#15

236 7 0
                                    

"Sienna, kita udah sampe." Sienna membuka matanya perlahan, dan segera turun dari mobil. Memang sejak tadi Sienna menutup mata, seolah-olah tertidur, karena tidak ingin berbicara dengan Leo, tetapi Sienna malah mengingat kejadian 1 tahun yang lalu, saat semuanya masih baik-baik saja.

"Den Leo, kok udah pulang? Bukannya sekolah ya? Wah, Den Leo ngebolos ya?" Asisten rumah tangga Leo menyambut mereka.

"Wah, temen Den Leo yang cantik ini udah lama banget ga ke sini ya?"

"Iya, Bi." Jawab Sienna sungkan. Leo menarik tangan Sienna, membawanya ke dalam rumah. Saat Sienna melihat Mama Leo ada di dapur dan sedang menatap mereka, Sienna langsung melepaskan tangannya dari tangan Leo.

"Leo? Kamu udah pulang? Ga sama Siska?"

"Engga, Ma. Sienna mau mandi di sini, Ma. Nanti Leo balik lagi ke sekolah kok." Mama Leo tersenyum lembut pada Sienna.

"Oh, abis mandi Sienna mau makan di sini? Kebetulan Tante udah selesai masak untuk makan siang."

"Ga usah, Tante. Tadi udah makan di kantin." Tolak Sienna halus.

"Yaudah Tante taro di kotak makan aja ya? Siapa tau nanti siang kamu laper lagi." Sienna tidak enak jika menolak lagi, karena itu ia hanya mengangguk kecil, diam-diam menarik ujung seragam Leo agar ia bisa segera mandi.

"Yaudah, Leo bawa Sienna ke atas dulu ya, Ma." Sienna pun mengekori Leo ke atas, ke kamar Leo. Leo menyerahkan seragam Sienna yang sudah diseterika rapi dari dalam lemari pakaiannya, dan cepat-cepat Sienna pergi mandi. Semuanya masih sama. Kamar Leo masih seperti dalam ingatan Sienna. Sebuah perasaan bernama Rindu menyeruak dalam dada Sienna, tapi cepat-cepat Sienna mengabaikan rasa itu.

Setelah keramas dan mandi, Sienna keluar dari kamar mandi dan tidak menemukan Leo di dalam kamar itu. Sienna mendesah lega dan segera keluar dari kamar Leo setelah mengambil tas ranselnya yang bewarna hitam.

Sienna sempat berkeliling di lantai 2 rumah itu, karena sungkan jika harus bertemu dengan Mama Leo di lantai 1. Sienna menemukan balkon yang indah, dihiasi dengan bunga dan lampu taman, lengkap dengan meja dan kursi kayu untuk bersantai. Sienna menatap pemandangan yang penuh dengan rumah-rumah mewah, karena komplek perumahan ini memang penuh dengan rumah-rumah mewah.

"Sienna?" Leo menghampiri Sienna sambil membawa 2 minuman kaleng. Leo menempelkan minuman dingin itu pada pipi Sienna, hingga Sienna merinding kerena dingin di pipinya. Sienna mengambil minuman kaleng itu, menyadari bahwa itu adalah minuman kesukaannya, Lemonade.

"Thanks." Sienna membuka minuman kaleng itu dan meminumnya. Rasanya segar, dan Sienna selalu menyukainya. Sienna ingat, selama ia dan Leo berpacaran, Sienna selalu memesan Lemonade saat mereka makan di sebuah kafe atau restoran. Leo selalu mengajak Sienna ke tempat makan baru. Dari tempat makan pinggir jalan, kafe sederhana, restoran kecil, restoran berbintang, sampai makan di sebuah hotel berbintang lima. Leo juga selalu mengajak Sienna ke tempat-tempat yang belum pernah Sienna kunjungi. 'I want to take you to a place that you never been there.' Itulah kata-kata yang Leo ucapkan dulu. Tapi takdir berkata lain. Leo dan Sienna hanya bersama selama 3 bulan. Waktu yang sangat singkat untuk mereka membuat kenangan, tapi waktu yang cukup lama untuk mereka meninggikan rasa.

"Sienna..."

"Sekali lagi lo gaje manggil gw, gw tabok lo!"

"Sienna..."

