Peringatan!!!
Sebelum membaca, pastikan membaca bismillah. Bacalah hal-hal bermanfaat lebih banyak dari pada membaca cerita fiksi. Apalagi cerita fiksi yang tak jelas ujungnya seperti ini.
Jika kalian temukan salah ketik, besarkan hati kalian untuk memaafkan saya selaku penulis cerita ini.
Jika ceritanya semakin hari semakin nggak nyambung, sambung-sambungin aja ya.
Jika kalian malas vote, yaaa... Masa males sih?
Jika kalian malas komen, yaa.... Yaudah gimana dong nggak bisa maksa.
Jika kalian..... Jadi saya, tidakkah kalian terluka dibaca tanpa meninggalkan jejak eaaaa
Makasih!***
Dua Puluh Tiga: Full of Secret
Reza menenteng plastik makanan dari pintu masuk rumah sakit menuju ke deretan ruang VVIP tempat Anita, Mamanya, dirawat. Bersamaan dengan itu langkahnya berhenti begitu melihat Erwin di sebelah ruang jenazah sedang mengangkat panggilan masuk dengan suara pelan. Reza menghela napas, ia tidak ingin tahu, meski ekspresi tegang Erwin cukup membuatnya khawatir. Ia kembali melanjutkan langkahnya ke tujuan utama.
"Reza?" panggil Anita dengan suara serak. Ia menutup majalah yang sebelumnya dibaca, wajahnya langsung berubah ceria menyambut kedatangan Reza.
"Hai Ma."
Reza mengeluarkan kotak makanan dari dalam plastik, dengan sebelumnya tersenyum manis menyapa Anita. Anita menutup bibirnya, tak percaya dengan yang dibawakan Reza. Anak laki-lakinya itu akan tumbuh menjadi laki-laki paling romantis di dunia, mengerti tanpa diminta. Anita tersenyum bangga, ia merasa, ada campur tangannya di dalam karakter Reza yang manis tapi juga tegas. Reza tertawa kecil melihat ekspresi Mamanya, laki-laki itu menyodorkan makanan kesukaan Anita.
Anita mencubit pipi Reza. "Memangnya Mama boleh makan Nasi Padang?" bisik Anita, lalu tersenyum geli.
"Boleh." Reza mengangguk lucu. "Menurut aku sih boleh, nggak tahu kalo kata dokter."
Anita tertawa. "Ya udah, Mama makan ya? Sebelum dokter dateng."
Reza mengangguk, lalu membantu Anita menyantap makanan kesukaannya.
"Kapan Mama boleh pulang?" tanya Anita di sela kunyahannya.
"Besok."
Kedua mata indah itu berbinar senang, Reza tersenyum lebar melihatnya. Kemudian Anita kembali menyantap makanannya dengan lahap. Entah sudah berapa lama lidahnya kelu, tak bisa merasakan lezatnya makanan yang masuk ke mulutnya. Nafsu makannya setiap hari menurun, bahkan ia pernah tidak makan berhari-hari. Reza begitu bahagia melihat Ibunya makan dengan enak seperti sekarang.
"Ma..."
Anita mengangkat kepalanya.
"Mama adalah Mama aku satu-satunya." kata Reza pelan tapi tetap mampu sampai pada pendengaran Anita. Reza tersenyum menenangkan begitu melihat kedua mata Mamanya berkaca-kaca.
"Makan lagi Ma, makan yang banyak." lanjut Reza, suaranya kali ini serak-serak bergetar. Menahan agar air matanya tak tumpah sembarangan. Ia dan Salina sama-sama berjanji, untuk tidak menangis di hadapan Mamanya.
Anita mengangguk. Ia kembali menyantap makanannya dengan air mata yang jatuh satu-satu di kedua pipinya.
Reza buru-buru menghapus air mata di ujung matanya sebelum membasahi pipinya yang keras. Tidak tega membayangkan betapa selama ini pikiran Mamanya dihujam begitu banyak masalah. Setidaknya, ia berusaha menenangkan Anita, membuatnya yakin bahwa Reza akan tetap menjadi putra sulungnya. Setelah Salina pergi dari rumah, Reza mengerti bahwa Anita semakin jatuh terpuruk. Merasa ditinggalkan oleh dua orang yang ia cintai membuat Mamanya seperti tak punya harapan hidup. Reza berusaha untuk selalu ada, ia akan selalu ada, meski sudah ia temukan keberadaan Ibu kandungnya. Reza tetap ingin bersama Mama Anita, yang sabar merawatnya dengan ketulusan tanpa batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salina
Romance[LENGKAP] Hidupnya nyaris sempurna bagi siapa saja yang melihat dari luar potret kehidupannya. Salina Elira, anak bungsu dari pemilik perusahaan ternama, memiliki kakak laki-laki super penyayang, sahabat-sahabat setia juga kekasih yang tak kalah lua...