#25

220 6 0
                                    

Sienna sedang menatap bunga-bunga di balkon di dekat kamar Leo. Setelah Miranda mengatakan hal yang sangat menyakiti hati Sienna, Sienna hanya meminta waktu untuk memikirkan semuanya. Sudah hampir tiga bulan Sienna dan Leo berpacaran, dan semuanya baik-baik saja. Sienna bahkan berpikir kalau semuanya terlalu sempurna dan kali ini Sienna mendapat pukulan telak. Sienna mengingat lagi ucapan Miranda dan meringis. Salahkah jika Sienna merasa terhina? Sienna tidak pernah diam jika dirinya dihina oleh teman-temannya. Sienna selalu melawan, tetapi ketika Mama dari lelaki yang sangat disayanginya menghina dirinya, Sienna hanya bisa terdiam. Bahkan hinaan itu terasa lebih menyakitkan karena diucapkan dengan senyuman palsu dan dibungkus dengan kata-kata yang lebih halus. Tiba-tiba Sienna merasa puncak kepalanya dicium dengan sangat lembut. Sienna menoleh dan melihat Leo yang sedang tersenyum. Leo masih mengenakan kaus dan celana basketnya, masih dengan sedikit keringat di wajahnya.

"Ih, bau keringet!" Sienna menjauh, dan hatinya mendadak terasa berdenyut perih.

"Sori, aku mandi dulu ya, Na." Leo tersenyum jahil dan kembali ke kamarnya. Sienna kembali mendesah dan mengusap wajahnya dengan kasar. Apakah ini waktunya terbangun dari mimpi?

Setelah mandi, Leo mengajak Sienna makan malam bersama dengan Miranda. Sienna duduk dengan senyum yang dipaksakan ketika Leo bercerita tentang pertandingan yang barusan dimenangkan oleh timnya kepada Miranda.

"Mama bikin bolu gulung tiramisu?" Tanya Leo ketika melihat bolu gulung di meja makan. Saat ini mereka sedang menunggu para pelayan menyiapkan makan malam mereka. Sembari menunggu, Leo mencomot bolu gulung kesukaannya itu.

"Mau, Na?" Tanya Leo.

"Engga, aku ga suka tiramisu."

"Padahal kamu sama Siska suka banget sama tiramisu ya, Le."

"Gpp, Ma. Jadi aku sama Sienna ga bakal rebutan makanan." Leo sesekali mencubit hidung Sienna dengan gemas, membuat krim tiramisu mengotori hidung Sienna. Saat Sienna bersin, Leo langsung membersihkan krim-krim tiramisu di hidung Sienna.

"Sori, cium krim tiramisu aja kamu sampe bersin?"

"Engga, kebetulan kok. Ga sampe kayak gitu."

"Le, nanti abis anterin Sienna pulang, anterin bolu gulung ke rumah Siska, ya. Udah mama siapin bolunya di dapur." Mendengar nama Siska membuat hati Sienna kembali berdenyut.

"Na, kamu kenapa? Kok diem?" Tanya Leo saat mobil Leo berhenti di depan rumah Sienna.

"Gpp, cuman kurang enak badan." Leo langsung memeriksa suhu kening Sienna dengan punggung tangannya.

"Ga panas kok, Na."

"Gpp, cuman kecapekan aja kok. Tidur sebentar juga sembuh."

"Kita ke dokter aja?"

"Gausah, Le. Tidur bentar juga pasti sembuh kok. Thanks ya udah anterin pulang."

"Yaudah, kamu langsung tidur ya, jangan ngapa-ngapain lagi." Sienna sangat senang dengan perhatian-perhatian Leo, sekecil apa pun itu. Sienna menarik lengan Leo dan mencium pipi Leo. Cukup lama Sienna membiarkan bibirnya menempel di pipi Leo, sampai Leo menoleh dan menyatukan keningnnya dengan kening Sienna.

"Kamu kangen sama aku ya? Baru juga ditinggal sebentar."

"He-eh." Sienna merasa matanya semakin memanas, dan cepat-cepat menjauh dari Leo.

"Aku masuk dulu ya." Sienna segera membuka pintu mobil dan masuk ke rumahnya. Sampai di kamar, airmata Sienna sudah mengalir deras. Sienna menutup mulutnya supaya suara tangisannya tidak terdengar Papa dan Mamanya. Jadi seperti ini rasanya patah hati?

Elisa NataliaWhere stories live. Discover now