"Bi, lo punya saingan berat sekarang." Leo memulai pembicaraan setelah Davin dan Elisa mengantarkan Stella ke lobby.
"Maksudnya, Kak Leo?" Tanya Clara polos. Bianca hanya terdiam sambil sesekali mengaduk minumannya.
"Maksud gw Elisa bakal jadi saingan beratnya Bianca dalam mendapatkan hati Davin, Clara! Lemot banget deh!"
"Oh, ga mungkin lah. Kak Elisa itu adiknya Kak Davin. Kak Davin kan memang paling mentingin keluarga," jelas Clara.
"Clara, Davin itu sama sekali ga ada hubungan darah sama Elisa. Selama 7 tahun gw bertemen sama Davin, baru kali ini gw liat Davin memperlakukan cewek kayak dia memperlakukan Elisa." Kali ini Alan yang angkat suara.
"Emang gimana cara Davin memperlakukan Elisa?" Tanya Bianca pada Alan.
"Davin memperlakukan Elisa kayak Elisa itu kaca yang mudah pecah. Lo ngerti maksud gw kan, Bi? Gw gamau menyakiti hati lo dengan ucapan gw selanjutnya."
"Iya, walaupun gw baru bertemen sama Davin 2 tahun, tapi gw tau Davin itu orangnya cuek, apalagi sama cewek yang baru dia kenal. Lo liat aja kelakuan Davin di sekolah, mana pernah dia nanggepin cewek-cewek yang suka sama dia? Lo tau kan cewek yang deketin Davin itu banyak dan beraneka ragam? Dari cewek nakal, cewek baik nan alim, cewek cantik, cewek nerd, cewek populer, semuanya ga ada yang bisa menyentuh hati seorang Davin Filbert Westlie!" Leo berbicara panjang lebar tanpa menghiraukan kode dari Alan yang memintanya untuk tutup mulut. Setelah selesai bicara, Alan melempar sedotannya pada wajah Leo karena kesal.
"Tapi lo masih punya kesempatan kok, Bi. Lo itu kan satu-satunya cewek yang bisa deket sama Davin sampe saat ini. Semangat ya, Bi!" Kata Leo lagi berhasil mencairkan suasana.
***
"Kita jadi nonton ga?" Tanya Clara ketika aku dan Davin sudah kembali bergabung dengan mereka.
"Duh ileee, yang pake sapatu couplean. Gw jadi ngiri nih!" Leo melihat sepatuku dan Davin, kemudian tertawa menggoda Davin. Davin hanya terdiam dan tidak menghiraukan candaan Leo.
"Mau nonton apa, dek?" Tanya Davin pada Clara.
"Yuk, kita liat dulu di bioskopnya ada film apa!" Ucap Clara bersemangat sambil berjalan menuju bioskop. Bianca kemudian menghampiri Davin dan mengamit lengan Davin. Aku berjalan di belakang Davin dan Bianca, dengan Alan yang ada di sampingku.
"Jadi gimana? Udah terbiasa sama Jakarta?" Tanya Alan.
"Jakarta sumpek sama macet." Alan tertawa kecil, kemudian mengeluarkan ponselnya dan memberikannya padaku.
"Gw minta id line lo boleh?"
"Ga."
"Pelit banget lo!"
"Gw baru kenal lo."
"Gw sahabatnya Davin. Masa lo ga percaya sama gw?"
"Ga menjamin kalo lo cowok baik-baik."
"Emangnya muka gw ada tampang jahat?"
"Ada."
"Kalo gw jahat, Clara ga bakal suka mati sama gw." Alan tersenyum penuh percaya diri.
"Gw ga ngasih id line gw ke gebetan Clara."
"Kami cuman berteman. Gw deket sama Clara karena Clara adik Davin, itu aja. Gw udah anggep Clara seperti adek gw juga."
"Ga penting lo jelasin ke gw." Aku meninggalkan Alan dan berjalan lebih cepat, mendekati Clara yang sedang berjalan dengan Leonardo. Apa sebaiknya aku pulang saja? Aku mengeluarkan ponselku dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.
YOU ARE READING
Elisa Natalia
Teen FictionBeberapa part di private acak! "When I'm with you, I feel safe from the things that hurt me inside." ~ Elisa Natalia "I think no matter how much time passes by, I will always have a weak spot for you. And that terrifies the hell out of me." ~ Davin...