"Ihhh!!!" Leo tertawa.

"Lo masih suka sama gw?"

"Kalo gw masih suka sama lo, gw ga bakal putusin lo."

"Cara lo memandang gw masih sama seperti dulu. Mulut lo bisa bohong, tapi mata lo ga bisa bohong. Satu hal yang selalu gw suka dari lo adalah mata lo. Mata lo seakan berbicara, menjelaskan apa yang ga bisa dijelasin sama mulut lo."

"Satu hal yang ga gw suka dari lo adalah kepercayaan diri lo yang terlalu tinggi. Ganteng dan kaya ga selalu menjadi tolak ukur kalo lo bakal disukai semua cewek."

"Thanks pujiannya, Sienna."

"Mending kita balik ke sekolah." Ajak Sienna ketika ponsel Leo berbunyi. Leo melihat ponselnya dan segera menerima panggilan tersebut.

"Kenapa Vin?"

"..."

"Alan? Gw ga lagi di sekolah. Tapi tadi Alan ada di sekolah sih. Kenapa? Hah? Kok bisa sih?"

"..."

"Oke, gw hubungin Alan sekalian bantu cari adek lo."

"Kenapa?" Tanya Sienna penasaran melihat Leo sedikit panik.

"Adeknya Davin ilang dari rumah sakit. Gw juga gatau lengkapnya. Yang pasti gw harus hubungin Alan. Gw anter lo ke sekolah dulu deh." Jawab Leo cepat sambil mencoba menghubungi Alan melalui ponselnya.

"Duh, Alan! Mala ga aktif ponselnya."

"Gw ikut lo cari Clara. Nanti gw yang coba hubungin Alan di mobil. Lo sambil nyetir pasti ga konsen kalo harus sambil hubungin Alan." Leo menatap Sienna, tersenyum kecil lalu mengangguk. Mereka menuju rumah sakit.

***

"Alan tetep ga bisa dihubungin." Sienna sejak tadi berusaha menghubungi Alan, tapi tidak berhasil. Setelah Leo dan Sienna sampai di rumah sakit, mereka membantu mencari Clara di sekitar rumah sakit.

"Itu Davin sama Elisa!" Leo menunjuk Davin dan Elisa, lalu menghampiri keduanya.

"Elisa, lo gpp?" Tanya Sienna khawatir. Elisa mengangguk dan meremas tangannya khawatir.

"Gimana Alan?" Tanya Davin pada Leo, yang dijawab Leo dengan gelengan kepala sambil menghembuskan nafas gusar.

"Yaudah, kita berpencar. Gw sama Elisa, lo sama Sienna. Kita cari Clara di sekitar sini dulu." Davin memberikan instruksi lalu mereka berpisah. Leo yang memilih untuk mencari Clara agak jauh dari lingkungan rumah sakit, menyebrang jalan dan mulai menyusuri jalan. Jalanan agak lenggang karena sudah jam 11 siang. Setelah mencari cukup jauh, Sienna melihat Clara di seberang jalan.

"Leo, itu Clara bukan?" Tanya Sienna karena cewek itu baru bertemu dengan Clara satu kali, saat masih menjadi teman Siska.

"Iya! Itu Clara. Eh, itu Davin sama Elisa!" Leo dan Sienna melihat Davin serta Elisa berlari menghampiri Clara di seberang jalan. Leo dan Sienna lega karena Davin dan Elisa juga ada di seberang jalan, dan sepertinya Clara sudah aman. Mereka terlihat terlibat adu mulut, dan Clara semakin mundur ke belakang. Terlihat Davin mengulurkan tangan, berusaha agar Clara tidak semakin mundur, karena jalanan sepi dan mobil dapat melaju cukup kencang. Mereka tidak berhasil membujuk Clara, karena Clara sudah ada di tengah jalan.

Kejadian selanjutnya sangat cepat. Sienna dapat melihat sebuah mobil melaju cepat ke arah Clara. Dan saat Sienna melihat Elisa berlari menuju Clara, Sienna juga ikut berlari. Setelah itu terdengar bunyi yang memekakkan telinga, bunyi klakson mobil yang sepertinya tidak berkesudahan.

"Sienna!!!"

"Elisa!!!"

Elisa NataliaWhere stories live. Discover now