Chapter 20 - Telepati

3.8K 595 75
                                    

Chapter 20 - Telepati

Gantara memandang wajah Ruarenda dihadapannya, wajah ayu itu terlihat sangat lelah.

'Mungkin ini sudah sampai batasnya,' Gantara merasa khawatir akan kondisi pemuda ayu itu, sepertinya Ruarenda sudah pada batasnya dalam menjalani pelarian ini, ia harus segera mencari tempat perlindungan yang tetap untuk Sang Pangeran atau kalau tidak Ruarenda akan semakin kelelahan, apalagi Gantara yakin Ruarenda masih memikirkan mimpinya kemarin tentang Raja Arya Tirta Kusuma Winarang yang disiksa oleh Patih Gandatala.

Dikedalaman hutan itu akhirnya Gantara melihat sebuah gua, ia menghela nafas lega, hari ini adalah malam terakhir dari proses meditasi dan penyaluran tenaga dalam untuk penyembuhan Ruarenda jadi mereka membutuhkan tempat yang lumayan tersembunyi dan aman.

Sang Panglima dengan cekatan mengarahkan Beliung memasuki gua. Setelah sampai didalam gua, Gantara segera melompat turun dari atas Beliung dan seperti biasa membantu Ruarenda turun, ketika mengangkat tubuh ramping Sang Pangeran, Gantara merasa tubuh Ruarenda semakin ringan dibandingkan dengan saat mereka dulu baru meninggalkan istana kemudian setelah Gantara mengamati tubuh Ruarenda, ia baru menyadari kalau tubuh Sang Pangeran semakin telihat kurus.

Setelah turun dari kuda, Ruarenda segera duduk diatas batu yang hanya setinggi lututnya, pemuda ayu itu hanya diam dan tidak banyak bicara seperti biasanya.

"Kau lapar?" Gantara berjongkok dihadapan Ruarenda sambil membawa buntalan kain perbekalan mereka, menengadah memandang wajah Ayu itu yang sekarang terlihat murung dan ada guratan kesedihan dimata beningnya.

Ruarenda hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia merasa tidak memiliki nafsu makan sama sekali.

Gantara menghela nafas, "Tapi kau tetap harus makan," pendekar tampan itu membuka buntalan kain perbekalannya lalu mengeluarkan buah-buahan yang ia temui dan ia petik selama dalam perjalan menembus hutan dimana mereka berada sekarang ini. Gantara mengambil sebuah pisang lalu mengupas setengah kulitnya dan menggenggamkan pisang itu ditangan Ruarenda, "Makanlah."

Ruarenda tanpa berkata apapun menuruti kata-kata Gantara dan memakan pisang ditangannya.

Melihat Ruarenda memakan pisang yang ia berikan membuat Gantara mendesah lega. Pendekar tampan itu lalu mengambil Pancasona dipunggungnya kemudian meletakan pedang itu dipangkuan Ruarenda, Gantara sudah mengisi pedang sakti itu dengan tenaga dalamnya dan Pancasona akan bisa mendeteksi bahaya yang akan mengancam Ruarenda dan melakukan serangan untuk melindunginya, "Aku akan mencari kayu bakar di depan gua, kau tunggulah disini," setelah Ruarenda mengangguk sebagai jawaban, Gantara segera pergi keluar gua dan mencari ranting-ranting dan batang pohon kering untuk dijadikan kayu bakar karena malam akan segera datang menjelang.

Ketika Gantara pergi keluar gua dan meninggalkan Ruarenda sendirian, air mata dengan cepat jatuh bergulir dipipi putih Sang Pangeran, ia tengah merindukan Ayahanda dan Ibundanya ditambah mimpinya kemarin dimana ia memimpikan Raja Arya Tirta Kusuma Winarang disiksa oleh Patih Gandatala menyebabkan hati Ruarenda sakit dan merasakan firasat buruk, membuat ia semakin merindukan kedua orang tuanya dan ingin segera kembali ke istana kerajaan Kertalodra.

Begitu mendengar langkah kaki memasuki gua, Ruarenda segera menyeka air matanya dan melanjutkan memakan pisang yang hanya baru setengah ia habiskan.

Hanya dengan sekali melihat wajah Ruarenda, Gantara tahu kalau Sang Pangeran putera mahkota baru saja menangis namun ia tidak ingin menanyakan atau membahas perihal Ruarenda yang menangis, pemuda ayu itu menangis diam-diam saat ia pergi mencari kayu bakar itu berarti Ruarenda tidak ingin tangisnya dilihat atau diketahui dirinya, jadi untuk saat ini Gantara hanya akan diam dan menunggu Ruarenda untuk bicara padanya lebih dulu tentang hal yang membuatnya bersedih dan menangis.

[BL Ver.] Runaway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang