Thank U (1)

639 73 25
                                    

Jika memang pertemuan kita adalah sebuah takdir, aku sangat berterima kasih karena engkaulah yang dipilih oleh-Nya menjadi takdirku.

.

.

"Kamu masih marah sama ayahmu?" Tanya mama yang melihatku terdiam di sofa sambil menatap dunia luar melalui jendela.

Alih-alih menjawab, aku lebih memilih menghembuskan nafas.

"Ayolah," Mama duduk di sebelahku dan mengusap punggungku, "Aku yakin ayah punya rencana sendiri yang bisa membuatmu mendapatkan hal yang lebih baik."

"Apanya yang lebih baik?" Aku bangkit dan berjalan menuju kamar.

"Kamu mau kemana??" Tanya mama yang melihatku memakai jaket dan syal.

"Cari angin.. sekalian ngapalin jalan." Jawabku lalu berjalan keluar rumah dan menghiraukan panggilan mama.

Hari ini, aku sampai di Korea Selatan setelah ayahku memilih untuk tinggal di negara ini di banding tetap tinggal di negara pemilik Big Ben tersebut tanpa kesepakatan ku.

Padahal aku baru saja di terima di perguruan tinggi favoritku. Tapi menentang ayah sama saja dengan bunuh diri.

"Owh.. its pretty cold in here.." Ucapku pelan sambil terus berjalan hingga aku sampai di sebuah taman di atas bukit yang tidak terlalu tinggi.

Rasa penasaran membawaku pergi ke bukit itu. Dan aku baru ingat kalau pemilik rumahku yang baru ini bilang jika kota ini memiliki bukit taman kota dengan pemandangan indah ketika malam hari.

Aku pun bisa melihat sebuah pohon sakura yang telah berguguran dan siap untuk digantikan oleh benda putih lembut yang akan datang nanti.

Pada salah satu dahannya, terikat tali dan kayu yang dibuat menjadi sebuah ayunan. Dan seorang gadis kecil duduk disana berayun kecil sambil menatap langit mendung malam ini.

"Mengagetkan saja.. dia bukan hantu kan?" ucapku pelan. Lalu berjalan mendekatinya, "Eh bocah, kok kamu malem-malem disini sendirian?"

Gadis kecil itu sedikit terkejut kemudian menoleh padaku. Dia menatapku agak lama seperti sedang menelaahku.

"Aku nungguin salju pertama." Jawabnya dengan suara nyaringnya yang manis.

"Salju pertama?"

Ia mengangguk, "Katanya, sesuatu keajaiban bakal dateng waktu salju pertama."

What? what was she said before??

Aku menahan tawa, "Ya ampun, kamu percaya mitos? Eh iya sih.. kamu masih SD ya?"

"Hmph.. ya maaf aja kalo aku masih percaya mitos!" Jengkelnya, "Kakak sendiri ngapain disini?"

Aku mendeham, "Hm? Hmm... iseng aja sih."

"Hah?"

"Soalnya tiba-tiba aja aku pengen dateng kesini. Rasanya aku bakal ketemu sesuatu yang indah disini."

Apa yang kukatakan? Omong kosong apa tadi? Kenapa tiba-tiba aku berbicara melantur pada anak kecil? Astaga bodohnya aku.

Tapi dia terlihat tertegun dengan kata-kataku tadi. Itu artinya aku tidak berbicara omong kosong, kan? Syukurlah.

Hingga sesuatu meluncur jatuh dari penglihatanku. Sebuah benda kecil bewarna putih yang membawa hawa dingin malam ini.

"Woh.. iya, salju." Aku membuka telapak tanganku.

Gadis itu benar, malam ini salju pertama turun ke bumi. Kukira akan menjadi sebuah peristiwa yang biasa saja.

Tapi aku tidak bisa menyangkalnya. Aku bahagia. Sangat bahagia. Bahkan hatiku ini terasa hangat dan lupa bagaimana rasa dingin yang menusuk tulang ini.

Married With Ahjussi [Seungri]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang