Ruarendra berbaring terlentang diatas dipan kayu didalam gubuk kecil milik Ling Hua, matanya menatap lurus keatap gubuk dan terlihat sedang menerawang.
Perlahan tangannya terangkat lalu menyentuh bibirnya sendiri, disana masih terasa pagutan lembut dan hangat bibir tebal Gantara.
Kejadian didalam Gua tadi saat mereka saling bepagutan, melumat, menghisap dan menjilat bibir satu sama lain dengan penuh gairah kembali terbayang dimata Ruarendra seperti sebuah film dan menjadikan wajah putihnya sampai ke telinganya memerah seperti kepiting rebus.Ruarendra menutup wajahnya dan memekik tertahan tidak mau membuat Gantara yang berada diluar gubuk mendengarnya, namun kakinya tanpa sadar malah menghentak-hentak pada dipan kayu tempatnya berbaring sampai mengeluarkan suara 'duk duk duk' yang berisik.
Dengan wajah yang merah merona setelahnya wajah tampan cenderung ayu itu kini cemberut, Ruarendra juga mengingat ketika ciuaman mereka terlepas Gantara langsung berdiri, beranjak turun dari atas batu besar dan segera memakai pakaiannya lalu tanpa berkata apapun lagi mengajak Ruarendra kembali ke gubuk milik Ling Hua dan sekarang bahkan lelaki itu tidak mau memasuki gubuk kecil ini bersamanya dan hanya berdiam diri diluar. Jujur Ruarendra merasa kecewa, ia mengira akan ada hal yang terjadi melebihi sebuah ciuman.
Sedangkan Gantara yang berada diluar Gubuk kecil itu, ia hanya diam sambil memberi makan Beliung dan membelai wajah kuda jantan itu, bukannya Gantara tidak mendengar suara 'duk duk duk' yang ditimbulkan oleh Ruarendra hanya saja Gantara merasa bunyi berisik itu bukan berasal dari sesuatu yang berbahaya jadi ia tidak segera memeriksanya dan hanya membiarkannya saja.
Untuk pertama kalinya Gantara merasa seperti orang bodoh yang tidak tahu mau melakukan apa dan hanya diam sambil berbicara dengan kuda miliknya, "Beliung, aku sudah membuat kesalahan. Aku menciumnya."
Kejantanan Gantara memang mulai tenang namun belum sepenuhnya 'tertidur'. Pendekar tampan itu terus mengatur nafasnya, merasakan dinginnya udara malam untuk meredakan panas tubuhnya terutama dibagian selakangannya.
Pikiran Gantara saat ini terasa kacau, bahkan saat memimpin perang besar pikirannya tidak pernah sekacau ini.
Tidak sedikit wanita cantik dan molek yang mencoba menggodanya dan ingin naik ketas ranjang bersamanya, bahkan diantaranya sampai ada yang dengan nekat membuka seluruh pakaiannya dihadapan Gantara namun dia tidak pernah bereaksi dan kejantananya tetap tertidur dengan tenang.
Gantara berpikir ia mungkin menyukai sesama jenis.
Namun ketika ia berada dimedan perang, Gantara sering melihat prajurit-prajuritnya telanjang bulat saat mandi bersama di sungai bahkan pernah melihat sesama prajuritnya tengah becinta dan sekali lagi semua itu tidak membuat kejantannya 'berdiri'.
Gantara kembali berpikir, sesama Lelaki juga tidak bisa membuat kejantananya bereaksi jadi panglima besar itu akhirnya menyimpulkan kalau dirinya tidak memiliki ketertarikan seksual sama sekali.
Namum malam ini semua pemikirannya otomatis terpatahkan, kejantanannya berdiri tegak begitu melihat tubuh polos Ruarendra tanpa sehelai benang pun, bahkan sampai membuatnya lepas kendali dan mencium bibir sang pangeran dengan penuh gairah.
Gantara mengusap wajahnya yang kacau, ia kembali bingung mengambil kesimpulan tentang orientasi seksualnya.
Dihari pertama meditasi ia sudah lancang mencium bibir Pangeran putera mahkota, masih tersisa sembilan hari lagi yang pasti akan terasa berat, Gantara menghela nafas dalam.
Malam sudah semakin dingin dan hampir dini hari, didalam Gubuk kecil sudah lama tenang dan Gantara tidak berniat masuk kedalam sana.
Gantara dengan tanpa suara melompat keatas atap gubuk kecil itu dan berbaring disana lalu memejamkan matanya, mencoba untuk tidur barang sejenak meredakan kegelisahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL Ver.] Runaway (Complete)
Historische RomaneWarning 18+ content! Karena ulah Patih Gandatala yang melakukan pemberontakan, kerajaan Kertalodra dalam prahara. Lalu bagaimana nasib panglima besar Gantara Wisesa yang sangat tampan dan kuat, ditakuti musuh-musuhnya di medan perang dan juga digila...