#22

225 5 0
                                    

1 tahun yang lalu

"Le, gw turun di deket sekolah aja, biar ga ada yang liat kita berangkat bareng." Sienna merapikan poninya yang sedikit berantakan dan mengambil tas ranselnya dari bangku belakang mobil Leo. Kali ini Leo mengendarai Mazda CX5 bewarna merah. Pagi-pagi sekali Leo sudah sampai di rumah Sienna, dengan wajah sumringah dan senyum yang selalu menghiasi wajah tampannya.

"Oke, gw akan bersabar selama 1 minggu. Belajar yang bener ya, Na." Sienna langsung menaikkan alis mendengar ucapan Leo.

"Perasaan lo yang ga pernah masuk 100 besar deh." Protes Sienna.

"Lah, apa hubungannya? Memang aku harus masuk 100 besar dulu buat bilang itu?"

"Di rumah lo ga ada kaca ya?"

"Cih, yaudah kalo gw bisa masuk 100 besar di ujian 1 minggu lagi, lo jangan protes lagi ya!"

"Terserah lo! Lo masuk 100 besar kayak ngarepin gw dapet lotre!" Sienna turun dari mobil tanpa menunggu reaksi Leo atas kata-katanya.

Setelah berlari kecil masuk ke kelasnya, Sienna duduk di bangkunya, di belakang Siska dan Cecilia, teman mereka juga.

"Na, pinjem PR Kimia lo dong." Pinta Siska setelah Sienna sudah duduk manis di bangkunya. Sienna lalu mengeluarkan buku PRnya dan menyerahkannya pada Sienna.

"Thanks, Na. Ga sia-sia gw temenan sama lo."

"Anjir lo, Siska! Jujur banget sih jadi temen!" Kata Cecilia terpaku oleh perkataan Siska.

"Emang kenapa? Kita ini simbiosis mutualisme. Dia bisa masuk geng kita kan karna otak dia encer. Lagian gara-gara kita juga kan dia ga dibully sama anak-anak lain?"

"Iya, tenang aja Cil. Gw kaga baper kok. Ini memang simbiosis mutualisme kok." Sahut Sienna santai.

Awalnya Sienna sempat menganggap Siska teman. Terutama saat Siska mendekatinya dan tanpa ragu meminjam PR Sienna. Sienna merasa Siska adalah teman yang apa adanya, tapi semakin Sienna ingin masuk lebih dalam dan mengenal Siska, semakin Siska membuat jarak dengan Sienna, seolah-olah tidak mau Sienna memasuki hidupnya. Sienna jadi tau diri dan mulai menjauh dari Siska, hanya menganggap Siska sebatas teman sekelas, tidak lebih.

Sienna tau kalau Siska menyukai Leo lebih dari sahabat, walau Leo tidak pernah menganggap Siska lebih dari sahabat. Tapi Sienna juga tau, kalau Leo menganggap Siska lebih penting daripada mantan-mantannya. Tiba-tiba Sienna merasa suasana kelas menjadi lebih ribut, dan Sienna tau alasannya setelah melihat Leo masuk ke kelasnya. Siska langsung menghentikan aktivitas menyalinnya dan tersenyum lebar pada Leo.

"Ngapain ke kelas gw, Le?" Tanya Siska antusias.

"Nih, dari nyokap gw buat nyokap lo." Leo memberikan bungkusan plastik kepada Siska lalu duduk di sebelah Sienna. Teman sebangku Sienna memang belum datang. Tadinya Sienna duduk sebangku dengan Siska, tapi minggu lalu ada pergantian tempat duduk, dan Sienna mendapatkan teman sebangku baru.

"Na, lo kan jago matematika, ajarin gw ya buat ujian minggu depan?" Leo mengedipkan matanya pada Sienna. Sienna tau Leo hanya ingin dekat-dekat dengannya, dan Sienna tersenyum.

"Lah, materi kita kan beda, Le?" Tanya Siska bingung, sambil menoleh ke belakang.

"Ga beda jauh kok, lagian gw yakin Sienna bisa matematika anak kuliahan sekalipun."

"Halah, bisa aja lo supaya gw ngajarin lo."

"Sienna..."

"Hmm?"

Elisa NataliaWhere stories live. Discover now