Memories (JunHao)

2K 224 21
                                    

MEMORIES

Main pair:

[Wen Junhui, Xu Minghao]

Disclaimer:

Seventeen © Pledis Entertainment

Rating: T

Genre: Romance/General

Warn! YAOI, OOC, TYPO, AU!

I hope you enjoy this story~

.

.

.

.

Crek.

Bunyi kamera berdentang. Mengisi ruang studio yang dingin. Tenang serta terang. Kamera menangkap beberapa wajah yang bergaya. Berpose ala model sampai senyum alakadarnya.

Ruang rias pun penuh dengan manusia. Bedak serta maskara berserakan di meja. Memakaikan para wanita dan laki-laki make up sebelum diambil gambar.

Wen Junhui disana. Duduk dengan segenggam kamera untuk memotret. Lensa menangkap beberapa manusia yang berpose. Namun tak ada satupun yang menarik perhatian. Ia bosan. Ingin pulang—menikmati secangkir kopi dengan roti isi mungkin.

Pakaian yang dikenakan beberapa model pun beragam. Mewah nan elegan sampai terlihat norak dengan kalung menggelantung di leher mereka. Silau kamera membuat efek cerah. Namun tetap saja Junhui tak bereaksi.

"Oh, fuck." desis Junhui ketika kamera mati.

Ia sebal. Semua model membosankan. Tak ada yang menarik perhatian. Walau mereka menggunakan pakaian serta make up dengan harga berjuta-juta, tetap saja terlihat seperti kentang.

Tidak menarik.

Membosankan.

Segelintir pikiran akan pensiun dari fotografer terlintas sesaat. Namun di urungkan niat itu (makan apa dia nanti jika berhenti jadi fotografer).

"Selanjutnya." teriak Junhui.

Tangannya sibuk memainkan kamera. Menatap tombol dan beberapa gambar. Hah, hari ini adalah jadwalnya memotret bocah-bocah SMA untuk foto tahunan sekolah. Matanya sedikit menatap bocah-bocah yang sibuk merias diri. Bahkan makan sebelum di potret.

Apa gunanya foto tahunan sekolah; pikirnya hanya membuang-buang waktu (karena dulu dirinya tak sudi melakukan hal itu). Lebih baik belajar dengan serius agar dapat perguruan tinggi yang terbaik nantinya—pendek memang pikiran Junhui.

Tak ada yang menyahut panggilannya. Ia menoleh—semua sibuk dengan urusan masing-masing. Sial, dirinya hanya dianggap patung pancoran. Lelaki berdarah Cina mulai kesal. Lantas ia kembali berteriak, "SELANJUTNYA."

Suara lantai kayu berdecit. Seseorang datang untuk di potret. Hah, dia laki-laki. Berwajah manis dan malu-malu. Terlihat polos dan menggemaskan. Junhui sejenak terdiam; menatap dua bola mata yang menarik pandang. Bibirnya merah muda, tipis dan mengkilap. Pakaiannya kasual, namun terlihat elegan. Tak norak macam bocah-bocah yang lain.

SEVENTEEN COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang