#21

219 7 0
                                    

Setelah makan, Sienna pulang ke rumah dengan ojek online. Tetapi begitu terkejutnya Sienna saat melihat seorang wanita paruh baya sedang menunggunya di depan rumahnya.

"Tante?" Guman Sienna.

"Tante mau bicara. Bisa kita bicara?" Sienna mengangguk perlahan. Mama Leo, Miranda lalu mempersilakan Sienna masuk ke dalam mobilnya. Dengan perasaan kalut Sienna masuk ke dalam mobil. Ternyata Miranda membawa Sienna ke sebuah kafe yang ada di dekat rumah Sienna.

"Minum apa Sienna? Jangan khawatir, Tante akan traktir kamu." Sienna tersenyum kecut karena perkataan Miranda yang sedikit banyak sudah melukai harga dirinya.

"Ga usah, Tante. Sienna udah minum." Setelah Miranda memesan minuman, yang sama sekali tidak diperhatikan oleh Sienna, Miranda tersenyum. Senyum palsu, pikir Sienna, sama seperti satu tahun yang lalu. Dan sekarang senyuman itu membuat tangan Sienna gemetar, yang langsung disembunyikannya di bawah meja.

"Jadi, Leo mengganggu kamu lagi?" Sienna terdiam. Sienna tau apa yang mau dikatakan oleh Miranda. Jadi kamu mengganggu Leo lagi?

"Aku sama sekali ga mendekati anak Tante, kalau itu yang mau Tante tanyakan."

"Kamu belajar banyak rupanya, Sienna."

"Seseorang yang bodoh pun tidak akan jatuh di lubang yang sama Tante. Aku gak akan tertipu sama senyuman Tante lagi."

"Jadi kali ini apa, Sienna? Apa Tante perlu mengucapkan kembali kata-kata yang Tante ucapkan satu tahun yang lalu?"

"Tidak perlu, Tante. Aku masih mengingat semua perkataan Tante dengan jelas."

"Sienna..."

"Berhenti Tante. Aku tau Leo akan memilih Tante dibanding aku. Aku tau lebih baik Leo berpikir aku yang mengakhiri hubungan kami, bukan Tante."

"Sienna, Tante akan bicara satu hal lagi." Saat itu kopi pesanan Miranda sudah datang. Kopi hitam tanpa gula. Miranda tiba-tiba menggengam tangan Sienna, lalu tersenyum.

"Cincin kamu bagus. Boleh Tante lihat?" Miranda mengambil cincin yang ada di jari tengah Sienna.

"Tante, cincin itu bukan pemberian dari Leo. Tante ga perlu khawatir." Miranda melepaskan cincin yang ada di jari telunjuknya dan memperlihatkannya pada Sienna.

"Sienna, Tante ga bermaksud menghina, tapi apa kamu bisa lihat cincin Tante?" Miranda tiba-tiba menenggelamkan cincin Sienna dan juga cincinnya pada gelas kopi miliknya.

"Cincin Tante akan baik-baik saja, karena cincin Tante terbuat dari berlian. Tapi cincin kamu, besok akan berkarat. Kalau kamu belum mengerti, Leo itu berlian buat Tante, dan kamu hanya perak yang dilapisi emas putih. Dalam sekejap cincin kamu akan berkarat dan tidak akan bisa lagi bersanding dengan cincin berlian Tante."

"Buat aku, Sienna bukan cincin perak, Ma." Sienna dan Miranda menoleh terkejut saat seorang laki-laki menghampiri mereka, dengan wajah datar yang tidak bisa ditebak.

"Leo?" Miranda menatap anaknya dengan wajah terkejut.

"Leo liat mobil Mama di depan." Sienna tampak sangat terkejut, tetapi langsung menundukkan wajahnya, melihat tangannya yang masih gemetar. Tiba-tiba Leo menggenggam tangan Sienna, menariknya dengan lembut, membuat Sienna berdiri di sampingnya.

"Kita bisa bicara di rumah, Ma. Leo anter Sienna dulu." Leo membawa Sienna keluar dari kafe, dan Sienna dapat bernafas kembali dengan normal. Sienna menghela nafasnya lega dan melepaskan tangannya dari genggaman Leo. Sienna berpikir sampai mana Leo mendengar pembicaraannya dengan Tante Miranda? Leo berbalik kemudian kembali menggenggam tangan Sienna.

"Gw anter."

"Gausah, ini deket banget sama rumah gw."

"Gpp, gw anterinnya juga jalan kaki kok." Sienna terdiam. Mereka berjalan di sepanjang jalan yang penuh dengan penjual makanan. Saat mereka berpacaran dulu, Sienna belum sempat mengajak Leo makan di tempat itu, padahal Sienna sudah berjanji.

"Sebentar." Sienna menarik tangan Leo dan menghampiri penjual mocha. Sienna memesan 10 mochi, lalu menghampiri penjual kue putu dan memesan 10 kue putu. Setelah membayar semuanya Sienna memberikan kue mocha pada Leo, sedangkan Sienna sendiri membuka kue putu di tangannya. Sienna menikmati kue putu dan sesekali melirik Leo yang mulai membuka kue mocha dan mencobanya.

"Enak?" Tanya Sienna.

"Enak." Leo kemudian mengambil kue putu Sienna dan Sienna mengambil kue mocha yang ada di tangan Leo. Selalu seperti ini. Mereka selalu membeli makanan yang berbeda dan berbagi.

"Iya enak." Mereka berjalan beriringan, walau tidak bergandengan tangan karena mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing, tapi suasana di antara mereka sudah mencair.

"Tadi gw bikin nasi goreng di rumah Elisa." Sienna kembali memulai pembicaraan.

"Elisa ga sakit lagi kan makan nasi goreng buatan kamu?"

"Sialan ya lo! Engga lah! Masaknya aja diliatin terus sama Elisa."

"Oh ya? Bikinin buat gw dong."

"Siapa lo? Waktu jadian aja gw ogah masakin buat lo."

"Dih dih... Pelit banget."

"Lagian kalo sama lo masa makannya nasi goreng? Rugi dong gw! Kalo sama lo harus makan yang mahal-mahal dong, kan lo bos." Leo hanya tertawa kecil dan menatap Sienna dengan tatapan lembut, membuat Sienna hampir tersedak.

"Lo aus ga? Beli minum?" Setelah mereka menghabiskan makanan mereka, mereka menghampiri minimarket. Leo mengambil lemon tea kesukaan Sienna, sedangkan Sienna mengambil minuman jeruk kesukaan Leo. Setelah Leo membayar semuanya, mereka kembali berjalan, sambil sesekali meneguk minuman mereka.

"Sienna..."

"Jangan..." Mereka sudah hampir sampai di depan rumah Sienna.

"Lo putusin gw karna nyokap gw?"

"Leo, lupain semua yang lo denger hari ini. Mulai besok, kita akan kembali lagi ke titik awal. Kita kembali saat Leo hanya sekedar tau Sienna, dan Sienna hanya sekedar tau Leo."

"Walau kita kembali ke titik awal, gw akan kembali melalui semua yang udah kita lewati. Gw tetep akan ngajak lo kenalan, gw akan tetep bertemen sama lo, gw akan tetep memperhatikan lo saat lo bahkan ga sadar, gw akan tetep mencari tau hal-hal kecil tentang lo, gw akan tetep nganterin lo pulang saat hujan, dan gw akan tetep meminta lo jadi pacar gw. Tapi kali ini, gw ga akan melepaskan lo, Sienna."

"Walaupun kita mengulang hal yang sama, tapi pada akhirnya, lo akan tetep memilih nyokap lo, Leo."

"..."

"Jadi, berhentilah sampai di sini, Leo."

"Gw ga akan berhenti Sienna. Gw udah bilang, gw akan mendapatkan keduanya."


Elisa NataliaWhere stories live. Discover now