#16

216 6 0
                                    

Kami menemukan Clara. Cewek itu terlihat berjalan tanpa arah dan tujuan. Dan saat aku dan Davin menghampiri Clara, cewek itu menoleh dan berteriak agar kami tidak mendekatinya.

"Jangan mendekat!" Teriak Clara di pinggir jalan, dan kulihat Davin sangat khawatir. Sejujurnya aku juga sangat khawatir. Mobil melaju sangat cepat di belakang Clara. Aku takut Clara berbuat nekat.

"Clara, ayo ikut Kak Davin. Mau kan? Alan udah nunggu kamu di rumah sakit."

"Bohong!!" Teriak Clara lagi

"Davin ga bohong, Clara. Alan baru aja sampe di rumah sakit." Aku ikut menguatkan kebohongan Davin.

"Diem kamu! Aku gamau ngomong sama kamu! Kamu udah rebut Kak Alan dari aku!"

"Clara, aku ga akan deket lagi sama Alan, asal kamu berhenti berbuat nekat." Aku berjanji. Aku tidak menginginkan ini. Aku akan memakai cara lain.

"Engga! Ga ada gunanya! Kak Alan ga pernah suka sama Clara!"

"Kamu bisa membuat Alan suka sama kamu Clara. Tapi bukan begini caranya." Davin mengulurkan tangannya. Clara semakin berjalan mundur, sampai di tengah jalan. Aku terbelalak melihat sebuah mobik melaju dengan cepat. Tanpa pikir panjang aku berlari. Berlari dan mendorong Clara sekuat tenaga, sampai aku mendengar suara klakson yang memekakkan telinga, lalu suara itu... Suara Davin...

"Elisa!!!"

***

Davin dan Leo berlari dengan panik. Clara tidak berhenti menangis dan mengikut Davin yang sedang menggendong Elisa menuju rumah sakit. Gadis itu merasa bersalah. Ya, Elisa menolong Clara, dan sekarang Elisa kehilangan kesadarannya. Darah di kepala Elisa terus mengalir, membuat Clara semakin menangis, memanggil nama Elisa.

"Leo, gw gpp. Gw bisa jalan sendiri. Elisa gimana?" Sienna merasa canggung berada dalam gendongan Leo, melingkarkan tangannya pada leher Leo. Leo hanya diam dengan rahang yang mengeras, membuat Sienna terdiam karena takut. Sienna jarang mendapat kemarahan Leo. Leo adalah laki-laki lembut, humoris, jahil, dan terkadang suka mengalah. Sienna hanya pernah melihat kemarahan Leo saat pertama kali Leo tau bahwa Sienna dibully. Sienna memilih diam dan berharap Elisa baik-baik saja, walau sesekali ia meringis karena sakit di lututnya.

Leo memang berlebihan. Sienna ditempatkan di kamar VIP hanya dengan luka-luka kecil. Sienna mendapatkan 2 jahitan di lututnya dan lecet-lecet kecil pada tangannya. Sienna mendengus melihat kamarnya yang besar di rumah sakit. Sienna saat ini sedang berbaring dalam posisi duduk, melihat lututnya dengan seksama. Saat itu, Leo masuk ke dalam kamar rawat Sienna, membawakan makanan dan minuman untuk Sienna.

"Elisa gimana?" Tanya Sienna pada Leo yang saat ini sedang duduk di ujung ranjang Sienna, menghadap Sienna.

"Elisa masi dirawat. Tapi Elisa bakal baik-baik aja kok." Leo menatap lutut Sienna dan mendengus kasar.

"Ngapain tadi lo lari, Sienna? Mereka ada di seberang jalan. Lo lari pun ga bakal keburu nyelamatin Elisa."

"Gw reflek aja."

"Gw tau lo itu teman yang baik, Sienna. Tapi bisa ga setidaknya lo mikirin diri lo sendiri dulu?"

"Yang namanya reflek pasti ga pake mikir dulu, Leo! Lagian gw bukan temen yang baik."

"Seenggaknya lo itu tipe cewek yang lebih mentingin temen daripada pacar. Sampe-sampe gw diputusin gara-gara lo bertemen sama Siska." Leo bicara sekaligus menyindir Sienna.

"Sok tau lo!"

"Yaudah, mending lo makan dulu deh sekarang. Gw udah bawain lo nasi hainam ayam kesukaan lo." Leo membuka kotak makanan yang tadi dibawanya dan memberikannya pada Sienna.

"Lo udah makan?" Tanya Sienna karena merasa tidak enak jika Leo memberikannya makanan, tapi cowok itu sendiri belum makan.

"Udah tadi di bawah sama Alan dan Clara."

"Alan udah bisa dihubungin? Emang ya temen lo itu kurang ajar. Keganjenan sih ngedeketin dua cewek!"

"Alan cuman anggap Elisa teman, dan anggap Clara adek. Ini bukan salah Alan. Lagian kita cowok kalo bertemen ga bakal ributin cewek yang sama."

"Lo nyindir lagi?"

"Temen sama pacar. Yang mana yang lo pilih?"

"Pacar sama keluarga. Yang mana yang lo pilih?"

"Dua-duanya."

"Hidup ga semulus paha gw!"

"Gw akan dapetin keduanya."

"Nyokap lo suka sama Siska."

"Tapi gw ga suka Siska."

"Lo bakal suka sama Siska. Dia cantik dan uda temenan sama lo dari kecil. Ga ada cewek lain yang mengerti lo lebih daripada Siska."

"Gw ga butuh dingertiin. Bukannya cewek yang butuh dingertiin?"

"Lo juga pasti bisa ngertiin Siska. Secara lo udah lama temenan sama dia."

"Sienna, kamu mau tau? Walau kita cuman pacaran selama 3 bulan, aku tau kamu lebih banyak daripada aku tau Siska. Aku tau makanan kesukaan kamu, minuman kesukaan kamu, warna kesukaan kamu, coklat kesukaan kamu, bahkan pelajaran kesukaan kamu. Kamu tau kenapa? Karena aku selalu melihat kamu, Sienna. Aku bahkan gatau makanan kesukaan Siska. Kenapa? Karena aku ga pernah liat dia kayak aku liat kamu."

"..."

"Kamu mutusin aku secara sepihak, tanpa kamu kasi alasan sama aku. Sekarang aku tanya, kenapa kamu putusin aku, Sienna?"

Elisa NataliaWhere stories live. Discover now