Menunggu malam tiba Gantara dan Ruarendra hanya menghabiskan waktu dikamar yang mereka sewa untuk beristirahat.
Gantara tengah duduk diatas dipan dan sedang menggosok mata pedangnya sedangkan Ruarendra duduk dipingir jendela dan hanya memperhatikan orang yang lalu lalang diluar sana.Ruarendra menghela nafas, "Ini terlalu membosankan,"
"Lalu kau mau apa? Jalan-jalan keluar?" Gantara bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari mata pedangnya.
Ruarendra menggelengkan kepalanya, "tidak aku juga malas untuk keluar, lagipula nanti malam kita akan keluar untuk menyaksikan pertunjukan ronggeng. Tapi diam seperti ini terlalu membosankan, bagaimana kalau kau ceritakan kehidupanmu?" Wajah Ruarendra terlihat antusias menatap Gantara.
"Apa yang mau kau tahu? Tak ada yang menarik untuk diceritakan dari kehidupanku."
Karena Ruarendra tahu kalau Gantara tidak akan begitu saja menceritakan kehidupannya maka ia berinisiatif untuk bertanya, "Kenapa kau belum menikah? Padahal kau sudah cukup umur dan sukses."
"Karena ada hal yang lebih penting yang harus aku pikirkan dan aku lakukan."
"Apa itu?"
"Menjaga keamanan kerajaan dan memenangkan peperangan."
Ruarendra memutar bola matanya malas, Gantara benar-benar tipe seorang prajurit sejati. Tiba-tiba niat jahil melintas dipikirannya, "ah..jadi diumurmu yang sekarang kau masih perjaka? Pfftt..tak aku kira."
Gerakan tangan Gantara yang menggosok pedang terhenti beberapa detik, "itu tidak perlu aku jawab kan."
Ruarendra terkekeh lalu menggosok dagunya sendiri dan seolah berpikir, "tapi aku lihat banyak wanita-wanita mengejarmu, dan pria dewasa berdarah panas sepertimu tidak mungkin tidak meniduri salah satunya kan?," Ruarendra mengabaikan tata krama ucapannya sebagai seorang pangeran putera mahkota. Ruarendra bahkan sekarang baru menyadari, sepanjang perjalanannya mata para wanita selalu memperhatikan Gantara.
"Aku terlalu sibuk dengan para prajuritku."
Ruarendra berdecih, berpikir kalau Gantara tidak mau mengakui perbuatan yang ia tuduhkan dan sekalipun misalnya Gantara bilang bahwa ia masih perjaka tentu Ruarendra tidak akan percaya sedikitpun, "apa yang kalian lakukan dimedan perang? Kadang kalian selama berbulan-bulan tidak pulang."
"Kami tentu saja berjaga, bertahan, menyerang."
"Kalian para prajurit apa membawa wanita kalian jika berperang?"
"Tentu tidak, itu akan membebani."
"Lalu bagaimana kalian yah.." Ruarendra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum melanjutkan kata-katanya, "..memenuhi hasrat lelaki kalian?" Ruarendra pernah mendengar beberapa kali selentingan ini dari para dayang, namun dia benar-benar penasaran dan ingin tahu kebenarannya secara langsung dari sang panglima.
Ruarendra sebenarnya mempunyai kebiasan buruk untuk kabur dari kediamannya, menjelajahi setiap sudut istana, bahkan ia pernah tanpa sengaja memergoki seorang dayang dan seorang prajurit tengah bercinta didalam gudang kerajaan.
Tentu saja apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar akan ia simpan sebagai rahasianya sendiri.Gantara menatap Ruarendra, "kau benar-benar ingin tahu tentang hal semacam ini?"
Ruarendra mengangguk dengan antusia, "ya ya aku ingin tau."
Gantara menghela nafas, ia tidak habis pikir ternyata pangeran putera mahkota yang begitu dijaga memiliki pikiran kearah hal-hal yang erotis seperti itu, tapi toh sang pangeran sudah cukup dewasa untuk membicarakan dan mengetahui hal-hal seperti ini, "ini rahasia umum diantara para prajurit. Kalau mereka membutuhkan pelampiasan hasrat mereka akan membantu satu sama lain."

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Historical FictionWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...