TLL 59: Trojan Horse Strategy

2.3K 167 1
                                    

TLL 59
The Light Of Life

Istana masih sunyi. Malam ini seperti malam-malam sebelumnya. Meski lebih dingin dan terasa lebih gelap. Asghar yang berdiri di atas balkon tampak terbuai dengan dinginya malam. Meski tidak ada satupun bintang yang menambah keindahan malam itu.

Gerbang terlihat begitu ramai. Asghar memperhatikan, melihat Arshya yang dibawa oleh prajuritnya dengan tubuh terikat dan diseret para prajurit itu. Asghar merasa aneh, rasanya mustahil Arshya bisa tertangkap dengan prajurit biasa.

"Itu Arshya?" Putri Mesir bertanya. Entah sejak kapan dia ada di tempat itu, ikut memperhatikan apa yang Asghar perhatikan. "Siapkan pasukanmu sekarang juga" Asghar langsung berlari. Berteriak pada para prajurit untuk menyiapkan pasukan istana secepat mungkin.

Arshya yang terikat tersenyum saat dengan mudahnya ikatan pada tubuhnya terlepas dengan ayunan pedang Jaeer dari belakang. Pria itu berpakaian layaknya prajurit istana, bersama para prajurit lainya ia membawa Arshya ke istana. Membuat gerbang istana terbuka begitu mudahnya.

"Kuasai gerbang" Arshya memberi perintah membuat para pengikutnya langsung menghabisi siapapun prajurit yang melawan. Tampaknya para prajurit itu adalah prajurit pribadi Asghar, karena mereka menatap Arshya sedemikian murkanya.

Gerbang istana berhasil dikuasai, Farqi dan Jane terlihat memasuki gerbang dengan pasukan yang mereka pimpin. Farqi dengan sendirinya langsung pergi ke gerbang timur dan selatan, membukakan gerbang untuk sang tuan dan Ednan yang sudah menanti.

Pasukan istana berlarian keluar. Menghadang Farqi namun Jane dan pasukanya langsung mengambil alih pertempuran, membiarkan Farqi lolos begitu mudahnya. Memang sudah menjadi tugas Farqi membuka gerbang timur dan selatan, memberi jalan untuk Zian dan Ednan. Menjaga tiga gerbang yang ada di istana, mengurung semua orang yang ada di istana itu. Mencegah bantuan pasukan Mesir.

Arshya tersenyum saat melihat Asghar. Sudah memimpin pasukan yang cukup banyak. Padahal baru memasuki gerbang pertama tapi Asghar sudah begitu cepat menghadang Arshya, mencegah pria itu memasuki gerbang kedua istana dan mengambil alih istana.

"Wah Raja Persia, maaf mengganggumu malam-malam begini" Asghar tersenyum mendengar ucapan Arshya yang lebih terkesan mengejek dirinya.

"Jadi Raja manja ini ingin mengambil kembali yang bukan miliknya?" Arshya tertawa garing. "Bukankah yang mengambil yang bukan milikmu sendiri itu dirimu?" Asghar memainkan pedangnya.

Pria itu benar-benar melihat Arshya dengan tatapan membunuh. Seolah Arshya akan menghancurkanya malam ini. "Mungkin, tapi aku tidak akan mengembalikan apa yang sudah kuambil" Arshya kembali tertawa.

"Ayolah, aku tidak pernah memintamu mengembalikanya, aku sendiri yang akan merebutnya" Arshya maju diikuti pula Asghar. Jaeer akan melakukan tugasnya, pria itu berjalan lebih dulu menyusup diantara para prajurit istana, masih tidak ada yang sadar akan kehadiran nya.

Sampai saat dia memasuki istana, suara kecil memanggilnya. "Jaeer" Sael menatap Jaeer dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Gadis itu berjalan perlahan, mendekat lalu tersenyum saat melihat wajah Jaeer dari dekatnya seperti ini.

Sael mengulurkan lenganya, menyentuh pipi Jaeer lembut. "Kau baik-baik saja?" Jaeer masih terdiam. Amat bingung akan melakukan apa. Sebagian dari dirinya terasa ingin menarik Sael dalam dekapanya. Memeluk tubuh itu erat lalu berbisik pelan bahwa dia baik-baik saja.

Sael sendiri masih betah mengelus wajah Jaeer yang terlihat lebih gelap, padahal sebelumnya pria itu memiliki kulit amat putih seperti wanita. "Aku baik-baik saja, syukurlah jika kau juga baik-baik saja" Jaeer sedikit merasa bersalah.

Selalu Sael yang memulai dan mengakhiri, dia tampaknya tidak pernah berbuat apa-apa.

Sael tersenyum, mendekat dan akan mencium Jaeer. Pria itu sadar, dia ingin menghindar tapi tubuhnya kaku dan matanya malah terpejam, menanti Sael yang lagi-lagi lebih dulu memulainya.

"Aakhz".

Jaeer membuka matanya, terkejut saat Sael sudah di tebas dari belakang oleh Putri Mesir. Lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ini kedua kalinya Sael terluka di depan matanya.

"Halo Jaeer, jadi dia semacam kekasihmu? Ahh harusnya aku tau dari lama. Kenapa aku begitu terlambat mengetahuinya?" Jaeer meraih Sael dalam pelukannya, gadis itu sudah muntah darah. Tebasan pada punggungnya amat panjang.

Kesakitan yang Sael rasakan pasti sangat menyiksa, Jaeer tahu itu. Terlebih saat Sael terus meremas kuat pakaian Jaeer dengan nafas yang putus-putus.

Menatap sang putri yang tampak tertawa. Jaeer terlihat menahan amarahnya.

"Putri Amunet" sang putri tertawa garing. "Terakhir kali kau menyebut namaku saat membunuh adik dan kekasihku. Wah-wah kau memang selalu menyusup seperti ini hmm Jaeer?" Jaeer mengepal kuat tangannya.

Mengagkat Sael yang masih sadar ke pinggir, bersandar pada salah satu pilar. Tersenyum saat pria itu melepas cengkraman Sael padanya.

"Jangan pergi" Sael berbisik pelan.

"Tidak apa, aku akan kembali" Sael ikut tersenyum saat Jaeer masih menatapnya semanis ini. Dia merasa kembali ke masa lampau saat melihat senyuman Jaeer itu.

"Aku mencintaimu Jaeer, maaf karena sempat tidak mengenalimu" Jaeer kembali tersenyum. Sedikit terkejut ternyata Sael mengenalinya. Entah sejak kapan gadis itu mengenalinya. Mungkin sejak ia menampar Sael waktu itu, Jaeer hanya tidak bisa mengontrol tubuhnya dan malah melakukan hal yang pernah dia lakukan pada Sael dulu.

Saat Sael akan membunuh dirinya sendiri karena berpikir telah melenyapkan dua nyawa.

Entahlah pada awalnya Jaeer menyesal menampar Sael, takut gadis itu sadar akan dirinya. Tapi kini ia merasa lega, Sael mengenalinya.

Jaeer mendekat dan mengecup bibir Sael singkat.

"Aku juga, aku mencintaimu".

Sael merasakan tubuhnya seolah melayang. Mendengar kalimat Jaeer yang mampu membuatnya menggila.

Sael menarik Jaeer saat pria itu hendak beranjak. "Kau akan kembali kan?" Jaeer mengangguk pelan. "kali ini aku akan benar-benar kembali. Karena aku cukup kuat untuk kembali padamu".

Lagi-lagi kalimat itu. Kalimat yang membuat Sael jatuh hati pada pria di hadapannya ini.

Percaya, yang bisa dilakukan saat ini hanyalah percaya pada Jaeer.

Jaeer mulai bertarung dengan Putri Mesir bernama Amunet itu. Jelas sang Putri begitu dendam pada Jaeer karena apa yang pernah dilakukanya. Hanya saja kini Jaeer merasa amat gelisah, takut Sael kembali menjadi sasaran sang Putri.

Jaeer berhasil memojokkan Putri Amunet, memberi tebasan di kaki dan tangan wanita itu. Namun belum bisa membunuhnya. Sang Putri cukup tangguh dalam pertarungan yang dihadapinya.

Jane memperhatikan. Menghela nafas berat melihat kondisi Sael. Mengutuk adiknya itu karena begitu mudah terluka sampai separah itu. Lalu ia melirik Jaeer, tersenyum meski terasa pedih di lubuk hatinya.

Jane kembali berbalik, menghabisi sebanyak apapun prajurit yang hendak memasuki istana. Menjadi penghalang dan menjadi tameng untuk Jaeer.

Setidaknya hanya ini yang mampu dilakukan.

Sayangnya Jane tidak melihat saat salah satu pengikut Putri Amunet mendekat pada Sael. Bersiap merenggut nyawa gadis itu.

HegaEca
VOTE + COMMENT

The Light Of Life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang