TLL 38: My Love

28.4K 2.2K 56
                                    

TLL 38

The Light Of Life

Semua rombongan telah siap. Shava sudah masuk ke tandu yang telah disiapkan, tentu ia menarik Sael bersamanya.

Zian yang masih berhadapan dengan Arshya tampak sedikit acuh saat pria dihadapanya masih menatapnya dengan menahan tawa. "Aku pergi hem?" Zian tampak tidak peduli "aku bawa gadis yang kau cinta yah?" Zian berdecak kesal.

"Baiklah aku akui aku sedikit tertarik. Kau puas?". Arshya semakin tertawa keras, Zian yang di tertawai menoleh kesembarang arah. Arshya memeluk Zian erat. "Kau tau, kau sudah seperti adiku. Aku tidak keberatan memberikan apapun padamu. Aku turut senang saat kau benar-benar tertarik pada seorang gadis, aku juga tau dia cinta pertamamu tapi maaf untuk yang satu ini aku terlalu egois untuk memberikannya pada orang lain, yah kau tau? Karena dia juga cinta pertamaku" Zian balas memeluk.

"Jujur aku hampir saja membunuhmu saat kau dengan seenaknya berciuman di hadapanku. Kau tau rasanya sangat menjengkelkan padahal aku belum mencium bibir yang kau kuasai seenakmu itu". Arshya menepuk pundak Zian pelan. "Yah, aku tidak akan menyalahkanmu atau marah padamu" Arshya tersenyum ramah.

"Kau tau? Terlalu sulit menolak pesonanya. Aku bahkan harus bertengkar dengan diriku sendiri untuk memilikinya. Oh dan kau tau juga aku menahan diri sangat keras untuk tidak menerkamnya. Ini rahasia, aku sampai beberapa kali memimpikan tubuh telanjangnya". Zian tanpa sadar membuka mulutnya.

"Sekali bejat tetap saja bejat" Arshya malah tertawa dan mulai berjalan menuju kudanya. Raja Persia itu mulai berjalan dengan menaiki kuda memimpin pasukannya kembali ke Persia.

* * *

Mengarungi lautan jarak Hirah menuju Persia memakan waktu lima sampai enam hari. Sudah memasuki hari ke lima, tampaknya rombongan tersebut akan tiba di Persia malam nanti.

Shava mengetuk pintu kamar Arshya namun langsung masuk setelahnya. Mata gadis itu tidak menemukan sosok yang dicarinya dimanapun. Shava akhirnya tetap masuk namun tiba-tiba gadis itu tersandung.

Matanya menatap buku yang menjadi penyebab dirinya tersandung itu. Shava tanpa sadar membuka mulutnya mengigat kejadian beberapa bulan lalu dimalam hujan.

'Ah dia hampir lupa alasan dirinya menyukai hujan' Shava langsung menendang buku itu menjauh. Nafasnya sedikit berat hingga ia harus mengatur nafasnya tersebut.

"Kau sedang apa?" Shava berbalik melihat pria yang dicarinya berdiri di ambang pintu. Shava sedikit tersenyum menghampiri Arshya membuat yang di beri senyuman gemas hingga mengecup singkat pipi Shava.

"Kita akan segera sampai" Shava terlihat senang mendengarnya "benarkah?". Arshya hanya mengagguk menjawab pertanyaan Shava.

"Siapkan barangmu" Shava tampak cemberut kesal. "Aku tidak membawa apapun" Shava menatap bajunya sendiri yang ia pinjam dari beberapa pelayan. Arshya tampak menarik Shava memasuki kamarnya. Pria itu tampak meraih kotak paling bawah di deretan laci mengambil sebuah pakaian mewah disana.

"Aku melihat ini entah saat mendarat dimana. Aku pikir ini akan cocok untukmu" Shava tanpa sadar membuka mulutnya takjub dengan pakaian hitam dengan hiasan beberapa batu berkilauan berwarna perak. Shava menyentuh pakaian itu menatap Arshya sambil tersenyum.

"Ini cantik" Arshya mengagguk "cobalah" Shava mengagguk "kau keluar sana". Arshya mendesah pelan "ganti saja dihadapanku" Shava hanya menggeleng sambil menarik Arshya keluar kamarnya sendiri.

Shava menutup pintu kamar itu cukup keras membuat yang di depan pintu terpejam sesaat karenanya "wah aku terusir dari kamarku sendiri". Tidak butuh waktu lama sampai pintu kamar kembali terbuka menampakkan sosok Shava yang dibalut gaun hitam lekat menempel ditubuh kecilnya.

"Cantik" gumam Arshya membuat semburan merah mewarnai pipi Shava. Arshya semakin tergoda pria itu langsung masuk dan menutup pintu kamarnya meraih Shava menariknya dalam ciuman singkat.

"Aku ingin melakukanya sekarang" Shava menggeleng "ibuku bilang aku hanya boleh melakukanya saat sudah menikah, jika sebelum menikah itu namanya pemerkosaan".

"Kau tau pemerkosaan dilakukan saat pria memaksa melakukan hal itu tanpa keinginan si wanita. Jadi kau tidak pernah menginginkanku hem?" Shava berkedip dua kali dengan mulut terbuka.

Gadis itu langsung meraih lengan Arshya "tidak-tidak maksudku bukan begitu, aku juga menginginkanmu tapi bukan begini caranya. Baiklah setelah menikah aku yang akan memperkosamu jadi jangan marah seperti itu". Arshya tertawa terbahak-bahak. Menggoda gadis dihadapanya ini sudah menjadi candu kuat baginya.

Arshya menunduk memandang Shava lekat "kau janji?" Shava mengagguk pasti "aku janji" Arshya sangat ingin kembali tertawa melihat wajah serius Shava, benar-benar polos. Jika seperti ini terkadang Arshya akan merasa menikahi anak dibawah umur padahal usia gadis itu bukanlah usia di bawah umur lagi.

Shava sudah sampai pada usia dimana memang sudah sewajarnya dia menikah. Namun tetap saja, kepolosan itu tetap sama. Arshya terkadang binggung harus berkata jujur atau tidak, tetap saja ia sulit menolak untuk menggoda Shava.

Tidak terasa langit malam sudah tiba pertanda kapal yang juga telah berlabu di tanah Persia. Tanah kelahiran Arshya.

Rombongan sang Raja sudah mulai berjalan, cukup memburu waktu agar bisa kembali secepatnya. Mengistirahatkan tubuh yang sudah pasti kehilangan banyak energi selama menempuh perjalanan panjang.

Waktu tampaknya telah menunjukan tengah malam, rombongan itu akhirnya tiba di ibu kota, lebih tepatnya di istana.

Arshya membantu Shava turun dari tandunya, Shava sedikit membetulkan posisi cadarnya. Arshya merangkul, menarik pinggang Shava mendekat agar berjalan bersisian denganya. Shava menatap Arshya ragu, "apa tidak masalah" Arshya tersenyum menenangkan.

"Besok pagi aku akan mengumumkan pernikahan kita". Mata Shava sedikit sayu, berkedip dua kali demi menyadarkan dirinya sendiri. "Karena hanya kau yang akan berada disisiku" Shava tersenyum dibalik cadarnya, mengagguk antusias.

Arshya menuntun Shava untuk menempati kamar barunya. "Istirahatlah, jika kau tidak bisa istirahat maka panggil saja aku, aku akan membuatmu tertidur hingga lupa caranya bangun" Shava mendelik tidak suka.

"Kau pergi ke kemarmu" mendengar itu Arshya sedikit memasang wajah sedih yang dibuat-buat. Arshya masih tidak mau beranjak dari ambang pintu sampai Shava mengecup singkat bibir pria itu. Sampai-sampai Arshya dibuat terkejut dan mematung.

"Kau harus istirahat, calon suamiku" Arshya tersenyum sempurna. "Tapi jangn berpikir untuk menerkamku malam ini, sabarlah. Akan ada saatnya, hem" Shava kembali tersenyum sebelum benar-benar menutup pintu kamarnya.

Arshya menyentuh dadanya "dia semakin membuatku jatuh cinta, dia, aku semakin mencintainya" Arshya sedikit mentertawai dirinya sendiri.

'Sebahagia inikah cinta?'.

'Arshya sampai merasa akan gila karena terlalu merasa bahagia'.

'Amat sangat bahagia'.

'Dibuat sebahagia ini oleh gadisnya'.

'Gadis yang dicintainya sepenuh jiwa'.

HegaEca
Kamis, 21 Juni 2018

VOTE

Dikasih Chapt bonus nih Vote dan komen atuh.

Kenapa ada Chapt bonus Caa? Lo kan biasanya suka males up dan pelit?. Udah syukuri ajah lah yah saya lagi ngerayain hari berojol jadi pengen kayak orang baik gitu dihari ini.

Btw ayo dong baca juga Barbie's Bodyguard. Insya Allah bagus loh😂...

Baiklah terima kasih 😊😊.

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang