TLL 25: Separation

29.5K 2.2K 33
                                    

TLL 25
The Light Of Life

Shava berdiri terdiam saat kapal mendarat ditempat yang jelas tidak diketahuinya. Semua orang tampak sudah turun dan Carla juga memberi isyarat agar ia ikut turun bersama yang lain.

Shava menghampiri Carla sambil membetulkan cadarnya yang terasa kurang nyaman. "kita baru berlayar 2 hari dan sudah berhenti?" Pria yang ternyata bernama Ednan Zaam itu tampak merangkul Carla sambil sedikit mengelus perut kekasihnya itu.

"Kita tidak bisa terus berlayar menggunakan kapal mewah itu, kau tau kan itu akan sangat mencolok" Shava tampak menggaguk mengerti. "Ah Shava kita harus membeli pakaian, ayoh". Carla tampak menarik lengan Shava dan mulai menjauh menuju pasar yang tampak ramai didekat dermaga.

Putri Carla berhenti di salah satu toko pakian yang cukup besar dan mulai memilih pakian yang lebih sederhana untuknya dan Shava. "Anda membawa uang?" Carla tersenyum sambil mengagguk "tidak mungkin aku lari tanpa persiapan, aku mengangkut banyak peti emas didekat dermaga tiga hari sebelum kabur" Carla tampak tersenyum dan lanjut memilih pakian.

Pria yang cukup tua tampak tersenyum pada kedua pelangganya itu. "Aku punya beberapa pakaian indah untuk kalian, ah dan tampaknya aku juga punya beberapa cadar indah untukmu nona". Carla tampak tersenyum mengagguk "Tolong bawakan banyak pakian dan cadar indah untuknya" Pria tua itu memanggil seseorang untuk mengantar Shava dan memilihkan pakaian cantik untuknya.

Gadis kecil yang mengantar Shava tampak meraih lengan Shava lalu menariknya dengan lembut. "Kami punya banyak pakian indah, ibuku yang membuatnya, ayahku yang menjualnya lalu aku yang membantu memilihkanya" gadis itu tampak begitu ceriah.

Gadis itu tampak mulai membuka kotak besar dan mengambil pakian hitam dengan beberapa batu permata dibagian lekukan lengan dan lehernya. "Kulit kakak sangat putih, aku pikir kakak akan tampak cantik dengan pakian berwarna gelap, tapi kalaupun kakak memakai pakian berwarna terang, ditubuh kakak akan tetap terlihat cocok" Gadis itu tampak meminta Shava mengganti pakiannya yang tampak kotor dan sedikit robek.

Begitu Shava berganti pakian gadis itu tampak bertepuk tangan dan senang melihat Shava yang tampak cocok dengan pakian yang dipilihnya. "Ah cadar, tolong kakak lepaskan cadar kakak, aku rasa kami punya yang cocok dengan pakian kakak" gadis itu tampak mencari cadar yang dibicaraknya di kotak besar lain sambil bersenandung pelan.

Gadis itu berbalik saat menemukan cadar yang dimaksudnya, mematung saat melihat Shava yang sudah melepas cadarnya. Gadis itu berlari lalu memperhatikan wajah Shava dari dekat.

Shava sedikit tersenyum "Reaksimu berlebihan" gadis itu tampak sedikit membuka bibirnya dan tampak menggeleng pelan. Shava dengan sengaja tersenyum manis pada gadis kecil dihadapanya "ah apa aku semempesona itu?" tanpa beban gadis kecil itu tersenyum mengagguk membuat tawa Shava pecah.

Gadis kecil itu ikut tertawa namun memiringkan kepanya saat melihat kain putih yang melilit leher Shava. Tanpa izin gadis itu membuka perban dileher Shava lalu memperhatikan luka cukup dalam disana. "Ini tidak boleh, kalau tidak diberi obat yang tepat mungkin akan meninggalkan bekas luka. Aku punya sesuatu" gadis itu tampak beranjak dan mengamil botol kecil.

Luka Shava tampak dicuci dengan air dan dioleskan minyak berbau aneh dari botol kecil itu, Shava meringis saat rasa perih menusuk dilukanya. "Rasanya memang akan sakit tapi aku jamin lukanya akan segera sembuh, namun untuk menghilangkan bekas lukanya mungkin akan membutuhkan waktu, kakak hanya perlu rutin menggunakanya." Shava tampak tersenyum dan mengagguk.

Gadis kecil itu melilitkan perban putih baru dan melilitkan kain hitam kecil dileher Shava lalu memasangkan cadar wajahnya. "Aku pikir wajah kakak memang harus ditutupi, ditempat ini banyak gadis dijual hanya karena memiliki paras cantik, ayah dan ibuku bekerja keras menghasilkan uang untuk mencegah putri mereka diperlakukan demikian. Tapi tetap saja kami terus diperas dan tidak bisa hidup tenang karenanya". Shava mengelus pelan rambut gadis kecil dihadapanya.

"Terima kasih banyak" gadis itu tampak mengagguk mengerti. Shava tampak sedikit terdiam dan mendekat pada gadis itu "Shava Zayba, ingatlah namaku lalu saat ada seseorang yang membuat keributan ditempat ini mencari orang yang disebutnya kriminal datangi dia, katakan padanya aku baik-baik saja dan minta dia membayar hutangku, katakan juga bahwa ini permintaan diriku, orang yang diklaimnya sebagai wanitanya". Gadis itu tampak terdiam tidak mengerti.

Shava meraih lenganya lalu memberikan gadis itu cadar yang sebelumnya digunakanya. "Berikan ini juga padanya, kau tau dia bukanlah orang yang mudah untuk percaya pada orang lain". Gadis itu tampak sedikit ragu pada Shava. "Apa dia memiliki kekuasaaan?" Shava tersenyum mendengar perkataan itu.

"Apa tanah ini masih bagian dari Persia?" gadis kecil itu mengagguk "Kalau begitu yang mesti kau lakukan hanya turuti perkataanku tadi, kau mengerti?". Gadis itu tampak tersenyum dan mengagguk. "Ah dan katakan ini juga padanya" Shava tampak berbisik membuat gadis itu menatapnya heran namun tetap mengagguk.

Putri Carla tampak menghampiri dan bertanya apa mereka sudah selesai memililih pakian. "Tolong bawa pakian dan cadar lain untuknya juga, aku akan membeli itu juga" Pria pemilik toko itu tampak mengagguk dan mengambil kotak pakian dan cadar lalu membawanya keluar.

Shava dan Putri Carla tampak kembali ke dermaga membawa banyak barang dibantu pemilik toko tadi dan putrinya. Ednan tampak mendekat "Kami sudah berhasil menukar kapal dan mengisi semua keperluan jadi kita akan segera berangkat, kalian masuklah". Carla tampak mengagguk dan mulai menaiki kapal.

Shava menoleh dan melambaikan tanganya pada gadis kecil yang bahkan namanya tidak diketahui olehnya itu sebelum ia menaiki kapal. Gadis itu tampak tersenyum sambil begumam pelan "Aku tidak yakin harus berteriak memanggil pria yang tidak kutahui dengan perkataan yang sedikit tidak sopan" Gadis itu tampak mengerucutkan bibirnya.

"Shava Zayba, kau begitu indah ka".

* * *

Raja Arshya tampak duduk dengan mata terpejam. Ia terlihat mengetuk-ngetukan jarinya pada pegangan kursi singgasana.

Jaeer masuk dengan tergesah, namun Arshya justru tidak terlihat terganggu sama sekali. "Mereka ditemukan berhenti tidak jauh dari sini, jelas tanpa perbekalan apapun mereka tidak akan mampu berlayar jauh, anda mau kesana tuan?".

Ucapan Jaeer membuat mata Arshya terbuka dan melirik Jaeer sambil tersenyum lalu bangkit dari duduknya.

"Tentu saja, mana mungkin aku tidak pergi menemui mereka"

"Terutama, Shava".

"Shavaku"

HegaEca

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang