to realize what we used to have (Meanie)

1.5K 108 2
                                    

Disclaimer: seluruh tokoh milik keluarga dan agensi. Tidak mengambil keuntungan finansial apa pun dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk senang-senang

Main pair: Mingyu/Wonwoo

Selamat membaca...

.

[to realize what we used to have]

{Mingyu selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya}

.

Bersyukur adalah satu tanda bahwa kita memuji Tuhan.

Dan Mingyu selalu memuji Tuhan kapan pun dan di mana pun. Ah, sangat memuji. Ia selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya sekarang. Wajah tampan, kecerdasan, kekayaan yang melimpah, urusan yang selalu dilancarkan, dan kehidupan yang sejahtera. Oh, nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Mingyu tidak berani mendustakan pemberian Tuhan. Ia selalu bersyukur dan bersyukur.

Termasuk memiliki suami yang cantik jelita dan juga pintar; Jeon Wonwoo.

Siapa pula yang akan menolak jika diberikan suami macam Jeon Wonwoo? Sudahlah cantik jelita, pintar, lemah lembut, sopan santun, berasal dari keluarga berada—walau sifatnya tsundere. Ah, mungkin hanya orang gila saja yang menolaknya. Pertama kali bertemu ketika sedang ada acara pentas seni yang diselenggarakan di kampus. Saat itu, Wonwoo yang pandai bermain piano pun menunjukkan kebolehannya pada pentas seni. Mingyu yang menonton pun terpesona dengan wajah Wonwoo yang cantik khas Asia.

Ah, kalau mengingat masa muda, Mingyu suka malu sendiri.

Mengingat dirinya yang tidak bisa menyatakan cinta pada Wonwoo dulu—karena terlampau bingung bagaimana cara menyatakan cinta yang baik dan benar, justru ia malah berteriak keras (terkesan seperti orang marah-marah). Sontak hal ini membuat Wonwoo balik marah-marah. Ah, Mingyu bukanlah pria yang romantis. Kalau diingat-ingat, ia malu setengah mampus sekarang.

Mengingat bagaimana dulu susahnya mempertahankan hubungan mereka yang selalu diterpa badai. Sebenarnya risiko memiliki pacar yang cantik dan berprestasi—pasti selalu ada saingan. Mingyu tidak ingin mengingat dan menyebut nama-nama pria yang ingin merebut Wonwoo dulu seperti Wen Junhui, Oh Sehun, Jung Jaehyun—hei, hei, hei. Kenapa Mingyu malah menyebutkan nama pria-pria berengsek itu?

Lupakan saja.

Dan jangan lupakan bagaimana perjuangannya untuk mendapat restu dari orangtua Wonwoo. Dulu, ayah Wonwoo ingin Mingyu menjadi orang mapan jika ingin menjalin hubungan dengan putranya. Ah, Kim Mingyu adalah anak orang kaya tujuh turunan yang konon katanya hartanya tidak akan habis sampai kapan pun. Tapi bukan itu yang diinginkan ayah Wonwoo. Beliau ingin kekayaan yang melimpah didapatkan dari kerja keras Mingyu sendiri—bukan dari warisan keluarga atau apa pun itu. Ia ingin putranya bersanding dengan seorang pekerja keras dan orang yang benar-benar memperjuangkannya.

Demi cintanya yang sudah di ujung tanduk pada Wonwoo, Mingyu pun rela melakukan apa pun.

Ia banting tulang bekerja keras demi menjadi pria yang kaya dan mapan tanpa adanya bantuan dari harta keluarga. Dan—tidak ada yang instan di dunia ini. Mingyu berusaha selama lima tahun lamanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan ayah Wonwoo. Setelah ia mapan dan kaya, ayah Wonwoo merestui hubungan mereka. Dan, ya. Mingyu merasakan efek dari kerja kerasnya selama ini. Ia bisa hidup lebih bahagia dengan membanggakan hartanya yang ia dapatkan dari jerih payah selama lima tahun.

Dan—ia bisa meminang sang kekasih; Jeon Wonwoo.

Masih jelas di ingatannya saat malam pertama dulu. Ah, kalian pasti paham apa yang ditunggu-tunggu Mingyu pada saat itu. Ya! Menghitung uang yang diberikan para tamu untuk mereka. Jika kalian berpikir yang 'iya-iya', selamat! Otak kalian memang harus dibersihkan dengan mama lemon. Amplop yang mereka dapatkan sangat banyak, lumayan untuk mengembalikan modal pernikahan mewah mereka, hahaha.

Tapi setelah menghitung amplop, Mingyu mendapatkan pengalaman pertama yang tak akan terlupakan.

"Hei, kenapa melamun?"

Mingyu tersentak ketika seseorang dengan suara lembut menepuk pundaknya. Ah, itu sang kekasih yang kini sudah merangkap menjadi suami sahnya. Wonwoo masihlah sama; masih cantik, masih tsundere, masih pintar. Mingyu tersenyum menatap sang suami, "Hanya mengingat masa-masa muda dulu."

Wonwoo duduk di samping sang suami. Menyenderkan kepalanya pada dada bidang Mingyu, "Ah... masa-masa muda. Aku rindu."

"Rindu diperebutkan banyak pria seme?"

Wonwoo mendelik sebal pada sang suami, "Kamu juga dulu diperebutkan banyak pria uke dan wanita. Ah, siapa itu? Xu Minghao? Oh, atau mungkin Ong Seongwu? Tzuyu? Joo Kyulkyung?"

"Sudah sudah, lupakan saja." Mingyu memotong ucapan Wonwoo. Bahaya jika mereka bertengkar hanya karena masalah cemburu.

Suasana kembali hening. Wonwoo nyaman bersender pada dada bidang sang suami. Mingyu mengusap lembut pucuk kepala sang suami, lalu dikecupnya perlahan. Ah, benar-benar nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan?

"Papa! Mama!"

Jangan lupakan kebahagiaan yang dimiliki Mingyu adalah; dianugerahi dua anak laki-laki dan perempuan kembar yang menggemaskan—Kim Minwoo dan Kim Gyuwon. Buah hatinya bersama Wonwoo. Bukti cinta mereka berdua.

"Hei, kalian sudah pulang? Bagaimana di sekolah tadi?"

"Seru!"

"Banyak teman!"

"Tapi Minwoo nakal!"

"Jangan asal tuduh, Gyuwon!"

Mingyu dan Wonwoo hanya bisa terkekeh melihat tingkah kedua anak mereka yang baru masuk taman kanak-kanak tahun ini, "Baiklah. Sekarang ganti baju, lalu kita akan makan bersama."

Minwoo dan Gyuwon menurut, lalu masuk ke dalam kamar mereka.

"Aku selalu bersyukur diberikan kesempatan untuk hidup bahagia seperti ini oleh Tuhan." Ucap Mingyu. Wonwoo yang mendengarnya pun terkekeh lalu mengecup lembut bibir sang suami, "Aku juga."

Mingyu selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

Dan akan selalu bersyukur.

.

finish

Majalengka, 16 November 2018 - 08:33 AM

edited

Majalengka, 17 November 2018 - 09:33 AM

SEVENTEEN COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang