Romeo and Cinderella (JunHao part 1)

2.6K 255 114
                                    

ROMEO AND CINDERELLA

Main pair:

[Wen Junhui, Xu Minghao]

Disclaimer:

Seventeen © Pledis Entertainment

Rating: T

Genre: Romance/Drama

WARN! YAOI, OOC, TYPO, AU!

I hope you enjoy this story~

.

.

.

.

Sepasang telinga itu selalu mendengar semua ocehan yang keluar dari mulut kedua saudari dan ibu tirinya. Pemuda bertubuh kurus yang selalu berpikir naif hanya bisa menunduk. Ia tak pernah membantah maupun menyahut segala omelan sang ibu tiri. Pemuda itu tetap diam dan hanya menurut.

Hidupnya bagaikan sinetron picisan dimana sang ayah telah meninggal dan dengan sangat terpaksa ia harus tinggal dengan ibu dan saudari tiri yang bisa dikatakan jahat. Karena selalu memanfaatkan kebaikan hati sang pemuda manis. "Kau ini tidak berguna, Xu Minghao! Masa mencuci pakaian saja tidak bersih?! Kau lihat, ini masih ada noda kuning!"

Gadis itu langsung memukul lengan Minghao keras. Tak puas akan kerja payah sang kakak tiri yang sudah mencuci pakaian. Dan pemuda naif itu hanya tersenyum, "Kalau begitu, biar kakak cuci kembali."

"Tidak perlu. Sekarang, lebih baik kau bersihkan rumah ini! Dasar tidak berguna!"

Sang ibu tiri kemudian mendorong tubuh ringkih Minghao. Pemuda itu hanya terdiam, walau seperti itu Minghao selalu menganggap bahwa ibu tirinya orang yang baik—ya, hanya saja tidak untuk sekarang. Kemudian tangan lentik itu mengambil sebuah sapu, lalu membersihkan noda-noda yang membandel di lantai.

Udara di pedesaan memanglah amat sejuk. Kau bisa menghirup oksigen sehat yang berasal dari hutan dan pegunungan asli. Menikmati air jernih di sungai, dan menatap hamparan bukit dengan rumput hijau—yang biasa digunakan para gembala untuk memberi makan hewan gembalaan mereka.

Sapu berwarna biru itu tengah melaksanakan tugas. Menghilangkan bakteri yang mungkin saja bisa membuat orang yang terkena virusnya akan sakit. Minghao dengan telaten membersihkan lantai, lalu mengelap beberapa kaca didalam rumah. Wajahnya selalu memancarkan raut bahagia.

Hatinya tak pernah merasa dendam dengan semua perlakuan keluarga tirinya. Ia selalu diajarkan agar menjadi orang yang sabar dan berhati mulia oleh mendiang sang ibu dulu. Namun, terkadang tetap saja yang namanya manusia akan merasa sedih maupun emosi.

Begitupula dengan Minghao. Ia terkadang menangis sendiri didalam kamar—yangmana digunakan juga sebagai gudang. Jahat memang, namun pemuda Xu selalu mengingat ucapan sang ibu dulu. Lelaki itu harus menerima semua takdir yang telah Tuhan gariskan untuknya.

Dan kini ia telah terbiasa dengan segala perilaku tak baik yang diberikan semua keluarga tirinya. Minghao akan tetap diam dan menurut, tak ingin mengecewakan sang ibu yang sudah tenang di alam sana bersama Tuhan.

SEVENTEEN COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang