Sembilan

3.3K 313 25
                                    

is it too late now to say sorry?

Sorry guys. Yah, saya tahu ini kelamaan. Tapi lama bukan berarti berhenti kan? Semoga tidak lama lagi selanjutnya. Langsung saja...

- pemeluksepi

***

Sebelumnya...

"Terima kasih, untuk semuanya." air mata Salina menetes perlahan, "Aku seperti punya dunia baru, dunia bernama kamu."

"Kalimat terindah yang pernah aku denger, lebih indah dari kalimat aku sayang kamu." jawab Aldo, mengeratkan rengkuhannya.

"Aldo?"

"Hmm?"

Salina melepas pelukannya, menatap Aldo dengan tatapan bertanya. "Parfume kamu ganti?"

Aldo menaikkan alisnya. Kedua matanya melebar dengan bibir menganga.

Bab 9

"I...iya. Enak nggak? Kamu perhatian banget sih." jawab Aldo akhirnya, mengusap pelan puncak kepala Salina. Gadis itu menyerngit, menatap Aldo dengan tatapan tak mengerti meski saat ini bibirnya masih melengkungkan senyuman.

Salina menggeleng, "Bohong."

Jantung Aldo berdegup kencang, kedua tangannya mencengkeram lengan Salina. Memastikan agar perempuan yang begitu ia cintai tidak akan lari. Menatap Salina gusar, dengan rahang terkatup rapat. Jika saja Salina sedikit mendekat, ia bisa dengar suara gigi belakang Aldo yang saling beradu.

"Pasti punya Mama kamu kan? Kamu buru-buru, terus semprot parfume seadanya. Terus sekarang sok-sokan parfume baru. Itu parfume cewek, Al. Bukan kamu banget. Jadi aku nggak percaya." panjang lebar Salina menjelaskan dengan gayanya yang lucu. Aldo melepas cengkeraman tangannya. Menjatuhkan lemas, dengan dada masih naik turun karena terkejut. Salina terkekeh geli memperhatikan raut tegang kekasihnya.

"Jangan kaya maling ketangkep basah gitu dong, Al." Salina mencubit lengan Aldo gemas, lalu tersenyum geli.

"You know me so well." sahut Aldo, lega.

Salina tertawa, "dua tahun loh, emangnya ada yang masih belum aku tahu tentang kamu?"

Aldo menarik napas berat, lalu menggeleng. "Kamu yang paling tahu."

Salina lagi-lagi tertawa, lalu meminta Aldo masuk ke dalam kafe. Aldo menggeleng, katanya ada yang perlu ia selesaikan. Salina mengiyakan, setelah dipastikan Aldo benar-benar pergi ia kembali ke dalam dengan bibir tersenyum lebar.

"Tadi itu muka udah kaya Gigi Hadid diputusin Zayn Malik, tegang bener. Sekarang senyum-senyum sendiri lo. Abis diapain lo sama Aldo?" sambar Damar.

Salina menjitak kepala Damar, lalu terkekeh geli sendiri. Damar menatap Salina tidak mengerti, ia melempar pandanganya pada Fia yang masih bermimpi indah. Berganti meminta perlindungan Ayumi, ternyata pandangan Ayumi sedang mengarah ke arah Damar.

"Kenapa lo?" niat meminta perlindungan Ayumi dari tingkah aneh Salina kandas begitu didapatinya Ayumi tengah bertopang dagu menatapnya.

Ayumi bergidik geli, keningnya berkerut, "Nggak usah GR deh." sahutnya, ketus.

"Eh sedotan ale-ale, siapa yang GR? Elo ngeliatin gue kaya lagi membayangkan masa depan. Ya gue risih lah." jawab Damar seenaknya. Bibir Ayumi menganga, lalu tertawa meremehkan.

"Jelas-jelas lo yang mau ngeliatin gue kan?" bela Ayumi, tak mau kalah. "Gue juga risih lah." ia menambahkan.

"Amit-amit, masih banyak wanita-wanita yang ngantri ditatap oleh lelaki tertampan ini, ngapain gue buang-buang waktu ngeliatin lo?"

SalinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang