"Clara, kamu mau ngambek sampe kapan, sayang?" Papa menegur Clara yang sejak kemarin mogok makan. Kami sedang sarapan pagi di meja makan. Ada Papa, Tante Riana, Davin, Clara, dan aku. Aku mengambil roti yang sudah dibubuhkan selai kacang dan mulai makan tanpa mempedulikan Clara.
"Davin, coba kamu kasih pengertian sama Clara," kata Tante Riana.
"Clara, kalo kamu ga makan, ga usah ke sekolah sama gw," tegas Davin sambil melahap nasi goreng buatan Tante Riana.
"Kak Davin! Yaudah Clara makan!" Clara ikut melahap nasi goreng di depannya dengan wajah cemberut. Setelah selesai makan roti, aku beranjak ke ruang tamu dan memakai sepatuku.
"Elisa, lo juga ikut gw," kata Davin setelah aku selesai memakai sepatuku. Aku duduk di sofa menunggu Davin dan Clara selesai sarapan. Hari ini adalah hari pertama aku bersekolah di SMA Harapan Bangsa. Aku akan menjadi murid baru kelas 11 IPA.
Clara bersekolah di SMP Harapan Bangsa kelas 9. Gedung SMP Harapan Bangsa bersebelahan dengan gedung SMA Harapan bangsa, bahkan ada jembatan yang menyatukan kedua gedung sekolah tersebut. Setauku Davin adalah murid kelas 12 IPA.
Setelah Davin dan Clara berpamitan dengan Papa dan Tante Riana, aku beranjak ke depan, menunggu Davin. Setelah Davin keluar, aku berinisiatif duduk di belakang, dan membiarkan Clara duduk di depan, di samping Davin.
"Nanti ada latihan klub ga?" Tanya Clara pada Davin.
"Ada, nanti minta supir aja jemput kamu," jawab Davin.
"Aku mau dianter pulang sama Kak Alan."
"Dek, Alan bukan supir kamu."
"Clara tau, Kak! Clara ga bilang kalo Kak Alan itu supir Clara. Tapi Clara mau dianterin pulang sama Kak Alan!"
"Yaudah coba aja kamu minta dia untuk anterin kamu pulang."
"Kak Davin dong yang bilang sama Kak Alan. Please?"
"Hari ini Alan ada janji sama gw," kataku menginterupsi pembicaraan Clara dan Davin.
"Apa?! Kan udah aku bilang jauhin Kak Alan!" Clara menengok ke belakang dan menatapku sinis.
"Dek, jangan mulai." Davin memperingatkan dengan geram.
"Dia duluan yang mulai! Kalo gini Clara gamau anggep dia Kakak!"
"Dek, kamu gara-gara cowok aja sampe kayak gini. Kamu masih kecil, fokus belajar! Kalo udah pake rok abu baru kamu mikirin cowok!"
"Engga! Sebentar lagi juga Clara pake rok abu kok. Clara mau ngejer Kak Alan dari sekarang pokoknya."
"Gak selamanya apa yang lo mau bakal lo dapetin Clara," kataku sinis.
"Clara bakal dapetin Kak Alan."
"Terserah."
Sampai di gedung SMP, Davin menurunkan Clara, lalu melanjutkan perjalanan ke gedung SMA. Aku yakin Clara sudah menceritakan semua pertengkaranku dengannya, tapi Davin sama sekali tidak mengatakan apa-apa padaku. Mungkinkah ia tidak ingin berada di pihak manapun? Kami terdiam sampai Davin menurunkanku di halaman sekolah, kemudian ia mencari tempat parkir di gedung parkir SMA.
Aku menuju kelasku, kelas 11 IPA-5. Saat sampai di kelas, kelas sudah cukup ramai, dan aku memilih meja yang berada di dekat jendela, di barisan tengah. Saat aku baru meletakkan tasku, tiba-tiba seorang gadis duduk di sebelahku.
"Gw duduk di sini ya?" Gadis ini terlihat ramah, dan aku mengangguk mengijinkannya duduk di sebelahku.
"Nama gw Sienna. Met kenal ya," ucapnya sambil tersenyum.
YOU ARE READING
Elisa Natalia
Ficção AdolescenteBeberapa part di private acak! "When I'm with you, I feel safe from the things that hurt me inside." ~ Elisa Natalia "I think no matter how much time passes by, I will always have a weak spot for you. And that terrifies the hell out of me." ~ Davin...