepat lepas pakaianmu itu, tentunya kau tidak tuli bukan?" mata gadis itu menyipit mendengar perkataan pria dihadapanya. "Kau miliku" dua kata sederhana namun bermakna banyak ba...