Dua Puluh Enam

2.9K 270 28
                                    

Dua Puluh Enam: Hilang juga Terbang

***

"GUE mau ngomong sama lo." ucap Fia datar begitu Manda sudah duduk di hadapannya. Manda meletakkan tas jinjing yang dari tadi masih ia genggam di pangkuannya.

Gadis itu tersenyum manis ke arah Fia, lalu mengangguk mengiakan. Ia sedang menduga pertanyaan apa yang akan Fia lontarkan, mengingat ada beberapa kejadian yang akhir-akhir ini patut dipertanyakan. Sementara Fia tampak berpikir sejenak, menimang-nimang kata tanya agar jangan sampai salah terlontar.

"Lo mau pesen apa?" tanya Fia pada akhirnya, sembari menyiapkan deretan pertanyaan yang sedari tadi berterbangan di kepalanya.

Manda tersenyum kecut, "Apa aja."

Fia mengangguk mengiakan.

"Tentang Aldo,"

Manda berdecak kesal, "Gue nggak ada urusan apa-apa lagi sama dia."

Fia melebarkan matanya, detik selanjutnya Fia menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ia mencoba tidak peduli, sebab bukan itu tujuan ia mengajak Manda bertemu.

Fia mengangguk, "Okay, tapi gue tetep mau tanya tentang dia."

"Gue rasa nggak ada yang perlu ditanyakan lagi."

"Ada. Bukan tentang dia, lebih tepatnya, tentang apa yang pernah lo omongin ke dia."

Manda mengerutkan dahi, "Apa?"

Fia menarik napas, lalu mengembuskan pelan tanpa kentara.

"Lo lupa atau lagi akting lupa di depan gue?"

Manda menggeleng, "Langsung aja Fi, gue ngga punya banyak waktu."

Fia menatap Manda kesal, "Tentang nyokap Salina..."

Manda menganga, kedua matanya melebar menatap lurus ke arah Fia yang tengah menunggu jawabannya dengan tampang menyelidik. Manda menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja. Sementara Fia benar-benar merekam jelas semua ekspresi dan gerak-gerik Manda, jangan sampai ada yang terlewat, sebab terkadang gadis itu berbicara lebih banyak dengan mimik wajah dari pada dengan kata-kata. Fia tidak ingin ketinggalan.

"Ma...maksud lo?"

"Lo tau maksud gue."

Manda terdiam, ia merasa seperti terdakwa yang disudutkan di ruang sidang.

"Gue nggak ngerti."

"Lo ngerti."

"Fi, selalu kaya gini. Lo selalu nyudutin gue dengan masalah-masalah yang bahkan gue nggak ngerti apa-apa. Lo selalu maksa gue mengakui perbuatan yang nggak gue lakuin."

Fia berdecak kesal, ia paham arah yang Manda tuju dengan drama telenovelanya. Dan kali ini, Fia sudah menyiapkan tameng agar tidak terjebak lagi.

"Gue sahabat lo, Fi. Kita bertujuh dari dulu selalu adem-adem aja, kenapa jadi panas gini cuma karena..."

"Berenam lebih tepatnya."

Manda terdiam,

"Kita berenam selalu adem-adem aja dan jadi panas semenjak ada lo." sambar Fia, langsung menusuk ke dalam Pendengaran Manda yang bahkan gadis itu tak pernah berpikir sebelumnya bahwa ada salah satu di antara mereka yang menyadari bahwa kehancuran hubungan mereka karena kedatangannya.

"Kita sahabat lo, Man. Tapi lo dengan tega ngancurin semuanya."

Manda masih terdiam.

"Jadi, apa yang lo bilang ke Aldo tentang nyokap Salina?"

SalinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang