TLL 05
The Light Of Life
"Shava".
Suara itu sukses membuat isak tangis Shava terhenti. Mata gadis itu mulai menjelajah mencari asal suara yang semakin membuatnya penasaran. Jelas itu adalah suara yang begitu dikenalinya, suara yang selalu menemani hari sekaligus mengusik tidurnya.
"Ibu."
"Maaf, aku tidak akan menyerah" Shava meremas pakaiannya sendiri.
"Aku janji" Shava tersenyum meski terasa sulit.
"Aku akan hidup dengan baik" menahan isakan tangis dengan kereguan suaranya, Shava terlihat begitu berusaha.
"Karena aku tau, itulah yang kau inginkan dariku Ibu"
* * *
"Cepat katakan di mana itu?" Arshya tampak tidak sabaran saat menannyai Shava mengenai harta berlimpah yang disembunyikan pengkhianat yang juga ayah dari Shava.
"Itu, aku sebenarnya tidak terlalu ingat" Shava tampal memalingkan pandanganya ke sembarang arah, menghindar bertemu pandang dengan sang Raja.
"Aku menghabiskan banyak uang untuk menolongmu, kau tau dengan uang itu rakyatku bisa berpesta selama dua tahun penuh, Jadi bayar hutangmu itu sekarang" Shava tercengah dan mencengkram pakaiannya kuat-kuat.
"Wanita itu pasti tau" gumam Shava hampir tak terdengar. "Dia tidak tau, bahkan saat anak pertamanya matipun dia tidak mengungkapkan dimana harta itu disimpan" Shava menggeleng dan menatap Arshya meminta kepercayaan.
"Yang tau hanyalah Pria itu, ibuku dan wanita itu. Bohong jika dia mengatakan tidak mengetahuinya" Pria itu menarik cadar Shava, menyentuh pipi juga pinggangnya lalu menarik wajah itu mendekat hingga Shava terduduk dipangkuanya.
"Seingatku kau mengatakan kau mengetahui dimana letak tempat penyimpanan itu". Arshya mengelus bagian belakang telinga Shava hingga tubuh gadis itu tiba-tiba kaku dan nafasnya tampak tertahan.
Arshya menahan senyumanaya melihat reaksi gadis dipangkuannya itu tampak semakin mengeluarkan keringat dingin.
"Kau semakin berhutang banyak padaku, kau tau?" Shava membuka mulutnya dan kembali menutupnya lagi. "Sebelum kau mampu mengembalikan semuanya padaku, kau akan tetap menjadi miliku, berada disisiku dan hidup matimu ada di tanganku" Shava tampak tertunduk pasrah, tak ada gunanya memperdebatkan hal yang sudah pasti membuatnya kalah.
"Tidak ada lagi aksi bodoh melarikan diri" Shava semakin tertunduk merasa tersindir. Melihat rambut yang semakin menghalangi pandangan Arshya tampak menyingkirkan rambut itu ke belakang telinga Shava.
Mata pria itu menyipit memperhatikan luka pada leher Shava yang tampak masih mengeluarkan darah.
"Apa yang terjadi?" Shava menatap Arshya tidak mengerti. "Apa yang terjadi?" akhirnya paham dari arah pandangan Arshya, Shava tampak dengan ragu menjawab "aku benci bercak itu".
"Dan dengan bodohnya kau mnyakiti dirimu sendiri?" Tubuh Shava tiba-tiba terangkat dan ditidurkan di atas kasur empuk yang begitu nyaman.
"Apa yang kau lakukan, kau ini mau-" ucapan Shava terpotong "tutup mulutmu". Arshya bangkit dari posisi tubuhnya yang semula berada di atas Shava, dan sungguh Shava sangat 6bersyukur akan hal itu.
Membawa sebuah kotak, Arshya tampak membersihkan luka Shava dan mengobatinya. Gadis itu tidak mau diam saat lukanya diobati. Rasa perih dan nyeri semakin menggila membuat luka yang diciptakan olehnya sendiri terasa menyiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Life [TAMAT]
Ficción histórica(SUDAH TERBIT) "Sebagai budak, kau harus lakukan apapun perintahku jadi cepat lepas pakaianmu itu, tentunya kau tidak tuli bukan?" mata gadis itu menyipit mendengar perkataan pria dihadapanya. "Kau miliku" dua kata sederhana namun bermakna banyak ba...