Dream (Meanie)

2.9K 243 17
                                    

DREAM

Main pair:

[Kim Mingyu, Jeon Wonwoo.]

Disclaimer:

Seventeen © Pledis Entertainment.

Rating: K+

Genre: Romance/Hurt/Comfort

Warn! YAOI, OOC, TYPO, AU!

I hope you enjoy this story~

.

.

.

.

Mimpi adalah sesuatu yang dimiliki semua umat manusia. Barangkali banyak yang berharap mimpi mereka terwujud, entah itu tentang percintaan atau lainnya. Mimpi adalah sebagian harapan manusia.

Kadangkala ada mimpi yang merajaimu ketika tengah terlelap di malam hari. Membuat hatimu berbunga-bunga ketika mimpi itu bagus. Namun terkadang bisa saja membuatmu menangis sesegukan karena kekejaman dalam mimpi.

Mata tajam itu masih menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Seperti hidupnya—ia terlihat datar dengan wajah flat tak berekspresi. Menatap pantulan lampu yang menyinari kamar kapan saja. Bibir itu tak membentuk lekungan ke atas maupun bawah. Kulit putih terlihat semakin pucat.

"Wonwoo hyung, kenapa kau diam?" suara berat hadir di telinga Wonwoo.

Pemuda itu bangun dari tidur. Menatap sosok pemuda tinggi yang tersenyum menatapnya lewat jendela kamar. "Ayo main."

Wonwoo tersenyum. "Mingyu, bahkan bibi Kim sudah melarangmu untuk bermain di siang hari."

"Aku hanya ingin bermain denganmu, hyung." sahut si bocah berkulit eksotis.

Pemuda bertubuh kurus melangkahkan kaki menuju jendela. Menatap hamparan dedaunan yang berjatuhan ketika musim gugur tiba. Banyak anak-anak serta orang dewasa bermain disana. Menikmati udara dingin dengan warna langit oranye. Kim Mingyu masih disana. Berlarian kesana dan kesini. Melangkahkan kaki panjangnya menginjak daun kering.

Wonwoo terkekeh. Melihat tingkah Mingyu yang tak bisa diam. Barangkali pemuda itu harus diikat di pohon belantara agar bisa diam. "Bisakah kau diam?"

"Tidak. Diam bukanlah nama tengahku." sahut Mingyu. Lagi-lagi ia mengeluarkan senyum secerah matahari. Memperlihatkan gigi bertaring yang bersarang dalam mulut.

Hembusan angin semakin terasa sejuk dikala sore hari. Wonwoo semakin mengeratkan baju tidur panjang. "Mingyu, masuklah kedalam rumah. Udara semakin dingin."

"Tidak. Aku masih ingin disini." sahut Mingyu.

Beberapa kali Wonwoo menyuruh si bocah super hiperaktif agar masuk kedalam rumah. Namun beberapa kali pula bocah itu menolak. Ia ingin tetap diluar rumah. Merasakan hembusan angin menerpa kulit. Membiarkan daun-daun kering berjatuhan ke tanah.

"Wonwoo hyung, lupakan Aku." ucap Mingyu lembut. Menatap wajah dingin Wonwoo yang masih berdiam diri dekat jendela kamar.

Pemuda dengan kulit putih hanya menatap datar, "Aku tidak bisa melupakanmu."

"Kau harus bisa, hyung."

Bayangan itu menghilang. Kim Mingyu pergi bersama daun-daun kering. Meninggalkan Wonwoo yang masih menatap datar keluar jendela. Air mata setetes demi setetes berseluncur bebas di pipi tirusnya. Ia menangis dalam diam.

"Bolehkan Aku bermimpi agar kau kembali, Kim Mingyu?"

Entah kepada siapa ia bertanya. Lantas, hanya angin yang menjawab lewat hembusannya. Kemudian ia kembali menesteskan air mata, "Bolehkah Aku bermimpi bisa selalu bersama denganmu?"

Dan terakhir, air mata semakin merambah di wajah. Tak bisa di bendung, ia kembali menangis. "Bolehkah Aku bermimpi sekali lagi?"

Jeon Wonwoo masih menatap keluar jendela sampai sekarang. Detik ini, ia masih menatap pohon dengan daun kering yang berjatuhan.

Ia masih bermimpi. Mungkin memang tak bisa terwujud, namun ia hanya bisa bermimpi. Dengan dirinya yang kurus kering kehabisan air mata, dengan segala obat-obatan dan para perawat yang menjaganya. Dan dengan semua dokter jiwa yang sudah mengurusnya.

Mungkin dengan bantuan para perawat dan dokter, ia bisa melupakan sosok yang sangat ia cintai. Bayangan-bayangan Kim Mingyu, ia harus melupakannya. Setelah kematian Mingyu, ia depresi berat hingga mengalami gangguan jiwa. Namun begitu, kehadiran sosok Mingyu masih terasa dalam angan-angan mimpi.

Dan lelaki itu hanya mampu bermimpi sekarang.

.

.

.

.

END

SEVENTEEN COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang