#3

302 13 0
                                    

Laki-laki itu datang...

Laki-laki yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku datang...

Sepulang dari makam Mama, aku melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan panti asuhan. Saat itu aku berpikir bahwa mobil itu adalah mobil salah satu donatur panti. Aku berjalan menuju ruang tamu, dan begitu aku melihat 'sang donatur', aku membeku. Rapot yang ada di tanganku terjatuh begitu saja, dan tatapan mata kami bertemu.

"Sa, Papa kamu datang jemput kamu." Kata-kata ibu panti terasa jauh, aku sama sekali tidak mendengarkannya. Laki-laki itu berdiri, dengan perlahan menghampiriku, dan tangannya terulur. Aku mundur beberapa langkah, tidak ingin tangannya bersentuhan dengan tanganku.

"Papa datang jemput kamu, Sa."

Apa aku bermimpi? Tidak, ini terasa sangat nyata. Aku bukan gadis naïf yang tidak bisa membedakan mimpi dan kenyataan.

"Siapa?" Tanyaku akhirnya, berusaha mengumpulkan keberanianku. Apa dia pikir bisa mengaku sebagai Papaku setelah meninggalkanku selama 17 tahun hidupku?

"Aku Papamu. Kamu putriku. Mulai sekarang, kamu akan ikut dengan Papa, Elisa Wijaya." Aku tercekat, laki-laki di depanku ini berbicara dengan yakin, tanpa keraguan sedikit pun.

"Namaku Elisa Natalia. Mungkin Anda salah orang."

"Natalia adalah nama belakang Ibumu. Kamu putriku, sudah seharusnya kamu menggunakan nama belakangku." Aku tertawa getir mendengar ucapannya.

"Jadi, ke mana saja Anda selama ini? Kenapa baru sekarang Anda mengakuiku sebagai anak?"

"Suatu saat kamu akan mengerti, Sa. Bereskan barang-barangmu, besok pagi Papa akan datang lagi membawamu untuk tinggal bersama Papa."

Setelah mengatakan itu, ia pergi meninggalkanku. Aku terdiam, mencerna kata-katanya. Laki-laki itu akan membawaku untuk tinggal bersamanya? Jakarta?

"Sa, Ibu tau kamu masih bingung. Kamu mandi dulu gih. Nanti kita bicarakan lagi hal ini." Ibu panti memelukku lembut dan mengajakku ke kamar. Kamar yang ditempati oleh 4 gadis, dan aku adalah yang paling tua di kamar ini, dan juga di panti ini. Ibu panti mengambil baju dan celana tidur untukku, dan memberikannya padaku. Aku menghela nafas panjang dan pergi mandi.

***

"Maaf, Sa. Kami tidak bisa mencegah Papa kandung kamu untuk membawa kamu. Panti ini punya peraturan, jadi kami harus merelakanmu untuk tinggal bersama Papa kamu."

"..."

"Soal sekolah, kamu jangan khawatir, tadi ibu sudah membicarakannya dengan Papa kamu. Papa kamu tau kalau kamu anak yang pintar. Pasti Papa kamu akan menyekolahkan kamu di sekolah yang lebih bagus."

"..."

"Ibu menginginkan yang terbaik untuk kamu, Sa. Kamu anak yang sangat baik, Ibu tau itu. Kejar cita-cita kamu, Sa. Suatu saat nanti, kamu akan jadi wanita yang sukses, Ibu yakin itu. Dan jika saat itu tiba, jangan lupakan Ibu dan teman-teman kamu di panti ini ya, Sa. Ibu selalu mendoakanmu. Pintu panti ini selalu terbuka untuk kamu."

"Elisa mau ngucapin terima kasih, karena Ibu udah sangat baik sama Elisa. Ibu udah seperti Mama bagi Elisa. Elisa ga akan ngelupain panti ini." Aku memeluk ibu panti dengan erat. Aku benar-benar tidak akan melupakan panti ini, tempat aku pulang nanti, setelah aku membalaskan dendam Mama.

Mungkin ini jalan yang Mama berikan untukku. Kesempatan itu datang, kesempatan untuk membalaskan dendam Mama. Kesempatan yang tidak pernah aku harapkan. Tapi sesuai janjiku, aku akan mengambil kesempatan ini.

Elisa NataliaWhere stories live. Discover now