Jika saya untukmu, sudikah kau?
SALINA bergidik ngeri membaca secarik kertas warna merah muda yang baru saja ia terima dari teman satu atapnya. Ia meremas kertas tersebut yang ia duga berasal dari laki-laki menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Ibra, pikirnya. Ia lemparkan kertas itu ke dalam tong sampah yang berada di kamarnya, lantas melipat kedua tangannya di depan dada. Salina memperhatikan kertas merah muda dengan pandangan geli, lalu geleng-geleng kepala dan kembali pada kesibukannya di depan laptop.
Baru mengetik beberapa kali, Salina kembali memutar pandangannya ke arah tong sampah. Memperhatikan lagi kertas lusuh itu kemudian berdecak kesal. Ia bangkit berdiri, kertas itu mengusik ketenangannya. Salina memungutnya kembali, lalu membaca sekali lagi isi tulisan di dalamnya. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu meremasnya lagi. Ia lemparkan kertas itu dengan asal, lalu membuang napas kasar.
Begitu terus tingkahnya sampai menjelang petang. Entah apa yang mangusiknya, ia ingin mengabaikan pesan tersebut, tapi seperti magnet kertas beserta isinya itu justru menariknya lagi dan lagi untuk kembali mendekat. Salina mengusap wajahnya, gadis itu akhirnya merebahkan diri di atas tempat tidur. Menatap langit-langit kamarnya dan...
"Wah!" pekik Salina. Ia menegakkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya yang penuh bintang. Dan baru ia sadari setelah beberapa hari tinggal di sini. Bola matanya berbinar, mengikuti kilatan cahaya bintang-bintang buatan yang ia yakin adalah pemberian Abangnya. Salina tersenyum lebar, paling tidak saat ini, ada satu laki-laki yang bisa ia percaya setelah hampir semu laki-laki dalam hidupnya menunjukkan sikap pengkhianat. Reza seperti berlian dalam tumpukkan batu arang. Sinarnya cukup terang untuk membuat Salina sadar bahwa tidak semua yang ada dalam hidupnya gelap.
Ia jadi teringat, dari terakhir kali ia bertemu Reza, dirinya belum sama sekali menghubungi kakak laki-lakinya itu. Salina menyambar ponsel yang dari tadi ia diamkan di atas meja. Menggeser layarnya, kemudian mencari nama Reza di daftar kontak. Menyentuh tulisan 'panggil' hingga selanjutnya dapat ia dengar nada panggil berbunyi.
"Tumben." sapa Reza pertama kali. Berhasil membuat adiknya mengerucutkan bibir. Kemudian ia terkekeh begitu didengarnya tarikan napas Salina, paham benar bahwa adiknya itu sedang kesal dengan tingkah Reza yang selalu jail.
"Ada apa nih?"
"Nggak papa deh, nggak jadi. Gue tutup ya?" Salina merajuk.Reza tertawa nyaring, "Adek gue, sensitif bener gitu doang."
"Jadi mau dengerin gue nggak?"
"Ya mau dong, apa apa?"
"Sibuk nggak?"
"Buruan deh ngomong!"
"Iya iya, tapi lo janji ya, jangan jawab apa-apa sampai gue selesai." jelas Salina memberi peringatan. Di susul deham suara Reza pertanda setuju. Salina tersenyum manis sebelum akhirnya menyuarakan apa yang ingin ia katakan."Bang, makasih ya, udah jadi Abang terbaik dalam hidup gue. Gue nggak ngerti kenapa gue harus bilang ini padahal lo sering ngeselin. Tapi untuk kali ini, gue pengen berterimakasih untuk hal-hal kecil yang lo lakuin. Gue nggak tau gimana jadinya kalo gue nggak punya Abang sebaik lo. Kalau nanti gue harus milih satu-satunya orang yang bisa gue percaya di dunia ini, gue akan pilih lo. Bang, walaupun gue sering marah-marah dan nggak pernah nunjukin perasaan gue, tapi gue..." Salina menelan ludahnya, air matanya tanpa sadar jatuh membasahi pipinya. Ia menahan mati-matian agar isaknya tak sampai terdengar Reza.
"Jangan nangis." suara serak Reza menembus indra pendengaran Salina. Air mata Salina jatuh semakin deras. Pikirannya melayang bergantian tentang Reza, Mamanya, Papanya, tentang kenangan mereka yang Salina rasa sudah tinggal kenangan dan tak bisa terulang. Ia menutup bibirnya, menjauhkan sedikit ponsel yang ia genggam dari telinganya. Menangis sejadi-jadinya setelah mendengar suara serak Reza dari seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salina
Romance[LENGKAP] Hidupnya nyaris sempurna bagi siapa saja yang melihat dari luar potret kehidupannya. Salina Elira, anak bungsu dari pemilik perusahaan ternama, memiliki kakak laki-laki super penyayang, sahabat-sahabat setia juga kekasih yang tak kalah lua...